Intisari-Online.com - Sudah hampir 10 bulan pandemi virus corona (Covid-19) berlangsung, belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Malah banyak orang yang semakin khawatir karena jumlah kasus positif semakin banyak.
Berdasarkan data dari Worldomters.info pada Kamis (8/10/2020), ada 36,4 juta orang dikonfirmasi positif virus corona.
Sementara ada 1 juta kasus kematian dan 27,4 juta orang sudah dinyatakan sembuh.
Artinya ada 8 juta orang yang masih dirawat di rumah sakit.
Salah satu alasan cepatnya penyebaran virus corona karena tidak adanya vaksin virus corona.
Oleh karena itu, hampir setiap negara sedang berlomba membuat vaksin agar bisa 'membentengi' rakyatnya dari virus corona.
Namun hingga hari ini, belum ada satu pun vaksin yang dikonfirmasi bisa kita gunakan.
Tapi sudah ada beberapa negara yang sudah menyelesaikan beberapa tahap.
Sehingga, Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus meminta kita sedikit bersabar.
Sebab vaksin Covid-19 kemungkinan sudah siap pada akhir 2020 mendatang, Selasa (6/10/2020).
"Kita membutuhkan vaksin dan ada harapan pada akhir tahun ini, kita dapat memiliki vaksin," kata Tedros dikutip dari Anadolu Agency.
Lebih jauh, saat ini, fasilitas vaksin COVAX yang dipimpin WHO memiliki sembilan vaksin eksperimental.
Sembilan vaksin tersebut mencakup 168 negara yang bergabung untuk mendistribusikan dua miliar dosis kepada mereka yang paling membutuhkannya pada akhir tahun 2021 mendatang.
“Hal terpenting sekarang adalah berinvestasi atau menggunakan semua vaksin yang ada," tutur Tedros.
"Banyak negara yang menunjukkan bahwa dengan vaksin yang kami miliki, mereka mampu menekan dan mengendalikan pandemi," ungkap Tedros.
Itu sebabnya, kata Tedros, WHO meluncurkan ACT Accelerator.
Untuk diketahui, COVAX merupakan pilar vaksin dari Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator, yang dipimpin bersama oleh Gavi, aliansi vaksin, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) dan WHO.
Tedros pada Selasa kemarin mengumumkan, negara-negara seperti AS mengajukan pembaruan pertamanya.
Setelah memimpin pidato, Asisten Menteri Kesehatan AS Brett Giroir berkata melalui video: “Amerika Serikat menghargai kesediaan para Ketua, mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark dan mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, untuk memimpin uji klinis".
Mereka mengatakan dalam sebuah dokumen bahwa uji klinis independen akan meninjau pengalaman yang diperoleh dan pelajaran yang dipetik dari tanggapan kesehatan internasional terkoordinasi WHO untuk Covid-19.
Ini termasuk efektivitas mekanisme dan fungsi Peraturan Kesehatan Internasional.
Sebelumnya, pada 29 Me 2020, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS mengakhiri hubungannya dengan WHO setelah peninjauan selama berbulan-bulan yang telah dia perintahkan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Direktur Jenderal WHO: Vaksin Covid-19 Mungkin Siap pada Akhir 2020")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR