Advertorial
Intisari-Online.com - China kini menjadi satu-satunya harapan Timor Leste untuk melanjutkan impiannya membangun industri perminyakan dalam negeri.
Tasi Mane, menjadi megaproyek Timor Leste yang mencakup pembangunan bandara, jalan tol, kereta api, hingga kilang minyak.
Namun, Timor Leste masih berjuang mengumpulkan uang untuk mendanai proyek tersebut.
Perjuangan Timor Leste makin sulit dengan kini dihadapkan pada pandemi Covid-19.
Sementara pinjaman pada Negeri Tirai Bambu dikhawatirkan membuat Timor Leste masuk dalam jebakan utang China, seperti yang terjadi pada beberapa negara lain.
Terkait hubungan Timor Leste dengan China, Menteri Luar Negeri Timor Leste, Dionísio da Costa Babo Soares, pernah mengungkapkan kepercayaan diri atas hal itu saat masih menjabat.
Melansir Belt & Road News (25/9/2019), Dionísio da Costa Babo Soares dalam sebuah wawancara, memberikan tanggapan tentang orang-orang yang skeptis tentang hubungan Timor Lorosa'e dengan Tiongkok.
Ia mengatakan bahwa Timor Leste bukanlah 'negara baru yang rapuh' yang dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh orang lain.
Soares mendasarkan kepercayaan diri itu pada bagaimana negara tersebut menangani sengketa perbatasannya dengan tetangga yang lebih besar, Australia.
Seperti diketahui, Timor Leste sempat terlibat dalam sengketa batas laut dengan negara tetangganya itu, wilayah yang mencakup ladang minyak.
Sengketa tersebut juga berlangsung selama bertahun-tahun dan baru selesai melalui kesepakatan pada tahun 2018.
Menteri Luar Negeri tersebut mengatakan bagaimana Timor Leste menggunakan undang-undang Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelesaikan batas Maritimnya dengan Australia.
Bahkan, ia membandingkan Timor Leste dengan negara-negara lain dalam sengketa Laut China Selatan.
“Negara-negara di Laut China Selatan tidak bisa menyelesaikan sengketa tapal batas mereka meski sudah di sana lebih dari 50 tahun,
“Timor Leste baru berumur kurang dari 20 tahun, ”katanya.
Selama ini, China telah mendukung penggerak infrastruktur utama di Timor Leste, yang memicu kekhawatiran bahwa negara kepulauan itu mungkin telah memikul jumlah hutang yang tidak berkelanjutan, atau lebih buruk, membuat dirinya rentan terhadap pengaruh politik Beijing.
Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama menolak pandangan tersebut sebagai 'skeptis', dengan mengatakan hubungan negara dengan China dan komunitas internasional lainnya didasarkan pada 'saling percaya dan menguntungkan'.
Ia menunjukkan bahwa Timor Lorosa'e memiliki banyak pengalaman dalam mengatur hubungan dengan kekuatan asing, setelah menghabiskan empat abad di bawah pemerintahan kolonial, yang berpuncak pada pendudukannya oleh Indonesia dari tahun 1975 hingga 1999.
“Kadang-kadang orang berpikir bahwa dengan menjadi baru dan kecil, kita dapat dengan mudah terbawa atau didorong, tetapi Timor Leste stabil dan kuat dan mampu mengatur dirinya sendiri.
“Gagasan bahwa Timor-Leste dimanfaatkan terutama untuk kepentingan satu negara, yaitu China, sepenuhnya salah,” kata Soares saat itu.
Soares menekankan hubungan yang kuat antara Timor Lorosa'e dengan negara-negara selain China, meskipun dia mengakui manfaat dari kemurahan hati Beijing.
China sendiri adalah negara pertama yang mengakui Timor Leste merdeka dan membantu membangun kementerian luar negeri, kementerian pertahanan, dan gedung-gedung kantor kepresidenan.
Selain itu, Beijing juga membantu membangun jaringan listrik negara dan jalan raya lintas negara.
Menurut Soares, pendekatan Timor Leste adalah berteman dengan sebanyak mungkin negara dan tidak memiliki musuh.
Dalam wawancara tersebut, ia mengungkapkan bahwa selama beberapa tahun, Timor Leste telah mencoba untuk menjadi bagian dari 10 Anggota blok ASEAN, sebuah upaya yang didukung oleh Beijing di tengah keraguan atas kontribusinya pada kelompok tersebut.
“Kami menempatkan prioritas Nasional di pusat, di jantung semua hubungan ini. Kami sangat berhati-hati dan menghormati mitra kami, tidak hanya China tetapi juga negara lain.
Soares pun menegaskan bahwa Timor Leste tidak melihat China sebagai ancaman atau sebaliknya.
"Kami tidak melihat China sebagai ancaman bagi negara lain mana pun di dunia, dan kami tidak melihat negara lain menjadi ancaman bagi China," katanya.
Baca Juga: Lakukan CT Scan pada Kepalanya Setelah Kecelakaan, Wanita Ini Malah Temukan 2 Jarum di Dekat Otaknya
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari