Advertorial
Intisari-online.com - Tepat hari ini pada 30 September, Indonesia memperingati momen bersejarah yang dikelan paling kelam dalam sejarah Indonesia.
Pemberontakan oleh PKI, yang mencoba mengganti Ideologi pancasila dan menggantinya dengan ideologi Komunis melalui revolusi berdarah.
Berbicara menganai Komunis, ternyata hal itu pernah pula dialamatkan ke negara bekas wilayah Indonesia yaitu Timor Leste.
Negara itu memang hampir nyaris tidak memiliki tanda-tanda ideologi komunis di dalamnya.
Akan tetapi seorang mantan jenderal militer Timor Leste yang pernah melakukan pemberontakan di Bumi Lorosae mengungkap fakta itu.
Salah satunya berawalketika bentrokan berdarah antara Indonesia dan Timor Leste pada tahun 75-an.
Timor Leste membentuk sebuah gerakan yang dikenal Movimento Anti Communista, atau "Gerakan Anti Komunis."
Gerakan itu dibuat oleh UDT, yang dimaksudkan untuk menmbendung partai terkuat sekaligus pemimpin pemberontakan Timor Leste, Fretilin.
Ya, bisa dikatakan di dalam tubuh Fretilin, mereka membawa paham Komunisme.
Hal itu sempat diutarakan oleh mantan Pemimpin Militer Timor Leste, Mayor Alfredo Reinado yang dicap pemberontak oleh Timor Leste.
Mayor Alfredo, menjadi buruan karena dianggap musuh Timor Leste.
Pada saat itu, Alfredo berhasil melarikan diri dan bersembunyi, namun dalam persembunyiannya sempat tampil secara rahasia di acara TV Kick Andy.
Dalam rekaman wawancara antara Andy F.Noya dan Mayor Alfredo, dia bertanya dengan tegas apakah Xanana Gusmao dan Jose Ramos Horta adalah penganut paham Komunis.
Kemudian, dengan tegas Mayor Alfredo Reinado mengatakan, "Ya, mereka penganut Komunis." Selengkapnya bisa Anda saksikan cuplikan di bawah ini:
Sementara itu dalam penyelidikan lain yang menyebutkan Fretilin adalah penganut komunis pernah disebutkan pula oleh Rosihan Anwar.
Dalam bukunya berjudul Sejarah Kecil, "Petite histoire" Indonesia Volume 1 yang diterbitkan tahun 2004.
Menceritakan Operasi Komodo yang dipimpin oleh Ali Moertopo, operasi itu bertujuan untuk membawa Timor Leste masuk ke dalam wilayah NKRI.
Dari hasil operasi itu sebuah penyelidikan berhasil mengungkap bahwa Fretilin berpaham Komunis yang menginginkan kemerdekaan bumi Lorosae.
Akhirnya, melalui hasil penyelidikan itu, Indonesia meluncurkan Operasi Seroja pada 7 Desember 1975.
Perang terjadi antara Indonesia dan Timor Leste, isu komunisme itu pun juga menyeret Amerika terlibat di dalamnya.
Waktu itu, Presiden Soeharto meminta dukungan Amerika dan meyakinkan bahwa paham itu telah melebar kemana-mana termasuk di Timor Leste.
Amerikan kemudian memberikan dukungan penuh Indonesia untuk melancarkan invasi ke Timor Leste, dan memasok senjata sebagai upaya memberantas Komunisme.
Menurut laporan itu, Fretilin yang merupakan kekuatan utama pemberontakan Timor Leste yang juga dituduh membawa paham Marxis-Komunisme.
Meski demikian, hingga detik ini Timor Leste tidak pernah menunjukkan diri sebagai negara Komunis, bahkan hampir tidak ada logo palu-arit terpampang dalam negaranya.
Selain itu Presiden Ramos Horta dan Xanana Gusmao, tidak pernah memberi pernyataan terkait isu yang telah lama berkembang itu.