Advertorial
Intisari-online.com -Hari ini, 16 September, 88 tahun yang lalu, Mahatma Gandhi melakukan aksi mogok makan atas pemisahan aktivitas politik berdasarkan kasta di India.
Di dalam penjaranya di Yerovda, Pune, aktivis, politisi, penulis sekaligus pengacara yang memiliki nama asli Mohandas Karamchand Gandhi ini memulai aksi mogok makannya sebagai protes terhadap pemerintah kolonial Inggris yang membuat keputusan pemisahan sistem elektoral berdasarkan kasta.
Meski aksi itu bukan kali pertama dirinya melakukan mogok makan, kenyataannya, Gandhi telah bekerja sepanjang hidupnya untuk melawan demi kepentingan seluruh rakyat India dan dunia.
Pada 1920, konsep Satyagraha atau bermakna "berpegang teguh pada kebenaran" telah membuat Gandhi menjadi sosok yang sangat berpengaruh bagi jutaan pengikutnya.
Dipenjara oleh pemerintah Inggris dari tahun 1922-1924, dia menarik diri dari dunia politik selama tahun 1920-an tetapi pada tahun 1930 kembali terjun dengan kampanye pembangkangan sipil yang baru.
Hal itu membuat Gandhi dipenjara lagi, meski hanya sebentar, ketika Inggris membuat konsesi atas tuntutannya dan mengundangnya untuk mewakili Partai Kongres Nasional India pada konferensi meja bundar di London.
Setelah kembali ke India pada Januari 1932, Gandhi tidak membuang waktu untuk memulai kampanye pembangkangan sipil lainnya, di mana dia (pada akhirnya) dipenjara lagi.
Delapan bulan kemudian, Gandhi mengumumkan bahwa dia memulai gerakan mogok makan yang berbunyi "lapar sampai mati" untuk memprotes dukungan Inggris terhadap konstitusi baru India, yang memberikan kasta terendah (kasta 'tak tersentuh' Dalit) di negara itu memiliki keterlibatan politik terpisah selama 70 tahun.
Gandhi percaya hal itu akan menjadi permanen dan sangat tidak adil tentunya membagi kelas sosial di India.
Gandhi sangat kuat memperjuangkan emansipasi bagi kasta Dalit, kasta yang tak boleh disentuh yang disebutnya sebagai "Harijan" atau bermakna "Anak-anak Tuhan".
"Ini adalah kesempatan, anugerah Tuhan yang datang kepada saya," ujar Gandhi dari dalam selnya di penjara Yerovda, "untuk memberikan hidup saya sebagai pengorbanan terakhir kepada [mereka] yang tertindas."
Mogok makan Gandhi berlangsung 6 hari setelah pemerintah Inggris menerima ketentuan-ketentuan dari penyelesaian masalah antara orang India dari kasta tertinggi dengan kasta terendah.
Sampai India merdeka, pengaruh Gandhi terus bertumbuh.
Dia terus melakukan mogok makan sebagai metode perlawanan, karena tahu pemerintah kolonial Inggris tidak akan tahan dengan tekanan publik internasional terhadap dirinya yang sudah dikenal sebagai "Mahatma" atau "jiwa yang agung".
Pada 12 Januari 1948, Gandhi juga diketahui telah mengakhiri mogok makan yang sukses di New Delhi, untuk membujuk umat Hindu dan Muslim di kota itu agar saling berdamai.
Mengutip buku Mahatma Gandhi yang diterbitkan Kementerian Informasi dan Penyiaran India, pada 30 Januari 1948, sekitar pukul 5 sore, Gandhi yang tengah berada di sebuah kebun rumah bernama Birla House (kini Gandhi Smriti) bersama cucu perempuannya dan tengah menyiapkan diri hendak beribadah, tewas akibat serangan tembakan.
Penembaknya, Nathuram Godse adalah seorang ekstremis Hindu yang menembak Gandhi dengan 3 butir peluru di dada dari sebuah pistol jarak dekat.
Menurut beberapa literatur, Gandhi tewas seketika.
Namun, menurut buku Empirical Foundations of Psychology karya Nicholas Henry Pronko, Gandhi sempat dibawa ke dalam Birla House dan dibaringkan ke tempat tidur.
Dia tewas sekitar setengah jam usai serangan beriringan dengan salah satu anggota keluarga Gandhi yang membacakan ayat-ayat suci dari kitab Agama Hindu.
(Miranti Kencana Wirawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: "Lapar sampai Mati" demi Bela Kasta Dalit, Mahatma Gandhi Rela Mogok Makan"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini