Advertorial
Intisari-online.com - Jangan macam-macam dengan China! mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan hal ini.
China dikabarkan akan pertimbangkan gunakan senjata nuklirnya untuk pertahanan dan serangan.
Menurut 24h.com.vn, pada Rabu (18/11/20), Selama 20 tahun terakhir, China terus memperluas jaringan pertahanannya.
Termasuk menciptakan jaringan senjata nuklir, di laut, darat, dan udara.
Oleh sebab itu, China berencana akan menggunakan senjata nuklirnya untuk melakukan serangan.
China pertimbangkan akan gunakan senjata nuklirnya, jika ada negara yang berani menyerangnya duluan.
Hal itu diungkapkan oleh seorang mantan kolonel tentara China.
Manurut SCMP, orang tersebut adalah Wang Xingsui, mantan kolonel yang kini menjadi profesor di Universitas Beihang di Beijing.
Dia mengatakan, bahwa jaringan pertahanan, termasuk sistem terowongan padat untuk pengangkutan dan penyimpanan rudal, tidak dapat berhenti.
Bahkan China terus melakukan moderninasi dan meningkatkannya.
Wang berkata bahwa China selalu waspada bahkan dengan skenario terburuk.
"Serangan nuklir pertama terhadap China selalu menjadi pilihan militer di AS," kata Wang.
"Tapi opsi ini menjadi semakin jauh karena kemajuan China dalam 20 tahun terakhir," imbuhnya.
"Amerika berpikir bahwa paling banyak hanya satu rudal nuklir China yang akan bertahan dari serangan pendahuluan mereka dan hanya satu yang dapat mencapai daratan Amerika," kata Wang.
"Itu adalah pemikiran yang salah," imbuhnya.
China telah mengambil langkah-langkah yang tepat selama bertahun-tahun, kata Wang, untuk memastikan kemampuan menanggapi serangan nuklir.
Selain jaringan terowongan rudal balistik yang padat, China juga telah mengembangkan rudal presisi tinggi, memperluas "benteng bawah air" untuk menjadi platform bagi kapal selam nuklir yang dilengkapi dengan rudal balistik.
"Persiapan semacam itu telah membatasi dalam konflik AS-China bahwa salah satu pihak tidak akan dapat melakukan serangan destruktif di pihak lain," kata Wang.
Selain AS dan Rusia yang menerapkan doktrin militer ofensif pencegahan, China masih mempertahankan strategi "tidak ada serangan nuklir dulu".
Tetapi Chian tak segan akan melancarkan serangan, jika ada yang menyerangnya terlebih dahulu.
China saat ini memiliki sekitar 200-300 hulu ledak, sedangkan AS dan Rusia memiliki 4.000 hulu ledak.
Pada 2018, media pemerintah China menyebut "Tembok Besar Bawah Tanah" sepanjang 5,00 km yang membentang di seluruh negeri.
Berfungsi untuk melindungi, menyembunyikan, dan berfungsi sebagai tempat serangan pasukan rudal strategis.
Dalam video tersebut, rudal balistik antarbenua (ICBM) dipasang di kendaraan peluncur oleh tentara China dan bergerak melalui terowongan.
Kekuatan kapal selam nuklir China masih terbatas, tetapi pada dasarnya mampu melakukan serangan dan pencegahan jarak jauh.
Sejak 2015, kapal selam nuklir yang dilengkapi dengan rudal balistik China telah membawa rudal JL-2 dalam misi patroli.
JL-2 memiliki jangkauan 7.400 km dan generasi rudal JL-3 yang sedang dikembangkan oleh China memiliki jangkauan yang diperpanjang hingga 12.000 km.
Kapal selam China hanya perlu mempertahankan keberadaannya di wilayah pesisir untuk menampilkan benua Amerika.