Advertorial

Berhasil Lengserkan Donald Trump, Begini Reaksi Pemimpin di Timur Tengah Terkait Kemenangan Joe Biden, 'Biden Lebih Fleksibel dan Rasional, Tapi...'

Mentari DP

Penulis

Di masa awal kepemimpinannya, Joe Biden mungkin menghadapi beberapa tantangan kebijakan luar negeri di Timur Tengah.
Di masa awal kepemimpinannya, Joe Biden mungkin menghadapi beberapa tantangan kebijakan luar negeri di Timur Tengah.

Intisari-Online.com - Kemenangan Joe Biden dan kekalahan Donald Trump dalampemilihan umum presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2020, menarik banyak perhatian dunia.

Ada yang senang. Ada juga yang tidak terima.

Lalu bagaimana sikap dari para pemimpin di Teluk Arab?

Sebab, Trump dikenal 'memusuhi' negara-negara Arab, walau akhir-akhir ini mulai saling bekerja sama.

Baca Juga: Joe Biden Menang Pilpres AS,Donald Trump DisebutkanMenolak TinggalkanGedung Putih, Bahkan Siap Ajukan Gugatan, 'Saya Telah Dicurangi'

Dilansir dari kontan.co.id pada Minggu (8/11/2020), ternyata para pemimpin di Teluk Arab memberi selamat kepada Joe Biden.

Namun, sejumlah pihak di kawasan Timur Tengah tersebut masih pesimisme dengan kebijakan AS selanjutnya di wilayah Arab.

“Saya yakin Trump tidak akan mencapai masa jabatan kedua."

"Dia terlalu memusuhi hampir semua orang."

"Dia (lebih) cocok menjadi pemimpin mafia daripada presiden Amerika Serikat," kata Adel Salman, seorang guru bahasa Inggris sekolah menengah di Baghdad.

Baca Juga: Sat-81, Pasukan Elite dan Terbaik Milik Kopassus yang Dibentuk Prabowo Subianto dan Luhur Panjaitan,Serba Rahasia dan Misterius Tapi Begitu Kuat

"Dan saya katakan kepada semua orang Irak, jangan menghitung ayam Anda sebelum menetas."

"Apakah Biden lebih baik untuk Irak? Mari kita tunggu dan lihat tindakannya," lanjut pria berusia 40 tahun tersebut.

Di masa awal kepemimpinannya, Biden mungkin menghadapi beberapa tantangan kebijakan luar negeri yang paling kompleks di kawasan ini.

Mulai dari perang di Libya dan Yaman hingga meyakinkan sekutu AS di Teluk Arab bahwa Washington dapat melindungi mereka dari musuh seperti Iran, serta kesepakatan nuklir dengan Teheran.

"Trump adalah teman kami, dia mencintai Arab Saudi dan melindunginya dari musuh."

"Dia memborgol Iran."

"Sedangkan Biden akan membebaskan Iran lagi dan ini akan merugikan kami dan seluruh kawasan," kata Mohamed Al Anaizy, seorang pengemudi Uberdi Arab Saudi.

Selama ini, Trump memang memiliki hubungan yang nyaman dengan sejumlah pemimpin yang semakin otoriter di negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, dan Turki.

Nah, di sisi lain, Biden telah berjanji untuk mengambil tindakan tegas tentang hak asasi manusia.

Baca Juga: Jadi Militer Terkuat di Asia Tenggara, Indonesia Ternyata Pernah Produksi Senjata Militer Canggih, Buat AS dan Australia Langsung Memesannya, Sementara China Gemetar Melihatnya

Beberapa kritikus Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengungkapkan harapan bahwa kebijakan AS akan berubah.

Dalam postingan twitter Biden di bulan Juli lalu, dia mengkritik tindakan keras Kairo terhadap aktivis politik, dan berjanji: "Tidak ada lagi pemeriksaan kosong untuk 'diktator favorit' Trump".

Pemerintah Sisi membantah tuduhan kelompok hak asasi manusia atas pelanggaran yang meluas.

Pembawa acara bincang-bincang di saluran TV yang dikontrol ketat di Mesir telah mencoba untuk mengecilkan dampak dari kemenangan Biden, dengan alasan bahwa Mesir akan menyesuaikan dan beradaptasi.

Sisi dengan cepat memberi selamat kepada Biden.

Para pemimpin Irak, Uni Emirat Arab, dan Yordania juga mengucapkan selamat kepada Biden.

Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aounjuga sudah mengucapkan selamat kepada Biden dan menyuarakan harapan untuk "kembali ke keseimbangan dalam hubungan Amerika-Lebanon" selama masa jabatannya.

Nabil Boumonsef, wakil pemimpin redaksi surat kabar An-Nahar, mengatakan kepada Reuters bahwa waktu pengumuman sanksi AS pada hari Jumat terhadap menantu Aoun Gebran Bassil, seorang politisi Kristen terkemuka, mengirim pesan bahwa Washington akan melanjutkan untuk mengejar politisi Lebanon atas tuduhan korupsi dan membantu Hizbullah.

“Biden lebih fleksibel dan rasional."

Baca Juga: Demi Pukul Mundur Tentara China dari Perbatasan, 50.000 Prajurit India Rela Menggigil Kedinginan di Suhu Minus, 'Bentrokan Sudah Tidak Dapat Dihindari'

"Tetapi saya tidak mengharapkan perubahan mendasar, meskipun mungkin ada pengurangan tekanan sehubungan dengan sanksi sampai tim Timur Tengah Biden ada,” katanya.

Ibrahim Matraz, seorang jurnalis Yaman, juga pesimis dengan prospek perubahan kebijakan AS setelah konflik bertahun-tahun yang melanda negaranya.

"Kita tidak boleh lupa bahwa Biden adalah wakil presiden dalam pemerintahan Obama saat perang dimulai," kata dia.

Tuduhan Trump atas kecurangan dalam pemilu tanpa memberikan bukti mendorong beberapa pihak di kawasan Arab mengatakan Washington tidak memiliki hak untuk berkhotbah tentang demokrasi di negara mereka, di mana para pemimpinnya sering memenangkan 99% suara dalam pemilu yang curang.

"Pemilu ini menunjukkan wajah nyata Amerika, sebuah negara di mana pemilu adalah lelucon dengan pihak yang kalah tidak mengakui kekalahan dan mengklaim dia menang," kata Adel al Natour, seorang industrialis di Suriah yang dilanda perang, yang para pemimpinnya menghadapi sanksi ketat AS.

(Anna Suci Perwitasari)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Warga Arab pesimisme kebijakan AS di Timur Tengah bakal berubah usai kemenangan Biden")

Baca Juga: 'Saya Kalah dari Kandidat Terburuk dalam Sejarah Politik', Hampir Pasti Dikalahkan Joe Biden dalam Pilpres, Benarkah Donald Trump Pindah dari AS?

Artikel Terkait