Advertorial
Intisari-online.com -Salah satu kekhawatiran dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh dan ditutupnya sekolah adalah anak-anak menjadi serasa tidak bersekolah.
Jika pengawasan dari orangtua juga kurang, hal ini sebabkan anak-anak akan lebih sering bermain dan tertinggal pelajaran mereka.
Namun ada hal yang lebih mengerikan daripada tertinggal pelajaran.
Anak-anak yang harus lakukan pembelajaran jarak jauh menjadi calon korban penculikan dan perdagangan manusia.
Baca Juga: Uang Jajan 'Seret' Gara-gara PJJ? Simak Trik Bikin Dompet Tetap Enggak Bolong Selama Pandemi!
Predator seks memanfaatkan situasi genting ini untuk mendapatkan yang mereka mau, dan bisa berakhir dengan penculikan anak.
Seperti yang terjadi Langkat, Sumatera utara ini.
Melansir dari Kompas.com, tiga anak di Langkah bernama Nizam, Zahra dan Yogi hilang secara misterius.
Keberadaan ketiga anak berusia tujuh tahun itu tidak kunjung diketahui, meski pencarian telah memasuki hari ke-19.
Kesedihan dirasakan oleh Alamsyah Saputra (41) dan istrinya, Masdiani.
Kini tiada hari mereka lewati tanpa mencari keberadaan sang anak, Zahra.
Mulai dari menyusuri parit hingga berjalan berkilo-kilometer dilakoninya demi bisa berjumpa dengan sang buah hati.
"Kemana-mana sudah dicari. Semua kerja keras, keluarga, Polres Langkat dan Polsek Salapian, warga, relawan terus mencari dari pagi sampai malam," kata dia pilu.
Bahkan lantaran tak kunjung ditemukan, sang istri Masdiani terus menangis, tak tahan jika teringat sosok anaknya.
Pekerjaan Alamsyah pun menjadi terbengkalai lantaran tenaga, waktu dan pikirannya hanya tercurah untuk menemukan putri bungsunya yang hilang.
"Saya pun tak tahu bagaimana. Tidak ada penghasilan, tapi ada orang-orang yang berbaik hati datang memberi sesuatu untuk beli beras dan segala macam," kata dia.
Bermain dengan anak-anak lain, tiga anak menghilang
Alamsyah masih ingat, Minggu (18/10/2020) pagi putrinya berpamitan untuk bermain.
Seperti biasanya, Zahra membawa handphone dan pergi ke rumah tetangganya yang memiliki WiFi.
Ia pergi sekitar pukul tujuh pagi. Anak-anak itu sempat bermain di sekitar perkebunan.
Sebab, di sana ada alat berat beko yang sedang beroperasi mengorek parit.
"Bahkan anak saya juga sempat memvideokan beko itu ngorek parit perkebunan," tutur Alamsyah.
Sekitar pukul 10, anaknya sempat pulang untuk meletakkan ponsel. Namun kemudian, Zahra kembali pergi.
"Sekitar jam 10, anak saya ini pulang letak HP langsung pergi lagi nengok beko itu," tutur dia.
Putrinya yang biasanya kembali untuk makan siang di rumah, ternyata tak kunjung pulang sejak hari itu.
Menurut informasi, ada sekitar 6 hingga 9 orang anak yang bermain, namun ternyata tiga di antaranya menghilang.
Tak hanya Alamsyah, Sarkim, orangtua Nizam juga melakukan hal yang sama.
Ia terus mencari keberadaan putra pertamanya tersebut.
Sarkim mengatakan, anaknya sempat diketahui menonton alat beko, namun tak pernah pulang ke rumah.
Upaya terus dilakukan Sarkim demi menemukan keberadaan putranya.
"Tapi apa daya. Kita pun masih mencari di mana dia. Pencarian sampai sekarang masih dilakukan. Cuman gitu tak ada hasilnya juga," kata dia.
Dengan lirih, Sarkim berharap agar anaknya dan dua bocah lainnya yang menghilang misterius segera ditemukan.
"Satu yang kami inginkan, anak saya diketemukan," tutur dia.
Pencarian melibatkan banyak pihak
Sekitar tiga pekan lalu, tiga anak berusia 7 tahun hilang di wilayah perkebunan di Dusun VI Pulka, Desa Namanjahe, Kecamatan Salapian, Langkat.
Pencarian terus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak.
Namun hingga hari ke-19, keberadaan anak-anak itu belum diketahui.
Polisi bahkan telah menerjunkan personel hingga menurunkan anjing pelacak untuk menemukan bocah-bocah itu.
"Kami dari kepolisian proses masih terus melakukan penyelidikan. Pencarian terus dilakukan," ujar Kapolsek Salapian, Iptu Sutrisno.
(Dewantoro)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Derita Orangtua yang Kehilangan 3 Anak Mereka Secara Misterius: Kami Cari dari Pagi sampai Malam"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini