Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak tahun 1949, setelah Indonesia merdeka dari Belanda, Amerika Serikat menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Namun sebelum itu, perusahaan AS juga telah banyak terlibat dalam industri ekstraktif Indonesia (minyak dan gas dan pertambangan).
Industri ekstraktif adalah sektor terbesar untuk investasi AS.
Namun di sisi lain, manufaktur menjadi semakin menarik serta perbankan infrastruktur, barang konsumen, dan teknologi digital.
Perusahaan seperti Johnson & Johnson dan Procter & Gamble memiliki beberapa merek paling terkenal di Indonesia.
Melansir aseanbriefing.com (25/9/2020), Sejak dimulainya perang dagang AS-China, negara-negara ASEAN telah dipandang sebagai tujuan yang menjanjikan bagi bisnis untuk menerapkan strategi China plus one mereka.
Strategi ini melibatkan mempertahankan operasi manufaktur bernilai tinggi di China tetapi mengalihkan operasi yang lebih padat karya ke yurisdiksi berbiaya rendah lainnya.
Selain itu, Indonesia menghadirkan peluang bagi investor AS yang mengincar komitmen jangka panjang, kenapa?
Pasalnya, dengan menjadi ekonomi terbesar di ASEAN, Indonesia menawarkan potensi pertumbuhan yang luar biasa dengan ekonomi yang ditetapkan mencapai US $ 10 triliun pada tahun 2030, yang akan menjadikannya ekonomi terbesar keempat di dunia dalam hal paritas daya beli, dikutip aseanbriefing.com.
Bukan hanya AS yang diuntungkan, tapi Indonesia juga menikmati surplus perdagangan dengan AS.
Indonesia secara konsisten menikmati surplus perdagangan dengan AS yang mencapai US $ 12,7 miliar pada 2019, menjadikannya mitra ekspor terbesar kedua setelah China.
Indonesia mengekspor lebih dari US $ 3 miliar produk pertanian ke AS pada 2019 di samping lebih dari US $ 1 miliar minyak tropis, dengan minyak sawit menyumbang US $ 559 juta dari total ini.
Indonesia merupakan pengekspor minyak sawit terbesar dunia yaitu sebesar 29,5 juta ton pada tahun 2019.
Pakaian juga merupakan salah satu produk ekspor terbesar negara ke AS, dengan nilai lebih dari US $ 2 miliar pada tahun yang sama, dengan pakaian wanita dan anak perempuan menjadi sektor produksi terbesar.
Indonesia dan AS diuntungkan dari penerapan sistem perdagangan timbal balik di mana AS membeli tekstil dan garmen Indonesia sebagai imbalan atas impor kapas AS dari AS.
Indonesia mengimpor lebih dari US $ 3 miliar produk pertanian dari AS pada 2019, yang terdiri dari kedelai, kapas, gandum, dan produk susu, antara lain.
Selain itu, Indonesia merupakan importir besar pesawat sipil dan suku cadangnya, mengingat ia memiliki industri penerbangan dengan pertumbuhan tercepat kedua di dunia setelah China (dalam hal pesanan pesawat dan nilai bisnis).
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan Indonesia akan memiliki pasar perjalanan udara terbesar keempat pada tahun 2036 dengan lebih dari 350 juta penumpang akan terbang dari dan dalam negeri pada saat itu.
Terlepas dari defisit perdagangan, merek Amerika populer di Indonesia, terutama untuk produk barang konsumsi, setelah melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk memenuhi budaya dan standar lokal.
Baca Juga: Inilah Perbandingan Kekuatan MIliter Indonesia dan Malaysia, Siapa Lebih Unggul di Udara?
Misalnya, McDonald's, KFC, dan Burger King telah mendapatkan keuntungan dari keuntungan first-mover dengan memiliki proposisi Halal yang berkembang dengan baik, di mana Muslim Indonesia menghabiskan sekitar US $ 218 miliar pada tahun 2018 untuk berbagai sektor Islam, seperti keuangan, F&B, dan fashion.
Kelas menengah negara yang tumbuh lebih dari 60 juta, populasi yang besar dan muda, dan permintaan domestik yang kuat akan menjadi pertimbangan menarik bagi investor AS.
Kemudian, AS telah lama menjadi pemasok utama perangkat keras militer ke Indonesia, terutama setelah AS mencabut embargo militernya pada tahun 2006.
Awalnya pemerintah AS memutuskan hubungan dengan militer Indonesia pada tahun 1999 karena keterlibatan negara tersebut dalam konflik Timor Timur.
Bahkan, terlepas dari perlambatan ekonomi akibat perang perdagangan dan pandemi , pemerintah bersiap menampung sejumlah perusahaan AS yang ingin pindah ke Indonesia.
Presiden AS Donald Trump dilaporkan mengungkapkan dalam panggilan telepon kepada Presiden Indonesia Joko Widodo rencananya untuk membantu perusahaan AS pindah dari China ke Indonesia.
Pemerintah menyiapkan hingga 4.000 hektar lahan di Provinsi Jawa Tengah di Kawasan Industri Batang untuk menampung perusahaan AS, khususnya yang bergerak di sektor farmasi. Setelah didirikan di zona ini, perusahaan AS akan ditawarkan insentif pajak yang besar.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari