“Mereka ingin Anda mendanai penelitian mereka dan kesempurnaan vaksin... Mereka menginginkan uang muka sebelum mereka mengirimkan vaksin. Jika itu masalahnya, maka kita semua akan mati,” kata pemimpin Filipina itu mengeluh tentang Barat.
Jokowi juga bertaruh pada China dalam vaksin dan mendorong akuisisi cepat vaksin melalui Peraturan Presiden No. 99/2020.
Di samping mengembangkan vaksin Covid-19 “Merah Putih” buatan sendiri, Indoensia juga bekerjasama dengan China untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Beberapa perusahaan itu adalah Sinovac Biotech China, China Sinopharm dan CanSino Biologics.
SinoPharm telah menandatangani kesepakatan untuk mengirimkan 300 juta dosis kepada masyarakat Indonesia sebelum akhir 2021.
Persepsi penting dalam perlombaan global untuk mendapatkan vaksin.
Di Wuhan, pusat awal pandemi, pertemuan berskala besar termasuk konser musik yang viral secara online telah menyebabkan spekulasi uji coba vaksin massal yang berhasil di kota China.
Meskipun langkah China jelas, "diplomasi vaksin" masih bisa menjadi bumerang, kata para kritikus.
Sebagai permulaan, China mendapat kecaman keras atas penanganan awal krisis, dengan tuduhan yang meluas untuk menutup-nutupi dan menyepelekan ancaman penyakit menular sejak dini.
Berbeda dengan saingan Baratnya, termasuk AS, China menghadapi apa yang dilihat beberapa orang sebagai "tanggung jawab ganda" dan harapan untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan kepada negara-negara tetangga sebagai sumber awal pandemi.
Meningkatnya kebencian terhadap China juga bertepatan dengan pengawasan yang intensif terhadap upaya diplomasi vaksinnya dan kekhawatiran yang muncul atas keamanan vaksin buatan China di tengah kekhawatiran kontrol kualitas tentang industri farmasi.
Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi terkemuka di Indonesia, telah memperingatkan ketergantungan dini pada vaksin buatan China.
Dia meminta pemerintahan Jokowi untuk tidak “langsung melakukan kesepakatan dan memutuskan hanya dengan China. Kita harus menunggu dan bekerja serius dengan WHO."
Sementara itu, AS bergerak di tengah uji coba dan pengawasan ketat regulasi untuk mengembangkan setidaknya tiga vaksin dalam beberapa bulan mendatang.
Tidak seperti China, perusahaan farmasi AS menikmati kredibilitas dan kepercayaan di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara di mana mereka memiliki pengalaman puluhan tahun.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR