Melansir Caucasus Edition, komponen agama justru berperan penting dalam memperbaiki hubungan Armenia dan Azerbaijan.
Agama memang bagaikan pedang dengan dua mata di kedua sisinya, bisa menjadi sumber masalah maupun cara penyelesaiannya.
Artikel yang ditulis pada tahun 2010 tersebut menyebutkan, dalam periode pertama konflik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan membuat banyak usaha untuk mewakili konflik di bawah koridor agama.
Namun keterlibatan Iran dalam proses pembentukan perdamaian dan rekonsiliasi kedua pihak tunjukkan bahwa konflik tersebut didasarkan pada masalah etnis, bukan agama.
Hal ini dibuktikan dengan kesepakatan pihak Armenia tentang mediasi Iran (yang terputus ketika Armenia mengambil alih kota Shushi pada 1993).
Saat itu, jelas-jelas ditunjukkan bawa ada komponen agama, konflik itu didasarkan pada masalah etnis (pendekatan Armenia) atau teritorial (pendekatan Azerbaijan).
Selama konflik keduanya dan setelah penandatanganan perjanjian gencatan senjata, Konferensi Republik Islam mengutuk kebijakan Armenia terhadap Muslim Azerbaijan dan menuntut penyelesaian konflik secepat mungkin.
Selain itu, kedua belah pihak memiliki agama yang berbeda: Kristen dan Islam, yang membuat aspek agama menjadi lebih nyata dan aktual untuk dibahas.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR