Murid-murid tersebut bahkan memberinya penghargaan dengan memprediksi pembebasannya.
Prasasti alas patung tersebut terbaca: "untuk Bruno, dari generasi yang ia predikis, di sini, di mana kayu api terbakar."
Gerakan massa untuk menghormatinya yang dilaksanakan di tahun 2019 lalu di Campo de' Fiori diatur oleh Asosiasi Nasional Pemikir Bebas, tapi tiap tahunnya acara itu menarik berbagai kalangan: ateis, anarkis, rasionalis, pemercaya mistik dan pereformasi Katolik.
Ada juga delegasi dari otoritas kota yang berikan rangkaian bunga, buktikan jika pemerintah telah mengakui teorinya, tapi hubungan Bruno dengan pihak berwenang tetap tidak nyaman.
Berabad-abad reputasinya ditekan oleh Vatikan, catatan persidangannya dirahasiakan, dan ia tidak diberikan permintaan maaf pada perayaan kematiannya yang ke-400 pada tahun 2000, atas dasar ia telah menyimpang terlalu jauh dari doktrin Kristen sehingga tidak pantas mendapatkannya.
Sampai saat ini mungkin sudah ada jalan, tempat publik dan sekolah dinamakan darinya di seluruh Italia, tapi bagaimanapun ia tetap orang luar, simbol dari pemberontakan semata.
Saat ini hanya sedikit yang membaca buku Bruno, cerita hidupnya dan kematiannya memiliki koherensi dan penyampaian yang tidak tersampaikan lewat tulisan filosofisnya.
Namun satu dari temanya yang konsisten adalah perkembangan filosofi agama yang dapat menjembatani pembagian antara Katholik dan Protestan, dan bahkan menyelesaikan konflik agama yang emmecah Eropa di akhir abad ke-16.
Ia mendekati sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Elizabeth I, berharap mendapatkan dukungan untuk ide toleransi dan persatuan, tapi ia selalu gagal.
Bruno menghabiskan separuh hidupnya di pengasingan, menghindari The Inquisition, mencari suaka di seluruh Eropa, terpaksa pindah setiap beberapa tahun.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR