Hal itu kemudian mendorong lebih banyak satwa liar untuk pindah dan menetap di suatu tempat.
Transisi ini juga akan memicu peningkatan keanekaragaman hayati dalam skala global.
Para peneliti yang sebelumnya memodelkan keanekaragaman megafauna, seperti singa, gajah, harimau, badak, dan beruang di Bumi telah mengungkapkan bahwa dulu dunia sangat kaya akan spesies ini.
Namun hal itu berubah ketika manusia mulai invasi ke berbagai wilayah Bumi, berburu dan menyerang habitat mereka.
“Di Australia, terjadi peningkatan kepunahan hampir 60.000 tahun yang lalu. Di Amerika Utara dan Selatan, peningkatan terlihat sekitar 15.000 tahun lalu. Sementara itu di Madagaskar dan Kepulauan Karibia, peningkatan drastis terlihat beberapa ribu tahun lalu,” tutur Soren Faurby, dosen makroekologi dan makroevolusi dari Universitas Gothenberg di Swedia.
Tanpa manusia yang menyebar ke berbagai penjuru Bumi, seluruh planet bisa dipenuhi oleh beragam spesies layaknya Taman Nasional Serengeti di Afrika Timur.
Penelitian juga mengungkapkan, jika tidak ada dampak kehidupan manusia, Amerika Serikat bagian tengah dan sebagian Amerika Selatan akan menjadi tempat yang paling kaya akan megafauna di Bumi.
Hewan seperti gajah akan menjadi pemandangan umum di Kepulauan Mediterania.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR