Advertorial
Intisari-Online.com - Posisi tidak menguntungkan akan didapatkan Australia jika hubungan Timor Leste dan China semakin mesra.
Timor Leste sendiri kini diyakini hanya bisa menggantungkan harapannya pada China.
Pinjaman dari Negeri Tirai Bambu disebut menjadi satu-satunya harapan Timor Leste untuk melanjutkan megaproyek yang telah diperjuangkan Mantan Presiden Xanana Gusmao.
Proyek untuk menciptakan industri perminyakan dalam negeri yang akan menyelamatkan kelangsungan hidup Timor Leste dan mengeluarkannya dari jurang kemiskinan.
Sementara itu, pinjaman tersebut tak akan diberikan cuma-cuma, China bisa saja mendanai proyek tersebut sebagai bagian dari persaingan geostrategisnya dengan AS.
'harga' Beijing dapat mencakup hak untuk membangun pangkalan angkatan laut China di pantai selatan Timor Leste, yang mana inilah satu hal yang paling ditakuti Australia, dikutip dari Asia Review.
Sementara itu, Senator Australia Rex Patrick mengatakan pada Februari lalu bahwa Australia harus mempertimbangkan untuk mendukung Tasi Mane untuk mencegah Timor Lorosa'e menjadi pengikut Cina.
Rupanya, Australia sendiri pernah 'bertindak' dalam upaya merebut kembali pengaruhnya di Timor Leste dari China.
Melansir navytimes.com (30/8/2019), Australia mengumumkan perjanjian keamanan maritim baru dengan Timor Leste, yang manaakan membuat Timor Leste mendapatkan infrastruktur angkatan laut dan hubungan internet bawah laut dengan dunia, karena China meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Saat itu, Perdana Menteri Scott Morrison mendeklarasikan "babak baru dalam hubungan kita" ketika dia bertemu dengan mitranya dari Timor Leste, Taur Matan Ruak , di ibu kota Timor Leste, Dili, untuk bertukar catatan diplomatik yang mengaktifkan pendapatan minyak dan gas dasar laut Laut Timor.
Kunjungan tersebut menandai peringatan 20 tahun pemungutan suara yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam kesempatan itu, Morrison juga mengumumkan "paket keamanan maritim baru" di mana Australia akan membayar dermaga baru di Pangkalan Angkatan Laut Hera di pantai utara Timor Leste.
Dermaga itu akan membantu negara itu mengoperasikan dua kapal patroli kelas Guardian yang akan diberikan oleh Australia pada tahun 2023.
Australia pun berjanji akan menyediakan kapal pelatihan sebagai persiapan bagi Timor Lorosae yang menerima pengiriman kapal patroli dan membayar desain konsep peningkatan pangkalan yang lebih luas, kata Morrison.
Selain itu, Australia juga mengatakan akan membayar pekerjaan teknik dan desain yang diperlukan untuk menghubungkan Timor Lorosae melalui kabel serat optik ke sistem kabel Australia yang membentang antara kota-kota utara Darwin dan Port Hedland.
Morrison mengatakan pemerintahnya akan bekerja dengan Timor Lorosa'e "mengenai opsi pembiayaan dan konstruksi."
"Hubungan kami akan bertahan, kami menghormati kedaulatan dan kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah dan akan terus berjalan dengan Anda," kata Morrison kala itu.
Lalu, upaya seperti apa lagi yang bakal dilakukan Australia ketika 'ladang uangnya' kesulitan melanjutkan proyek besarnya di tengah pandei Covid-19?
Sementara Australia harus kembali mempertimbangkan dukungannya terhadap proyek Tasi Mane, pertemuan baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Timor Leste dan mitranya dari China juga membuat kedua belah pihak membahas kerja sama yang lebih dekat dalam Belt and Road Initiative.
Hal itu berpotensi memperkuat posisi China sebagai investor untuk Tasi Mane.
Setelah selesai, proyek tersebut akan bertanggung jawab untuk menyediakan sebagian besar kekayaan orang Timor Leste, dan termasuk pembangunan pelabuhan, pembuatan kapal dan fasilitas perbaikan kapal yang terletak sekitar 700 km dari Pelabuhan Darwin.
Proyek itu nantinya akan dikelola oleh sebuah perusahaan China di bawah Sewa 99 tahun.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari