Advertorial

Dari Luar Terlihat Sederhana, Rupanya Sosok Ini Dulunya Sultan! Kisahnya Pilu

May N

Editor

Intisari-online.com -Di satu rumah sederhana di Southsea, Portsmouth, Inggris, tinggal seorang laki-laki bangsawan dari Zanzibar.

Bukan sembarang bangsawan, laki-laki bernama Jamshid bin Abdullah Al Said tersebut adalah sultan terakhir Zanzibar, kawasan yang berada di Samudra Hindia, yang sekarang menjadi bagian dari negara Tanzania.

Jamshid bin Abdullah Al Said mengasingkan diri ke Inggris hanya beberapa bulan, setelah menggantikan sang ayah, Abdullah bin Khalifa, sebagai sultan di Zanzibar.

Ia naik takhta pada Juli 1963 menyusul kematian ayahnya.

Baca Juga: Setelah Berjuang 'Mati-matian', Anak Haram Raja Belgia Akhirnya Akan jadi Bangsawan, Begini Kisahnya

Pada Desember 1963 Inggris memberi kemerdekaan untuk Zanzibar dan hanya satu bulan setelahnya terjadi perlawanan rakyat yang mengakhiri kekuasaan laki-laki yang biasa disapa Sayyid Jamshid tersebut.

Revolusi ini menjadi awal kelahiran Zanzibar sebagai negara republik, sekaligus menghapus predikatnya sebagai penguasa.

Di saat istana dikuasai oleh kelompok perlawanan, Jamshid bin Abdullah Al Said, bersama anggota keluarga, kawan dekat, dan pegawai istana, menuju Oman dengan menggunakan kapal pesiar.

Namun ia ditolak untuk mendarat. Akhirnya ia terbang ke Inggris.

Baca Juga: Bukan Cuma Uang Rp268 Miliar yang Ditemukan Tersembunyi di Dinding, 'Si Raja Kokain' Pablo Escobar Juga Punya 20 Fakta Gila Berikut, Termasuk Bakar Uang untuk Hangatkan Putrinya

Ditolak pindah ke Oman

Rencana masuk ke Inggris melalui London pada Januari 1964 terpaksa dialihkan ke Manchester karena kabut tak memungkinkan pesawat untuk mendarat.

Dari Manchester, rombongan Jamshid bin Abdullah Al Said menuju London dengan menggunakan kereta.

Ned Donovan, penulis dan wartawan di Inggris yang mengikuti dari dekat kisah sultan terakhir Zanzibar mengatakan, ada isyarat ketika itu bahwa pemerintah Inggris "ingin mengembalikan kekuasaan di Zanzibar ke tangan Jamshid".

Baca Juga: Kelicikan Israel untuk Pencaplokan Palestina Tak Kunjung Berhenti, Ini Akal Busuk PM Israel Bohongi AS dan UEA dan Sampai Libatkan Mesir, Oman dan Bahrain, Turki: Dasar Munafik!

Namun seiring dengan berjalannya waktu, kata Donovan, kemungkinan bagi Jamshid untuk kembali berkuasa semakin tipis.

"Dan ketika Zanzibar dan Tanganyika bergabung untuk mendirikan negara Tanzania, kemungkinan bagi Jamshid untuk kembali menjadi sultan hilang sama sekali," kata Donovan.

Donovan mengatakan, pemerintah Inggris sebenarnya sudah membahas rencana agar Jamshid bisa menghabiskan masa tuanya di salah satu koloni Inggris.

Disepakati bahwa Inggris akan memberi dana 100.000 pounds (setara dengan 2 juta pounds jika dihitung dengan nilai sekarang) begitu Jamshid meninggalkan Inggris.

Baca Juga: Rajanya Suka Main Perempuan dan Lebih Pilih Habiskan Waktu Bersenang-senang, Warga Thailand Demo Kerajaan, Bagaimana Nasib Penentang Raja Selanjutnya?

