Advertorial
Intisari-online.com -Korea Utara menceramahi pekerja dan karyawan Biro Operasi Manajemen Bandara Internasional Pyongyang.
Ceramah itu dilaksanakan Sabtu lalu, mengklaim jika Seoul telah ditutup total karena penyebaran Covid-19.
Daily NK melaporkan penceramah yang juga anggota komite partai lokal, mengatakan jika Korea Selatan gagal total menangani Covid-19.
Menurut penceramah tersebut, penutupan total kota Seoul telah tunjukkan situasi medis mengerikan dari Korsel kepada komunitas internasional.
Penceramah tersebut juga mengkritik kampanye jaga jarak Korsel sembari membandingkannya dengan upaya Korut melawan penyakit itu.
Korut sendiri telah menutup perbatasan udara, laut dan darat mereka sejak akhir Januari.
Ini bukanlah propaganda palsu Korut mengenai Korsel yang pertama untuk para warganya.
Negara tersebut telah lama menjelaskan jika Korsel adalah "masyarakat kapitalis yang mengajarkan kanibalisme dan memakan daging anjing".
Mereka juga sebutkan bahwa "ratusan bahkan ribuan warga sekarat" di Korea Selatan karena mereka tidak bisa berobat di rumah sakit.
Penceramah tersebut juga mengklaim warga Korsel tidak mampu menerapkan hidup normal karena lockdown dan tingkat kematian dan kerusakan tinggi akibat angin topan yang baru saja menghantam semenanjung Korea.
"Seluruh semenanjung Korea telah menderita kerusakan material dan timbulkan korban jiwa akibat banjir dan angin topan," ujar penceramah tersebut.
"Partai telah berjuang keras mencegah kerusakan akibat angin topan dan kerusakan akibat banjir.
"Partai juga telah terapkan kebijakan anti-epidemi yang bijaksana, di antara semua kebijakan lainnya."
Biro Operasi Manajemen Bandara Internasional Pyongyang menangani penerbangan lokal, internasional dan pengiriman kargo.
Sementara ini semua penerbangan sedang ditunda karena pandemi Covid-19.
Warga atasi sendiri masalah kekurangan pangan
Sementara itu Kim Jong-Un telah menyuruh kepada seluruh warganya untuk menangani kekurangan pangan di negara mereka.
Pejabat Provinsi Chagang telah mulai membangun fasilitas irigasi raksasa sebagai bagian meningkatkan suplai air ke lahan pertanian lokal.
"Komite Pusat baru-baru ini membuat keputusan untuk membangun fasilitas irigasi di Provinsi Chagang," ujar sumber di Provinsi Chagang kepada Daily NK.
"Sehubungan dengan ini, komite partai provinsi telah menyuruh warga untuk melaksanakan pembangunan tersebut."
Sumber Daily NK mengatakan rencana pembangunan datang setelah "Pemimpin Agung mengisukan pernyataan terkait kekhawatirannya akibat kekurangan pangan di Provinsi Chagang."
Serta, pernyataan bahwa "warga harus diyakinkan mereka bisa tumbuhkan makanan sendiri untuk makan mereka sendiri, bahkan jika yang tumbuh hanyalah jagung."
Provisi Chagang adalah salah satu provinsi industri penting di Korut.
Banyak pabrik milik negara disamarkan sebagai fasilitas sipil.
Baca Juga: Tak Sekadar Limbah, Air Buangan AC Ternyata Punya 5 Manfaat yang Tak Banyak Orang Tahu
Termasuk di antara pabrik tersebut antara lain Pabrik Traktor Kanggye, Pabrik Mesin Presisi Kanggye dan Pabrik Mesin 8 Februari.
Karenanya, pihak berwenang Korea Utara mencoba mencegah kebocoran informasi rahasia tentang fasilitas ini dengan sangat membatasi siapa pun untuk memasuki atau meninggalkan provinsi.
Karena Provinsi Chagang terisolasi dari daerah lain di negeri ini, pesanan terbaru untuk membangun dan memperluas fasilitas irigasi tampaknya ditujukan untuk membantu penduduk setempat mengatasi kekurangan pangan di provinsi itu sendiri.
Namun ada lagi masalah yang jadi tantangan tersendiri.
Provinsi Chagang sebagian besar bergunung-gunung, yang berarti bukan tempat yang ideal untuk menanam biji-bijian.
Masih harus dilihat apakah pembangunan irigasi baru dan fasilitas penyiraman lahan akan cukup untuk mengatasi kekurangan pangan di provinsi tersebut.
Ada juga pertanyaan tentang apakah perintah terbaru tersebut hanyalah upaya untuk membuat penduduk Provinsi Chagang menjaga diri mereka sendiri, mengingat tanda-tanda bahwa pemerintah Korea Utara tampaknya berjuang untuk menyediakan makanan yang cukup bagi provinsi tersebut.
Sebuah laporan yang dirilis pada Juli oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa 10,1 juta warga Korea Utara, atau 40% dari populasi, mengalami kekurangan pangan.
Laporan itu juga mencatat bahwa banjir dan topan baru-baru ini telah menjerumuskan negara itu ke dalam krisis ketahanan pangan yang akut.
Menurut sumber Daily NK di Provinsi Chagang, pihak berwenang Korea Utara belum melakukan pekerjaan yang baik dalam menyediakan jatah makanan untuk penduduk setempat.
“Selama lima bulan terakhir, [pekerja] di pabrik amunisi, badan khusus dan unit militer di Provinsi Chagang hanya menerima jatah yang cukup untuk 15 hari [per bulan],” sumber itu menjelaskan.
“Penduduk setempat sedang diperintahkan untuk datang ke tempat kerja apa pun yang terjadi, jadi mereka membawa bekal makan siang bibimbap tauge ke dalam tambang.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini