Uniknya Suku Toraja: Menyalakan Sebatang Rokok untuk Mayat dalam Tradisi Tahunan, Meski Sudah Meninggal Tetap Diberi Makan 3 Kali Sehari

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

'Ibuku meninggal mendadak, jadi kami belum siap untuk melepaskannya,' kata seorang wanita Toraja, Yohana Palangda.

Intisari-Online.com - Warga di Toraja merayakan tradisi tahunan yang tidak biasa.

Yakni menggali mayat orang yang mereka cintai dan menyalakan rokok untuknya.

Dilansir dari Daily Star, Rabu (26/8/2020), foto-foto memperlihatkan keluarga yang memegang mayat dan meletakkan sebatang rokok di mulutnya.

Ritual tersebut berlangsung dalam upaya untuk "memperoleh rejeki" dan lazim dilakukan oleh Suku Toraja, yang tinggal di Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Hari Ini 137 Tahun Lalu, Detik-detik Terjadinya Letusan Gunung Krakatau Terdahsyat, Dikenal sebagai yang Terkuat dalam Sejarah

Dalam sebuah foto, mayat terlihat diajak untuk berpose untuk diambil gambarnya.

Suku tersebut terdiri dari sekitar satu juta orang, yang percaya setelah kematian jiwa masih tinggal di rumah sehingga tubuh disuguhi makanan, pakaian, air dan rokok, lapor The Sun.

Mayat sering disimpan di rumah selama berbulan-bulan dan akan diberi makan tiga hingga empat kali sehari dan dibungkus dengan selimut.

Baca Juga: Bikin Gelagapan, 3 Petualang Ini Harus Kabur Setelah Kulit Ular Ganas Sepanjang 3 Meter Mengagetkan Mereka, Tanda Ular Tumbuh Lebih Besar

Gambar yang diambil oleh jurnalis foto lepas Hariandi Hafid menunjukkan ritual "Manene" yang terjadi setiap beberapa tahun sekitar bulan Juli, Agustus dan September.

"Ibuku meninggal mendadak, jadi kami belum siap untuk melepaskannya," kata seorang wanita Toraja, Yohana Palangda, kepada National Geographic pada 2016 silam.

Dia menambahkan:

Baca Juga: Kim Jong-Un Diisukan Koma, Korea Utara Malah Terus Kembangkan Rudal Balistik, Bobotnya 3.000 Ton dan Siap Diluncurkan, Siapa Targetnya?

"Saya tidak bisa menerima menguburnya terlalu cepat."

Tradisi menggali dan membersihkan mayat dipercayai oleh mereka bahwa kematian adalah bagian dari perjalanan jiwa melalui alam semesta.

Mayat tetap berada di rumah keluarga selama beberapa dekade sampai keluarga tersebut mengadakan pesta besar untuk menghormati mereka.

Baca Juga: Bayi Ini Dulu Ditemukan di Bawah Jembatan, Sekarang Jadi Anak Bupati, Begini Kondisinya Kini yang Makin Sehat dan Ceria

Penduduk desa memperlakukan jenazah sebagai “sakit” sampai akhirnya menemukan kedamaian setelah upacara pemakaman yang dikenal dengan “Rambu Solo”.

Baca Juga: Sebelumnya Disebut Meninggal Tapi Muncul dalam Keadaan Sehat Bugar, Kini Kim Jong-Un Kembali Diisukan Koma, Pakar: Kami Ragukan Sumbernya

Orang Toraja tidak percaya seseorang telah meninggal sampai Rambu Solo mereka - meskipun secara klinis mereka telah meninggal selama bertahun-tahun.

Karena ritual penguburannya sangat mahal, melibatkan pengorbanan kerbau atau sapi, butuh waktu bertahun-tahun bagi sebuah keluarga untuk menabung.

Baca Juga: Lagi-lagi Terjadi, Gara-gara Suami Terlalu Baik dan Tidak Pernah Berdebat, Berujung Istri Muak dan Minta Cerai

(*)