Advertorial
Intisari-online.com - Seperti diketahui, Timor Leste merupakan wilayah Indonesia sebelum memutuskan untuk merdeka tahun 1999.
Oleh sebab itu, otomatis Indonesia tidak memiliki kepentingan dan ikut campur di Timor Leste karena sudah bukan menjadi bagian dari NKRI.
Namun, baru-baru ini diketahui ada TNI AU mengirim dua pesawat tempurnya ke wilayah yang amat dekat dengan Timor Leste dan Australia.
Menurut Kompas Senin, Komandan Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara El Tari Kupang Kolonel (Pnb) Bambang Juniar menyebut patroli itu sudah digelar sejak Senin (14/9).
Dalam patroli itu, TNI AU mengirim dua pesawat F-16 miliknye ke wilayah perbatasan Timor Timur dan Australia.
Perlu diketahui F-16 merupakan pesawat tercanggih yang kini dimiliki oleh TNI AU.
Sementara itu, patroli tersebut direncanakan akan digelar selama 4 hari, hingga Kamis (17/9) mendatang, ungkap Bambang melalui Kompas (15/9).
Lantas apa yang terjadi, sampai TNI menggelar patroli ke wilayah tersebut selama 4 hari menggunakan pesawat canggih?
Menurut Antara News, Bambang mengatakan, kedatangan dua pesawat tempur milik TNI tersebut untuk mendeteksi pelanggaran udara yang dilakukan pesawat asing.
Termasuk tindakan ilegal yang dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab di wilayah perairan NTT yang berbatasan dengan dua negara.
Namun, Bambang menyebut selama proses operasi itu, hingga Selasa (15/9) dia belum menemukan adanya pelanggaran atau tindakan yang ilegal yang melanggar kedaulatan NKRI.
Bila ditemukan dia akan melakukan penindakan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Lokasi yang digunakan dalam operasi tersebut, dari bagian selatan perbatasan Indonesia Autralia dan juga perbatasan Indonesia-Timor Leste, di bagian Timur.
Selain dua jet tempur Bambang juga membawa satu helikopter.
Bambang mengatakan, jet tempur Skuadron 3 Lanud Iswahjudin Madiun ini akan melakukan penindakan jika menemukan pelanggaran udara.
"Dua pesawat tepur tersebut akan melakukan penindakan selama operasi, menemukan adanya pelanggaran oleh pihak asing," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa operasi itu merupakan bagian operasi lanjutan dari rencana operasi perbatasan dari Koops AU 3 di Biak, Papua.
Selama operasi itu dia melibatkan satu unit heli tempur Curacal dari Lanud Atang Sendjaja Bogor, dan Pesawat CN 235 di Lanud El Tari, Minggu (13/9).
Selama itu pada Jumat (11/9) pekan lalu, pesawat pengintai CN 235, sudah melakukan proses pengintaian.
Pengintaian itu meliputi wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia III dan tak ditemukan adanya pelanggaran lintas laut dan udara.
Sepanjang wilayah itu dikatakan aman dari gangguan, namun pada Sabtu (12/9) gangguan laut terjadi di wilayah perairan Natuna.
Di mana kapal China ditemukan nyelonong di wilayah itu dengan dalih melakukan operasi.
Badan Kemanan Laut (Bakamla) Indonesia mengusir kapal itu, namun kapal China itu ogah meninggalkan wilayah tersebut.
Setelah melakukan komunikasi sengit melalui radio akhirnya kapal tersebut meninggalkan wilayah perairan Indonesia Senin (14/9) dengan dikawal kapal Indonesia.