Advertorial

Gembar-gemborkan Nada Kebencian Terhadap China Saat Lakukan Tur Asia, China Cap Menlu AS Pompeo Sebagai 'Racun' yang Perlu Diwaspadai

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melakukan kunjungan ke beberapa negara Asia pada 25-30 Oktober 2020.

Selama kunjungannya, Menteri Luar Negeri AS meminta bantuan dari negara-negara Asia dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai ancaman keamanan China.

Selama tur Asia-nya, Pompeo mengunjungi Sri Lanka, India, Maladewa dan Indonesia.

Atas kunjungannya ke beberapa negara tersebut, China pun melabeli Pompeo sebagai "racun" dan menyatakan negara-negara Asia harus "waspada terhadap" dia.

Baca Juga: Penggemar Drama Korea Pasti Tahu, Ini Dia Deretan Drama Korea Terbaik Sepanjang Masa, Jangan Dilewatkan

Pernyataan itu keluar setelah Pompeo mengakhiri kunjungannya ke Asia di Vietnam pada hari Jumat.

Melansir Express.co.uk, Sabtu (31/10/2020), di Vietnam, Pompeo berkata: "Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk membangun hubungan kami dan membuat kawasan ini - di seluruh Asia Tenggara, Asia dan Indo-Pasifik - aman dan damai dan sejahtera."

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan dia mencari “kerjasama yang tulus” untuk mendukung kawasan yang damai dan untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi.

Menyusul kunjungan terakhir Pompeo ke Vietnam, surat kabar China The Global Times mencapnya sebagai "pengganggu" yang "menyerang China" selama tur Asia-nya.

Baca Juga: Buronannya Malah Sukses Bangun Kerajaan Judi di Asia Tenggara Bahkan Bak Jadi Warga Kehormatan, Rencana Besar Tiongkok Kuasai Dunia Lewat 'Belt and Road Initiative' Mulai Dianggap Berantakan

Salah satu pernyataan berbunyi: “Pompeo adalah tipikal spoiler, dan yang dibutuhkan Asia sekarang adalah pembangunan.

“Ada perselisihan di seluruh Asia, tapi tidak ada alasan untuk membiarkan perselisihan mendominasi kawasan.

“Pompeo ingin dirinya menjadi alasannya. Dia telah menjadi racun di daerah tersebut. Biasanya, tidak ada yang mau minum racun.

"Pompeo telah datang dan pergi, dan negara-negara Asia ini akan dengan hati-hati menempatkan ingatannya sebagai racun di sudut rumah."

Pada hari Jumat, Pompeo tidak menyebut secara khusus China tetapi sebelumnya telah mendesak negara-negara Asia Tenggara untuk melawan Beijing.

Baca Juga: Kisah Penculikan Gadis Jepang Megumi Yokota oleh Agen Rahasia Korut, Abu Jenazahnya Dikembalikan 25 Tahun Kemudian Tapi Fakta Mengejutkan Ini yang Didapat Keluarganya

Di Sri Lanka pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS mengatakan Partai Komunis China beroperasi sebagai "predator".

Saat berada di India pada hari Selasa, Pompeo mendesak kerja sama dalam apa yang disebutnya sebagai ancaman China terhadap keamanan dan kebebasan di kawasan Asia.

Tetapi China telah mengklaim bahwa negara-negara Asia tidak memiliki pandangan yang sama dengan Pompeo tentang Beijing.

The Global Times menulis: “Pada konferensi pers bersama, dia sering mencoba untuk menciptakan kesan bahwa negara-negara ini memiliki sikap yang sama dengan AS terhadap China.

"Namun, orang-orang telah memperhatikan perbedaan antara pernyataan Pompeo dan pernyataan negara tuan rumah, dan bagaimana negara-negara ini mencoba mengklarifikasi posisi mereka selama atau setelah pidato Pompeo."

The Global Times juga mengklaim bahwa "banyak yang menganggap tur Pompeo sebagai perjalanan perpisahannya".

Baca Juga: Sempat Disebut 'Gila' oleh Istrinya Sendiri, Pria Ini Seorang Diri Bikin Selokan Selama 30 Tahun, Demi Atasi Kekeringan di Desanya, Dan Kini Julukannya pun Berubah

Pernyataanmenambahkan: "Jika Partai Republik kalah dalam pemilihan presiden (AS) yang akan datang, maka banyak hal yang dirundingkan atau ditandatangani Pompeo selama perjalanannya harus dinilai kembali.

"Bahkan jika Donald Trump terpilih kembali, Pompeo juga kemungkinan besar akan diganti."

Masalah utama di Vietnam adalah klaim China atas Laut China Selatan.

China telah mengklaim sebagian besar perairan itu sebagai miliknya yang telah memicu sengketa teritorial dengan beberapa negara terdekat.

Baca Juga: Ketika Hubungan China-AS Memburuk, Beijing Telah Melipatgandakan Ambisi Modernisasinya, Xi Bahkan Akan Memimpin Selama Bertahun-tahun Berikutnya, Apa Rencananya?

Artikel Terkait