Advertorial
Satu Dekade Jadi Mimpi Buruk NATO, Jet Tempur Rusia Kini Justru Bak Macan Tanpa Taring, Mengesankan Tapi AS Tetap Unggul karena Kesalahan yang Dilakukan Rusia Sendiri
Intisari-online.com -Jet tempur Sukhoi Rusia atau Su-57 atau nama lainnya PAK FA sangat digadang-gadang Rusia.
Jet tempur itu menjadi mimpi buruk bagi angkatan udara pihak Barat selama 10 tahun.
Bahkan, disebutkan jet tempur Rusia bisa 'mengganyang' F-35s untuk sarapan.
Analis aviasi AS mencari jet tempur atau senjata apapun yang mengancam dominansi angkatan udara AS di dunia, dan pencarian tersebut berhenti di PAK FA.
Jet tempur ini memang terlihat jahat, dan sangat mirip dengan desain MiG-31 "Firefox" yang digadang-gadang oleh Clint Eastwood.
Namun, AS tetap menang meskipun jet tempurnya tidak segarang PAK FA.
Mengutip National Interest, 2016 lalu, Lockheed Martin, perusahaan pembuat jet tempur F-35, sebenarnya telah membangun dan kirimkan 171 pesawat.
Sementara itu, Angkatan Udara Rusia malah justru belum menerima PAK FA pertamanya.
Alih-alih PAK FA, justru Rusia terus memperoleh jet tempur generasi 4,5 yang kebanyakan dari keluarga Flanker).
Angkatan Udara Rusia juga terjebak terus-terusan memperbaiki jet tempur generasi 4 (termasuk Flankers, MiG-29 Fulcrum, dan MiG-31 Foxhound).
Sukhoi justru disebutkan tidak akan pernah membangun jet tempur sejumlah analis Barat harapkan, atau diinginkan oleh Angkatan Udara Rusia sejak saat itu.
Mengapa hal ini terjadi?
Disebutkan ada 2 alasan mengapa akuisisi PAK FA tergolong lambat dan tidak pernah sampai ke tangan Rusia.
Masalah pertama: masalah teknis
Masalah teknis menghantui pengembangan jet tempur PAK FA, segera setelah industri penerbangan Rusia terus-terusan mengalami kesulitan pengembangan dan manufaktur jet tempur canggih dan komponen penerbangannya.
Masalah teknis tersebut juga ditambah dengan masalah yang turun-temurun berasal setelah Uni Soviet kalah di Perang Dingin.
Masalah kedua: masalah ekonomi
Ekonomi Rusia telah merusak wajah penurunan harga minyak bumi di dunia.
Sanksi NATO telah meningkat dari keputusan untuk merebut dan mencaplok Krimea.
Akibat dua masalah ini, masih tidak jelas apakah PAK FA akan mengancam dominansi militer Barat di udara.
Baca Juga: Mantan Karyawan McD Sarankan Pembeli Tidak Menuang Makanan ke Atas Nampan, Alasannya?
Jet tempur baru
PAK FA pertama kali dibuat dari puing-puing pangkalan militer industri Rusia yang hancur setelah Perang Dingin.
Proyek jet tempur generasi kelima Rusia, MiG 1.44, menghasilkan 1 prototype sebelum akhirnya dibatalkan.
Rusia sangat mengharapkan pengembangan jet tempur generasi kelima, apalagi setelah AS mulai ciptakan jet tempur F-22 Raptor, dan kemungkinan AS masih akan meningkatkan dominansi mereka dengan Jet Tempur Siluman F-35.
Persepsi kebutuhan ini membuat Rusia membuat kontrak baru dengan perusahaan Sukhoi tahun 2002.
Sukhoi berjanji produksi jet tempur dengan manuver yang tinggi untuk tandingi F-22 Raptor buatan Lockheed Martin dalam pertandingan di udara.
PAK FA juga akan memiliki sistem penerbangan yang canggih, termasuk pembagian data dan variasi komponen perang elektronik.
Secara keseluruhan, PAK FA tampak menjadi tiruan F-22 di performanya.
Kekurangannya adalah pada kemampuannya sebagai 'siluman' dan kemampuan jaringannya, tapi masih banyak ruang untuk dikembangkan lebih lanjut.
Produksinya pun sempat mengalami keterlambatan, tapi akhirnya beberapa tahun semenjak keterlambatan itu, desain prototipe pertama T-50 akhirnya diuji langsung pada tahun 2011.
Sejak saat itu, Sukhoi telah memproduksi 6 prototipe, yang telah kumpulkan jam-jam berharga dalam pengujiannya.
Ekspektasi awal proyeksikan akuisisi 200 PAK FA untuk Rusia, 200 untuk India, dan jumlah lainnya yang tidak diketahui untuk negara lain.
Namun, jet tempur tersebut tidak segera diproduksi dalam jumlah banyak karena muncul pertanyaan terkait biaya dan kemampuan mesinnya.
Secara umum, mesin yang dipakai berasal dari jet tempur lawas, dan tidak cocok untuk kerangka jet tempur ini.
Hal ini sebabkan jet tempur tersebut tidak seefisien dibandingkan milik AS.
Itulah sebabnya, ditambah karena kesulitan ekonomi Rusia, pemesanan awal dikurangi menjadi hanya 12 saja.
Sejumlah pesanan diharapkan datang kembali setelah masalah mesin diselesaikan.
Ekspor
PAK FA hampir sama pentingnya untuk masa depan angkatan udara India dan Rusia, sehingga isu produksi tersebut terlihat sangat bermasalah.
Setelah berbulan-bulan negosiasi dan saling tidak setuju, Rusia setuju memotong biaya pengembangan PAK FA yang ditujukan untuk India.
Secara teori, India berada di ujung tombak karena hanya memesan 150 jet tempur saja, dan mereka sebenarnya bisa membeli jauh lebih banyak itu.
PAK FA dibutuhkan oleh India saat ini terkait kompetisi mereka dengan China dan Pakistan yang terlibat ketegangan regional.
China telah kerahkan proyek pengembangan jet tempur siluman J-20 untuk saingi PAK FA, meskipun kemampuan J-20 juga belum banyak diketahui.
Sementara itu, Pakistan diprediksi akan menggunakan jet tempur siluman J-31 yang berasal dari China, entah diproduksi terpisah atau bersamaan dengan J-20.
Sampai saat ini masih belum jelas apakah India akan menerima porsi jet tempur PAK FA mereka, atau akhirnya ikhlas dan fokus pengembangan jet tempur mereka sendiri bernama proyek AMCA.
Kekurangan dalam mengandalkan proyek AMCA adalah jet tempur yang dibuat baru akan siap pada 2030 mendatang, sehingga akan ada 10 tahun kekurangan dan ketertinggalan Angkatan Udara India.
Dengan menghargai pembeli lain, Rusia mungkin akan temukan pembeli ekspor, tapi sampai saat ini masih sedikit yang tertarik dengan PAK FA.
Pasalnya, biayanya cenderung mahal, teknologinya juga belum terbukti, dan kapasitas produksi Rusia yang terbatas membuat ikut berinvestasi pada produksi PAK FA bisa jadi taruhan yang buruk dibandingkan dengan produksi dari Flanker maupun Lockheed Martin.
Meski demikian, Sukhoi telah sukses dalam perihal ekspor pesawat tempur beberapa tahun ini, dan akan salah untuk bertaruh melawan mereka saat ini.
Sementara industri penerbangan Rusia diragukan masih bisa mengembangkan PAK FA atau tidak, jet tempur China J-20 justru semakin menjadi momok bagi Angatan Udara Barat.
J-20 tidak seperti F-22 atau F-35, tapi malah menghasilkan masalah yang berbeda.
J-20 fokus dalam mempertahankan instalasi pertahanan, memang tidak terdengar keren seperti visi F-20 dan PAK FA yang ingin bertarung habis-habisan, tapi masalah ini berbeda dengan yang biasa dihadapi angkatan udara Barat selama 3 dekade terakhir.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini