Advertorial
Intisari-online.com - Tahun 2019 lalu, penyakit Demam Babi Afrika (ASF) yang mewabah di Korea Selatan menyebabkan otoritas setempat memusnahkan 47.000 ekor babi yang ada di Korea Selatan.
ASF ditemukan di Korea Selatan dengan dugaan penyakit itu muncul dari babi yang melintasi Zona Demiliterisasi (DMZ), kasus pertama ada di Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan dengan cepat melakukan langkah pencegahan, termasuk memperketat perbatasan.
Setiap babi hutan yang ketahuan melintas dari wilayah Korea Utara menjadi sasaran utama Militer Korea Selatan untuk dibasmi.
Meski begitu Seoul melaporkan kasus pertama muncul sejak 17 September lalu, dan total kejadian sudah mencapai angka 13 kejadian.
Penyakit ini sudah mewabah di negara Asia lain seperti di China, Vietnam, dan Filipina.
Dicatat bahwa menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE, Mongolia terjangkit pada Januari 2019, Vietnam terjangkit Februari 2019.
Disusul kemudian oleh Kamboja pada bulan Maret 2019 dan Hongkong di bulan Mei 2019.
Mei juga merupakan saat penyakit tersebut mewabah di Korea Utara, selanjutnya Laos pada Juni 2019, Myanmar dan Filipina pada Agustus 2019 dan Timor Leste September 2019.
Untuk kasus yang di Korea Selatan sendiri, otoritasmemusnahkan 47.000 ekor babi yang ada di Korea Selatan.
Namun, darah akibat pemusnahan babi di tempat perjagalan kemudian menyebar ke Sungai Imjin karena hujan deras yang mengguyur pada waktu setempat.
Prosedur pemusnahan babi itu dilaksanakan sepanjang akhir pekan, dan bangkai mereka dilaporkan masih diletakkan bertumpuk di sejumlah truk.
Adanya penundaan dalam produksi plastik yang akan digunakan untuk mengubur membuat otoritas tidak dapat segera mengubur binatang tersebut.
(Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulSungai di Korea Selatan Berubah Merah karena Terkena Darah Babi