Surat kabar Amerika Serikat The New York Times membenarkan adanya dana yang disiapkan oleh pemerintah Inggris untuk membantu Jamshid.

Tempat yang dianggap ideal bagi Jamshid untuk mengasingkan diri adalah Oman.

Pada 1960-an, Oman diperintah oleh Said bin Taimur, yang masih punya hubungan keluarga dengan Jamshid.

Zanzibar pernah menjadi bagian dari Oman mulai 1698 hingga 1890.

Baca Juga: Galang Dana untuk Militer Meski Tak Lagi Jadi Anggota Kerajaan, Pangeran Harry Ternyata Lebih Suka Berperang Daripada Jadi Warga Kerajaan, Siap Mati Sebagai Tentara!

Pada 1890, Inggris menjadikan Zanzibar sebagai wilayah protektorat dan dipisahkan dari Oman.

Said bin Taimur menolak usul ini karena ia "tidak ingin ada dua sultan di waktu yang bersamaan" di Oman.

Jamshid sendiri, menurut Donovan, juga tidak setuju dengan usul tersebut.

Tidak diketahui perkembangan selanjutnya, namun The New York Times memberitakan bahwa pada Mei 1964 pemerintah Inggris memberi Jamshid dana 100.000 pounds.

Baca Juga: Halwa, Kuliner Khas Oman yang Pembuatannya Mirip Dodol

Menjadi warga biasa

Dengan dana ini, Jamshid memulai kehidupan baru sebagai rakyat jelata dengan tinggal di satu rumah sederhana di pinggir pantai di Southsea, Portsmouth, Inggris.

Selama lebih dari 50 tahun tinggal di kota kecil di Southsea, tak banyak yang tahu bahwa Jamshid adalah sultan terakhir Zanzibar.

"Ia tidak mau menonjolkan diri, ia tidak pernah berbicara kepada wartawan ... seingat saya tak ada warga lokal yang tahu bahwa sultan (terakhir) Zanzibar tinggal di sana (Southsea)," kata Donovan kepada koran The Guardian.

Baca Juga: Dijuluki Orang Terkaya yang Pernah Hidup di Planet Bumi, Inilah Mansa Musa Raja Muslim yang Bikin Gempar Dunia Ketika Bawa 60.000 Rombongan Untuk Naik Haji

Donovan mengatakan Jamshid menjalani kehidupan seperti layaknya warga di Inggris lainnya seperti mengikuti ujian untuk mendapatkan surat izin mengemudi.

Saudara dan anaknya-anaknya kemudian pindah ke Oman, namun Jamshid harus bertahan di Inggris karena penguasa di Oman tak juga memberinya izin untuk pindah karena alasan keamanan.

Namun semuanya berubah ketika pada pertengahan September 2020, penguasa Oman, Sultan Haitham bin Tariq, akhirnya memberi izin bagi Jamshid untuk pindah dan menghabiskan masa tuanya di negara tersebut, setelah 56 tahun lamanya terasing di Inggris.

Salah seorang anggota keluarga Jamshid, kepada koran Timur Tengah The National mengatakan, "Keinginannya untuk pensiun di Oman dikabulkan oleh pemerintah dengan pertimbangan usianya yang sudah lanjut."

Baca Juga: Perang Armenia vs Azerbaijan di Karabakh Terus Berkobar, Gerilyawan Kelompok Bersenjata Ilegal dari Timur Tengah Ini DIduga Ikut Terlibat

"Ia memang ingin bisa menghabiskan masa tuanya di tanah leluhur, Oman," tambahnya.

Pada usia 91 tahun, Jamshid akhirnya bisa kembali ke tanah lelulur dan Portsmouth pun kehilangan satu-satunya warga yang menyandang status sultan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Tragis Sultan Terakhir Zanzibar, 56 Tahun Jadi Rakyat Jelata di Inggris"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait