Advertorial
Intisari-Online.com - Saat ini, Amerika Serikat (AS) menjadi negaradengan kekuatan militer terkuat di dunia.
AS berada di urutan ke-1 dan diklaim memiliki jutaan pasukan aktif serta teknologi terbaik.
Dan di antara negara lainnya, AS sangat waspada terhadap Rusia.
Sebab, Rusiaberada di urutan ke-2 sebagai negaradengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Bahkan untuk hadapi Rusia, petinggiAngkatan Darat AS menyiapkan misi khusus.
Di mana merekakini akan fokus pada pengembangan rudal jarak menengah yang memiliki jangkauan lebih dari 900 mil.
Bagi AS, kemampuan rudal dengan jangkauan ini merupakan kunci untuk menghadapi Rusia, bahkan China.
Sejak keluar dari perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) pada Agustus 2019, AS terus berusaha mengembangkan beberapa jenis senjata yang ada di kelas tersebut.
Meskipun banyak negara menilai bahwa aktivitas tersebut mencederai upaya perdamaian dunia.
"Ini akan menciptakan dilema pada musuh kita."
"Kami mampu mengubah keadaan dalam sekejap, jika kami dapat mengirimkan kemampuan seperti ini ke sana (medan perang)," ungkao Rafferty pada Army Fires Conference (29/9/2020), seperti dikutipSputnik News.
Pada tahun 1987 silam, AS dan Uni Soviet menandatangani perjanjian terkait INF setelah AS menempatkan rudal balistik jenis Pershing II di Eropa.
Dikutip dariSputnik News, rudal jenis tersebut mampu mencapai jarak 1.000 mil, atau sama dengan jarak dari Jerman Barat ke Moskow, hanya dalam waktu 6-8 menit.
Rudal ini dinilai dapat meningkatkan risiko pecahnya perang nuklir di kemudian hari.
Melalui perjanjian tersebut, kedua negara dilarang untuk membangun atau menggunakan rudal darat yang dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional atau pun nuklir dengan jarak antara 500-1.500 kilometer.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS kembali fokus pada pengembangan rudal LRPF.
Walaupun begitu, pihak Pentagon mengaku tetap akan mengikuti sejumlah batasan yang diatur pada perjanjian INF yang telah ditinggalkan.
Bahkan pada Maret 2019, beberapa bulan sebelum AS keluar dari perjanjian, Pentagon telah menyiapkan anggaran untuk sistem rudal LRPF yang bertentangan dengan perjanjian.
Nilainya disebut mencapai US$ 1 miliar untuk tahun fiskal 2020.
Menurut Menteri Pertahanan AS Mark Esper, AS terpaksa keluar dari perjanjian INF demi bisa bersaing dengan Rusia.
Menurut Esper, Rusia sendiri telah melanggar perjanjian selama bertahun-tahun dengan merilis rudal balistik jarak pendek, Iskander.
Dari pihak Moskow, mereka selalu menolak tuduhan tersebut, meyakinkan bahwa jangkauan Iskander tidak melanggar perjanjian.
Rusia justru menuduh AS hanya mencari-cari alasan agar bisa keluar dari perjanjian dan kembali bebas mengembangkan senjata.
(Prihastomo Wahyu Widodo)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Angkatan Darat AS akan fokus pada rudal jarak menengah, kunci penting hadapi Rusia")