Advertorial
Intisari-Online.com - Kecepatan penyebaran virus Ebola yang mematikan di daerah terpencil dan berhutan lebat di Provinsi Equateur di Republik Demokratik Kongo (DRC) mengkhawatirkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Infeksi virus ebola adalah salah satu penyakit akibat virus paling mematikan di dunia.
Dilansir dari National Interest, Selasa (25/8/2020), WHO Afrika dan pejabat kesehatan lokal telah melaporkan seratus kasus dalam lebih dari tiga bulan.
Hal ini bersama dengan empat puluh tiga kematian yang dikonfirmasi.
Wabah penyakit saat ini , yang kesebelas di Kongo sejak 1976, diumumkan pada 1 Juni, ketika sekelompok kasus ditemukan di ibu kota provinsi Mbandaka, sebuah kota dengan populasi hampir setengah juta orang.
Wabah yang sebelumnya menyebar di North Kivu dan Ituri provinsi, dianggap terbesar dalam sejarah negara itu.
Ia menginfeksi 3.481 orang dan membunuh kira-kira 2.300.
Karena penyebaran virus yang sangat luas — terdiri dari sebelas zona kesehatan — WHO mencatat bahwa mungkin ada kesulitan dalam menjangkau komunitas yang terkena dampak.
Saat ini ada penundaan sekitar lima hari sejak timbulnya gejala Ebola hingga peringatan tentang dugaan kasus muncul.
“Ini memprihatinkan karena semakin lama pasien pergi tanpa pengobatan, yang menurunkan peluang mereka bertahan hidup, dan semakin lama virus dapat menyebar tak terlihat di masyarakat,” kata Tedros selama baru-baru media briefing.
“Situasi ini semakin diperumit oleh pemogokan oleh petugas kesehatan, yang mempengaruhi kegiatan termasuk vaksinasi dan penguburan yang aman."
"DRC memiliki tenaga kerja terlatih terbaik di dunia untuk Ebola. Situasi ini perlu diselesaikan secepat mungkin. ”
Pemogokan dilaporkan sekarang telah berakhir, tetapi kurangnya sumber daya keuangan terus menjadi rintangan utama dalam upaya memerangi penyakit tersebut .
“Masih ada kebutuhan mendesak untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan logistik untuk mendukung tanggapan yang efektif di wilayah geografis yang terus berkembang, dan untuk membantu pejabat kesehatan mengidentifikasi kasus lebih awal,” kata Tedros.
WHO sangat prihatin bahwa virus tersebut berpotensi menyebar dengan cepat ke daerah padat penduduk lainnya.
Dengan perahu sungai, Mbandaka hanya berjarak sekitar 350 mil dari Kinshasa, ibu kota dan kota terbesar di DRC dengan populasi lebih dari dua belas juta orang.
Selain itu, Provinsi Equateur berbagi perbatasan sungai dengan Republik Kongo.
Selain virus Ebola, DRC saat ini sedang memerangi wabah besar virus corona baru , campak , malaria , dan monkeypox.
Apa itu virus ebola?
Ebola adalah virus biang infeksi yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan berdampak fatal apabila tidak ditangani dengan tepat.
Ebola berasal dari keluarga virus filoviridae. Ada tiga genus.
Yakni cuevavirus, marburgvirus, dan ebolavirus. Virus ebola sendiri telah memiliki enam jenis spesies yang telah diidentifikasi.
Di antaranya zaire, bundibugyo, sudan, hutan taï, reston, dan bombali.
Virus yang menyebabkan wabah di Republik Demokratik Kongo dan di Afrika Barat lain termasuk jenis spesies virus ebola zaire.
Penularan virus ebola
Ebola bisa masuk ke tubuh manusia melalui kontak dekat dengan darah, kotoran, atau organ tubuh hewan yang terinfeksi virus.
Ebola lantas menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia lain melalui:
- Kontak dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi ebola atau telah meninggal karena ebola
- Kontak dengan benda yang terkontaminasi cairan tubuh (darah, tinja, muntah) penderita ebola
Petugas kesehatan yang sering terpapar virus ebola saat merawat pasien ebola bisa tertular penyakit ini.
Upacara pemakanan yang melibatkan kontak langsung dengan tubuh penderita ebola tanpa protokol kesehatan juga bisa menjadi medium penularan penyakit.
Setiap orang yang darahnya mengandung virus ebola dapat menularkan penyakit ini, selama darah mereka mengandung virus.
Ibu hamil yang mengidap ebola akut dan sudah sembuh pun kemungkinan masih bisa menularkan virus ebola ke bayinya lewat ASI atau proses persalinan.
Untuk itu, perempuan yang sewaktu hamil mengidap ebola perlu dites ebola, sebelum bisa menyusui bayinya.
Sejarah panjang virus ebola
Melansir laman resmi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, ebola kali pertama muncul pada 1976 silam.
Kala itu wabah ebola merebak di dua tempat sekaligus, yakni di wilayah Yambuku (Republik Demokratik Kongo) dan Nzara (Sudan Selatan).
Wabah pertama di Yambuku terjadi di sebuah desa di dekat Sungai Ebola.
Nama sungai ini kemudian dijadikan nama virus ini.
Wabah kedua muncul di wilayah Sudan Selatan.
Lokasi wabah kedua dari yang pertama berjarak sekitar 850 kilometer.
Semula, pejabat kesehatan setempat menganggap kedua wabah ini berasal dari satu jenis virus ebola yang menular saat penderita mengunjungi tempat merebaknya penyakit.
Selanjutnya, ilmuwan baru menemukan kedua wabah itu berasal dari dua jenis virus ebola yang berbeda.
Yakni, Zaire ebolavirus and Sudan ebolavirus.
Setelah kejadian tersebut, ilmuwan menyimpulkan, virus di dua tempat berjarak ratusan kilometer itu berasal dari sumber virus berbeda dan sama-sama menyebar di wilayah terdampak.
Merujuk data virus dan epidemiologi, virus ebola diperkirakan telah lama ada, jauh sebelum wabah tercatat kali pertama.
Faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, perambahan hutan, interaksi termasuk mengonsumsi satwa liar memengaruhi penyebaran ebola di Afrika.
Mengidentifikasi inang ebola
Setelah penemua virus, para ilmuwan mempelajari ribuan hewan, serangga, dan tanaman untuk mencari sumber asal virus.
Gorila, simpanse, dan mamalia lain disebut terlibat pada masa awal penyebaran penyakit infeksi virus ebola.
Namun, seperti jenis virus lainnya, ada kemungkinan hewan inang yang terinfeksi virus ebola tidak mengalami sakit parah meskipun ada virus di organ, jaringan, dan darahnya.
Dengan demikian, virus diperkirakan bisa bertahan di suatu lingkungan dengan cara menyebar dari satu inang ke inang lain, melalui perantara atau vektor.
Kelelawar buah Afrika disebut sebagai salah satu binatang yang menyebarkan virus ebola.
Binatang ini juga diperkirakan menjadi inang induk awal ebola.
Para ilmuwan hingga kini terus mencari bukti yang bisa memperkuat simpulan bahwa kelelawar berperan dalam penyebaran ebola.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari