Advertorial
Intisari-Online.com - Di Indonesia, jumlah orang yang terinfeksi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 sudah menembus angka 300.000 kasus.
Sementara di dunia, sudah 35 juta orang yang terinfeksi Covid-19.
Dilaporkan ada 1 juta orang meninggal, sementara 27 juta lainnya telah dinyatakan sembuh.
Walau jumlah korban yang berjatuhan terus bertambah, nyatanya masih banyak hal yang belum diketahui terkait virus corona.
Salah satunya soal gejala neurologis atauyang berhubungan dengan saraf.
Sebab dilansir dari kompas.com pada Kamis (8/10/2020), gejala ini disebut sangat umum ditemukan di antara kasus-kasus pasien Covid-19 serius atau di rumah sakit.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam sebuah studi di jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology padaSenin (5/10/2020).
Dalam studi tersebut, gejala yang ditemukan bermacam-macam.
Dimulai dari gejala-gejala ringan seperti kesulitan menaruh fokus atau perhatian, memori jangka pendek, konsentrasi, hingga kesulitan menjalani multitasking.
Masih merasakan gejala setelah pulih
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa pasien dapat terus mengalami gejala-gejala ini jauh setelah pulih dari penyakit itu.
Dalam studi tersebut, peneliti di Northwestern Medicine mengamati 509 pasien pertama di 10 rumah sakit dan pusat kesehatan di Chicago pada bulan Maret dan April, yaitu saat awal pandemi terjadi.
Mayoritas pasien, yaitu sebanyak 82 persen mengalami masalah yang berasal dari sistem saraf.
"Artinya 4 dari 5 pasien yang masuk ke rumah sakit di sistem rumah sakit kami pada awal pandemi memiliki masalah-masalah neurologis tersebut," kata salah satu penulis studi Dr Igor Koralnik sebagaimana dikutipNBC News, Selasa (6/10/2020).
Nyeri otot
Nyeri otot dilaporkan oleh hampir sebanyak 44,8 persen pasien dan 37,7 persen pasien mengeluhkan sakit kepala.
Kemudian, hampir sepertiga pasien mengalami jenis masalah neurologis serius, yaitu ensefalopati atau fungsi otak yang mengalami perubahan.
Menurut Koralnik, masalah-masalah yang parah pada fungsi otak ini lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada pasien yang lebih tua, yaitu yang berusia di atas 65 tahun.
Sementara, pasien-pasien lainnya mengaku merasa pusing, kehilangan indra penciuman atau indra perasa.
"Bukti-bukti ini mengonfirmasi bahwa manfestasi neurologis umum terjadi, tetapi sering kali bersifat ringan."
"Itu penting," kata Ahli Saraf di Mayo Clinic, Dr Alejandro Rabinstein.
Menurut dia, banyak pasien Covid-19 di rumah sakit yang mengalami nyeri otot, juga kehilangan indra perasa atau penciumannya.
"Begitu pula sebaliknya," jelas Rabinstein yang tidak ikut serta dalam penelitian ini.
Gejala kehilangan penciuman
Selain itu, Koralnik menyebut bahwa gejala-gejala tersebut juga dapat menjadi pertanda awal infeksi virus corona.
"Orang-orang yang tiba-tiba kehilangan penciuman tanpa ada penyebab yang jelas harus memperhatikan kemungkinan tanda awal Covid-19," ujarnya.
Namun, efek jangka panjang dari gejala-gejala tersebut masih belum diketahui.
Untuk itu, Koralnik dan para koleganya akan terus mengikuti perkembangan pasien setelah keluar dari rumah sakit.
Adapun studi-studi di masa yang akan datang pada pasien-pasien Covid-19 di rumah sakit diharapkan dapat mengungkap dampak-dampak berbeda pada sistem saraf.
(Vina Fadhrotul Mukaromah)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Studi: Sebagian Besar Pasien Covid-19 Tunjukkan Gejala Neurologis, Apa Itu?")