Advertorial
Intisari-Online.com - Armenia dan Azerbaijan akhirnya sepakat untuk genjatan senjata setelah konflik menjadi semakin sengit sejak akhir September 2020 lalu.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan, dia menandatangani gencatan senjata dengan Azerbaijan dan Rusia di Nagorno-Karabakh.
"Saya telah menandatangani kesepakatan dengan Presiden Azerbaijan dan Presiden Rusia," terang Pashinyan dalam rilis di Facebook.
"Langkah yang diambil ini tidak hanya menyakitkan bagi saya, namun juga seluruh rakyat," lanjut PM yang juga seorang jurnalis itu.
Pengumuman itu diperkuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana dia menyepakati gencatan senjata itu dengan Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Dikutip AFP Senin (9/11/2020), PM Armenia sejak Mei 2018 itu menerangkan perjanjian itu bakal diterapkan pukul 01.00 waktu setempat pada Selasa (10/11/2020).
Namun, saatArmenia dan Azerbaijan sepakat untuk genjatan senjata, konflik di belahan negara lain meletus.
Roket dari wilayah Tigray, utara Ethiopia, menghantam ibu kota negara tetangga, Eritrea, pada Sabtu (14/11/2020).
Serangan itu menjadi indikasi terbaru bawah konflik internal Ethiopia telah meluas ke luar perbatasan.
"Laporan-laporan yang kami dapatkan menunjukkan beberapa roket menghantam dekat bandara (di ibu kota Eritrea, Asmara)," kata seorang diplomat dikutip Kompas.com dari AFP.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed yang memenangi Nobel Perdamaian tahun lalu, pada 4 November mengumumkan bahwa dia sudah memerintahkan operasi militer di Tigray.
Konflik semakin memanas dari perseteruan lama dengan partai yang berkuasa di kawasan itu, yakni Tigray People's Liberation Front (TPLF).
Ratusan orang dilaporkan tewas dalam konflik di negara terpadat kedua Afrika itu, beberapa di antaranya dibantai secara mengerikan menurut dokumentasi Amnesty International.
Ribuan orang lalu melarikan diri dari Tigray untuk menyeberang ke negara tetangga, Sudan.
TPLF menuduh Pemerintahan Abiy meminta dukungan militer dari Eritrea, tapi tuduhan itu dibantah Ethiopia.
Sabtu pagi, Getachew Reda anggota senior TPLF mengancam akan melakukan serangan rudal di Asmara dan kota pelabuhan Massawa di Eritrea.
Belum diketahui berapa banyak roket yang ditembakkan, dari sisi Tigray mana ditembakkan, dan apakah mengenai sasaran atau kerusakan apa yang ditimbulkan.
Radio Erene stasiun radio diaspora yang berbasis di Paris, mengutip keterangan warga Asmara yang melaporkan adanya empat ledakan.
Jalur komunikasi dimatikan di Tigray sejak konflik dimulai, dan panggilan ke Asmara tidak bisa dilakukan kemarin.
Belum ada komentar dari Eritrea atau TPLF yang merupakan musuh bebuyutan.
TPLF mendominasi politik Ethiopia selama hampir 30 tahun dan sempat berperang secara brutal dengan Eritrea pada 1998-2000. Perang itu menewaskan puluhan ribu orang.
Abiy berkuasa pada 2018 dan memenangi Nobel tahun berikutnya, sebagian besar atas jasanya memulihkan hubungan dengan Eritrea.
Aditya Jaya Iswara
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Konflik Ethiopia Meluas ke Luar Negeri, Roket Hantam Ibu Kota Eritrea"