Kepala Intelijen Luar Negeri Moskow juga telah memahami bahwa wilayah tersebut dapat menjadi landasan peluncuran bagi militan Islam untuk memasuki Rusia.
Kremlin, oleh karena itu, merasakan ancaman keamanan internal dalam serangan yang dipimpin Ankara ke Nagorno-Karabakh.
Namun, Putin telah memutuskan untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut.
Dia ingin situasinya selesai dengan sendirinya, dan Rusia lebih suka mengeluarkan pernyataan dan menekan Turki untuk mengerjakan gencatan senjata.
Bukannya Moskow tidak bisa menempatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan sebagai gantinya.
Putin memiliki sejarah mengalahkan agresi Turki di zona konflik seperti Suriah dan Libya.
Namun pada saat itu niat Presiden Rusia adalah untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kebijakan Timur Tengah pemerintahan Trump untuk mengurangi intervensi dan kehadiran Amerika.
Namun, waktu telah berubah sekarang dan begitu pula tujuan akhir Moskow.
Mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh AS bukanlah prioritas besar bagi Moskow sekarang, karena mempertahankan sikap rendah hati dan memandang China dihancurkan oleh negara-negara dunia bebas seperti India, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR