Advertorial
Intisari-online.com -Selama dua dekade, Erica Garza menjadi seorang yang sangat kecanduan porno dan seks.
Penulis berusia 37 tahun tersebut melakukannya untuk mengalihkan perhatian dari perasaan malu dan benci pada dirinya sendiri.
Sekali waktu, dia mulai fokus pada yoga, terapi, dan bahkan pergi ke retret di Bali.
Sebuah langkah yang mengubah hidupnya selamanya seperti dikisahkan berikut ini.
Garza seorang penulis berusia 37 tahun mengaku telah terobsesi dengan pornografi selama bertahun-tahun.
Getting off adalah sebuah tulisan memoar kehidupan Garza yang kecanduan seks dan pornografi selama dua dekade yang dimulai sejak masa remajanya.
Dia menggambarkan bagaimana peralihan hidupnya dari seorang siswa di sekolah Katolik menjadi seorang dewasa yang bergaul dengan apa saja yang berhubungan dengan dunia seks.
Dia mengaku merasakan percampuran antara rasa malu dan kegembiraan seksual yang rumit sejak berusia 12 tahun.
Hal itu menjadikan hidupnya lebih gelap sekaligus menimbulkan malapetaka.
Kebiasaan tak senonoh tersebut dimulai saat ia menyesuaikan diri di sekolah menengah pinggiran kota Los Montebello, Los Angeles.
Dia harus memakai penopang punggung karena menderita skoliosis dan hal itu membuat penampilannya diejek.
Dia lalu menghibur dirinya dengan menonton film porno soft-core di TV kabel yang tayang tengah malam.
Seiring perkembangan teknologi saat ia memasuki masa remaja, dia bisa mengakses streaming porno lewat internet setiap saat.
Ia dengan jelas mengingat rekaman seks Pamela Anderson dan Tommy Lee yang bocor yang keluar pada 1997 saat dirinya berusia 15 tahun.
Garza menonton film porno lewat komputer di kamarnya secara diam-diam.
Setelah kehilangan keperawanannya pada usia 17, ia hampir sampai pada tahap di mana dia tidak bisa membayangkan hubungan seksual tanpa penopang pada punggungnya.
Setelah kuliah, ia terlibat dalam seks dengan kekerasan dan birisiko saat pindah ke Hawaii, LA, London dan New York.
Sering kali ia berhubungan dengan orang asing tanpa menggunakan pengaman dan preferensi pornonya meningkat pada porno hard-core.
Seringkali, kehidupan seks realita Garza meniru adegan porno di mana wanita diremehkan.
Lama-kelamaan ia akan merasa lelah, tidak dicintai, tidak berharga, dan seperti sampah.
Meski begitu, Garza juga menggunakan pria untuk memenuhi nafsunya.
Menginjak 30-an, Garza mulai menyadari bahwa kegilaan terhadap pornografi menghalanginya untuk memiliki sebuah ikatan dengan pria.
Kesadaran itu makin menguat saat ia bertemu dengan pria yang sekarang menjadi suaminya (perancang aplikasi berusia 39 tahun) dalam perjalanan ke Bali, Indonesia.
Awalnya, keduanya menonton film porno bersama-sama, karena itu sudah menjadi kebiasaan Garza.
Lalu pria itu mulai berbicara baik-baik tentang mengapa Garza menonton porno, dan tidak ada orang pernah melakukan hal itu sebelumnya.
Untuk pertama kalinya, Garza benar-benar merasa aman, didukung, dan bisa menjadi dirinya sendiri.
Kembali ke LA, Garza mencoba metode 12 langkah untuk menghilangkan kecanduannya.
Hal itu bekerja sampai batas tertentu, namun Garza tidak setuju dengan filosofi bahwa seseorang tidak berdaya melawan penyakit kecanduan film porno.
Dengan bantuan suaminya, serta yoga dan terapi, Garza berhasil tidak menonton film porno selama enam bulan.
Dia sekarang menggunakannya sesekali untuk tujuan tertentu dan secara sehat.
Garza menyadari bahwa dia tidak sendiri. Dia hanya ingin berhenti merasakan aspek rasa memalukan dari kecanduan porno dan dia berhasil. (Tatik Ariyani)