Dengan begitu, buah yang sudah membusuk atau tidak bisa dikonsumsi manusia saja yang diproses menjadi pupuk cair atau kompos.
“Agar terserap atau dikonsumsi manusia juga, jadi jerih petani ini tidak hanya dijadikan kompos,” tutur gadis yang juga memiliki bisnis keluarga seputar pupuk dan pestisida ini.
Jangan Ada yang Busuk
Mengambil landasan gerakan agrimovement, lulusan Santa Clara University, area Silicon Valley, Amerika Serikat ini mengusung gerakan tidak sempurna untuk menghargai buah-buah tidak sempurna.
Alhasil, lahirlah Panen Abnormal dengan menjual buah-buah yang tidak lolos kurasi dan tidak terjual ini dijajakan online lewat platform marketplace yang mengalami pengiriman ke Jabodetabek dan Bandung.
Dengan demikian, buah-buah yang tidak terjual tidak perlu dikirim balik ke petani di daerah Jawa Barat.
Biaya transportasi yang dibebankan ke petani jadi lebih minim, begitupun jejak karbon yang disisakan dari pengiriman jalur darat.
Buah-buahan dan sayuran di Panen Abnormal sendiri dipasok dari rekanan petani di Jawa Barat.
Mengingat jaraknya yang masih terjangkau dari Jabodetabek, area operasional bisnis Panen Abnormal.
“Kami sempat juga bekerja sama dengan TaniHub kemarin,” tutur Tia.
Buah-buahan di TaniHub, aplikasi e-commerce penjual hasil pertanian, juga disalurkan Panen Abnormal agar dapat membantu hasil panen para petani lebih mudah terserap oleh konsumen potensial.
Baca Juga: Nagita Slavina Beli Melon di Jepang Hampir Rp1 Juta, Ternyata Ini Alasan Harga Buah di Jepang Mahal
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR