John Donnelly, Kepala Vaccinology Consulting, mengatakan, perlindungan vaksin dalam tahap awalan tetap membutuhkan tindakan perlindungan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, upaya perlindungan virus yang selama ini diterapkan masih harus dilanjutkan selama beberapa periode waktu hingga ada perkembangan vaksin lebih lanjut.
Berapa lama jangka waktu kekebalan vaksin?
Pertanyaan lain terkait tentang efektivitas vaksin adalah berapa lama kekebalan yang diberikan vaksin mampu bertahan.
Penelitian mencatat, antibodi penetral pada seseorang yang telah pulih dari virus, akan berkurang signifikan setelah beberapa bulan.
Akan tetapi, belum diketahui bagaimana mekanisme kekebalan setelah terinfeksi Covid-19.
Sejauh ini, virus corona jenis lain pada manusia dikenali sebagai flu biasa.
Seseorang bisa tertular kembali meski sebelumnya pernah terinfeksi. Fenomena serupa juga tengah dikhawatiran akan terjadi pada virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
Ilmuwan mengatakan, ada kemungkinan seperti beberapa vaksin lain, manusia memerlukan suntikan penguat setelah beberapa waktu untuk mempertahankan kekebalan.
Akan tetapi, menurut ahli, bahkan jika periode kekebalan berlaku singkat, vaksin masih bisa berguna
“Bahkan vaksin yang tidak sempurna, jika digunakan secara luas, dapat memperlambat segalanya untuk membatasi infeksi dan mengulur waktu untuk mengembangkan obat atau vaksin yang lebih baik,” kata Morens.
Keraguan Vaksin
Masalah lain yang tengah menjadi kehawatiran ahli adalah orang-orang yang nantinya enggan divaksinasi.
“Tantangan terbesar adalah mendapatkan banyak orang yang divaksinasi untuk memicu kekebalan. Di beberapa negara mungkin tidak akan menjadi masalah dan di negara lain itu akan menjadi masalah besar,” kata Joanna Kirman, seorang profesor di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Universitas Otago di Selandia Baru.
Sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh Asosiasi Press-Pusat Penelitian Urusan Masyarakat (NORC) menemukan hanya sekitar setengah warga Amerika Serikat siap untuk divaksinasi.
Keraguan orang-orang terhadap vaksin membuat mereka memilih tidak vaksin.
Padahal, ambang batas kekebalan kelompok agar penyebaran penyakit melambat diperlukan lebih dari 60 hingga 70 persen dari jumlah anggota kelompok.
Bahkan, menurut mereka, perlu jumlah yang lebih tinggi.
“Kami akan membutuhkan lebih dari 80 persen cakupan, mungkin 95 persen jika negara-negara pada saat itu tidak dapat menurunkan jumlahnya,” kata profesor dari Universitas New South Wales, Mary-Louise McLaws.
Jika jumlah tidak cukup, maka risikonya penyebaran penyakit akan berlajut.
“Jika imunisasi tidak tersebar luas atau berbeda antar negara, di masa mendatang bentuk virus yang bermutasi sebenarnya dapat menimbulkan tantangan jika strain berbeda yang mampu lolos dari kendali vaksin muncul,” kata Damian Purcell, Kepala Laboratorium Virologi Molekuler di Peter Doherty Institute Universitas Melbourne.
Nur Rohmi Aida
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Terlalu Ekspektasi Tinggi pada Vaksin Virus Corona, Kenapa?"
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR