Advertorial

Apa Berhubungan dengan Konspirasi? Baru Saja Kagetkan Dunia Rusia Umukan Vaksin Covid-19, Dokter Terkemuka Asal Rusia Ini Langsung Undurkan Diri Ungkap Fakta Mengejutkan Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Selain itu, kabar mengejutkan juga datang dari Rusia oleh seorang dokter terkemuka asal negeri beruang itu.
Selain itu, kabar mengejutkan juga datang dari Rusia oleh seorang dokter terkemuka asal negeri beruang itu.

Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, kabar mengenai Covid-19 mungkin sudah tidak heboh dan masyarakat mungkin mulai tidak peduli.

Namun, baru-baru ini kabar mengenai Covid-19 mulai mencuat lagi, setelah Rusia membuat pengumuman mengejutkan.

Rusia mengatakan, mereka menemukan vaksin Covid-19 dan akan segera di luncurkan dalam waktu dekat ini.

Kabar ini cukup mengejutkan sekaligus menggemparkan, bisa dikatakan ini adalah kabar baik sekaligus kabar buruk.

Baca Juga: Baru Saja Rusia Umumkan tentang Vaksin Corona Sputnik V yang Diklaim Berikan Imunitas Selama 2 Tahun, Menkes AS Sudah Nyatakan Kecurigaan Karena Hal Ini

Kabar baiknya, dengan temuan ini memungkinkan kita tidak perlu takut dengan Covid-19 lagi.

Sementara kabar buruknya, vaksin ini dianggap terlalu cepat diumumkan, sehingga meragukan untuk digunakan.

Selain itu, kabar mengejutkan juga datang dari Rusia oleh seorang dokter terkemuka asal negeri beruang itu.

Menurut Daily Mail melalui 24h, pada Jumat (14/8/2020), profesor Alexander Chucalin justru meninggalkan Kementerian Kesehatan Rusia setelah pengumuman vaksin tersebut.

Baca Juga: Melewati 24 Jam setelah Disuntik Uji Coba Vaksin Covid-19, Begini Pengakuan Driver Ojol yang Jadi Relawan: 'Ngantuknya Enggak Biasa'

Dia meninggalkan Kementerian Kesehatan Rusia, setelah dia gagal menghentikan Rusia mengumumkan vaksin tersebut.

Sebagai orang dalam, dia justru meragukan kualitas vaksin tersebut, dan menyebut dua rekannya yang mengerjakan vaksin itu terlalu terburu-buru, dan langsung memproduksi massal.

Menurut professor Chucalin, dia menyebut dua rekannya adalah profesor Alexander Gritsburg, direktur institute Penelitian Gameleya, dan profesor Sergey Borisevich ahli virologi terkenal yang memegang pangkat kolonel di tentara Rusia.

Keduanya adalah ahli garis depan dalam mengembangkan vaksin Covid-19 pertam di dunia.

"Sudahkah Anda mengembangkan vaksin sesuai dengan proses yang dilakukan dan diakui oleh komunitas ilmiah internasional," kata profesor Chucalin.

"Saya sangat kecewa dengan beberapa ilmuwan kami, yang membuat pernyataan tidak bertanggung jawab tentang pengembangan vaksin," katanya meragukan kualitas vaksin tersebut.

Baca Juga: Hanya Perlu 60 Jam! Eropa Timur Bakal dengan Mudah Diinvasi Rusia Meski NATO Berjuang Mempertahankannya, Hanya Senjata Mematikan Ini yang Bisa Membalasnya

Chucalin memilih mengundurkan diri dan tidak mengungkapkan alasan resmi.

Tetapi dalam jurnal Rusia Nauka i Zhizn (Sains dan kehidupan) dia mengatakan, "penting untuk memastikan vaksin tersebut aman untuk digunakan manusia."

"Keamanan adalah yang utama, kami masih belum tahu bagaimana tubuh manusia bereaksi terhadap vaksin ini," terang Chucalin di jurnal itu.

Profesor Chucalin adalah pendiri Sistem Pernapasan Rusia, mengatakan, "Penting untuk melihat semua data ilmiah tentang vaksin, untuk memastikan tidak memengaruhi manusia, terutama dalam beberapa tahun ke depan."

"Ada hal yang langsung terwujud setelah vaksinasi, tetapi setelah 1-2 tahun, efek jangka panjang dari vaksin Sputnik V pada tubuh manusia belum bisa diverifikasi," jelasnya.

Rusia belum mempublikasikan hasil penelitian ilmiah tentang vaksin Sputnik V.

Baca Juga: Satu Setengah Abad Hidup Tanpa Armada Perang, Negara Ini Bikin Waswas NATO karena jadi Incaran Utama Rusia Jika Perang Dunia III Pecah

Organisasi Kesehatan Dunai (WHO) juga mengatakan bahwa perlu melihat referensi untuk mengevaluasi apakah vaksin ini benar-benar aman digunakan.

Rusia adalah negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Covid-19, Vaksin itu diberi nama Sputnik V yang digunakan pada manusia berusia 18-60 tahun.

Sementara orang dengan usia di atas 60 tahun belum diketahui, apakah bisa menggunakan vaksin itu, tetapi Rusia sedang mengevaluasinya.

Artikel Terkait