Advertorial

Gara-gara Asam Lambung Menahun, Rezeki Totok Jadi Lebih Kenceng Setelah Bertemu Madu Klanceng

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Gara-gara madu klanceng, Totok Sugiyanto alias Totok Klanceng kini sukses budidaya lebah klanceng. Omzetnya menggiurkan lo.
Gara-gara madu klanceng, Totok Sugiyanto alias Totok Klanceng kini sukses budidaya lebah klanceng. Omzetnya menggiurkan lo.

Totok Sugiyanto (34) tak pernah menyangka bahwa asam lambung menahun yang dideritanya justru mendatangkan rezeki baginya. Bisa jadi dia sekarang adalah satu-satunya pengusaha madu klanceng paling mentereng di seantero Bantul.

Penulis: Habib Asyhad

Intisari-Online.com - Walau seluruh bagiannya tembok, rumah itu sederhana belaka. Tak berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya. Yang membuatnya tampak sedikit berbeda adalah rerimbunan lee kwan yew di depannya sehingga membuat rumah yang berada di Samiran, Parangtritis, Kretek, Bantul, DI Yogyakarta, itu terlihat lebih asri.

Lee kwan yew yang ini bukan nama mantan Perdana Manteri Singapura, melainkan tanaman merambat kekinian ber-KTP ilimiah Vernonia elliptica. Di Indonesia sendiri tanaman ini populer dengan sebutan janda merana. Selain janda merana, di depan rumah itu juga bertebaran air mata pengantin dan pohon jeruk dan pohon salam.

Bukan semata-mata hiasan, keberadaan tumbuhan itu ternyata ada maksud spesifiknya. Tuan rumah sengaja menanam tanaman-tanaman itu untuk memanjakan koloni-koloni lebah klanceng yang dia budidaya. Setidaknya ada 30 koloni yang ngendon di samping rumahnya.

Rumah itu adalah milik Totok Sugiyanto (34) yang kini lebih dikenal sebagai Totok Klanceng. Sematan kata “Klanceng” di belakangnya semata-mata merujuk pada profesi barunya sebagai pembudidaya lebah klanceng atau klanceng atau dalam istilah populernya lebih dikenal dengan Trigona sp.

Perjumpaan Totok dengan madu klanceng sejatinya semacam blessing in disguise. Bagaimana tidak, dia mesti mengalami gangguang asam lambung menahun terlebih dahulu sebelum akhirnya menemukannya.

Ketika itu pertengahan 2017. Totok yang menderita asam lambung menahun punya keinginan besar untuk sembuh. Salah seorang temannya kemudian menyarankannya untuk rutin mengonsumsi madu yang memang bagus untuk pencernaan.

Kita tahu, di dalam madu murni terkandung setidaknya empat jenis enzim: enzim diastase untuk memecah zat gula moltase, enzim amilase untuk memecah karbohidrat menjadi gula sederhana, enzim invertase yang memecah zat gula menjadi sukrosa, dan enzim protease jagoan dalam hal memecah protein dan asam amino.

Nah, ndilalah-nya yang dijumpai Totok adalah pembudidaya madu klanceng kelas kakap di Klaten, Jawa Tengah, bernama Radityo. Sejak itu dia rutin meminum madu klanceng, dan dalam kurun waktu kurang lebih sebulan penyakitnya itu alhamdulillah sembuh. Sudah tak ada lagi sariawan-sariawan yang tak diinginkan tiba-tiba muncul.

Merasakan langsung khasiat madu klanceng, Totok pun kesemsem untuk membudidayakannya. Dari pembudidaya yang sama, di pengujung 2017, dia nekat membeli satu koloni dan memulai budidaya madu klanceng. Ketika itu modal awal Totok hanya Rp200 ribu, tok.

“Awalnya satu kotak. Untuk menunjang asupannya, saya menaham air mata pengantin (Antigonom), satu pohon saja,” ujar lulusan SMA 1 Sewon itu pada Rabu, 17 Juni 2020, lalu.

Dari satu kotak koloni madu klanceng itu Totok memanennya dan mendapatkan ¼ liter madu. Lumayan.

Melihat ada prospek di mainan barunya, ayah dua anak ini kemudian mencoba melebarkan sayap dengan langsung membeli koloni-koloni lebah klanceng dari pemburu liar. Dari sini dia juga belajar bagaimana cara menangkarkan koloni lebah klanceng dari bambu yang merupakan koloni aslinya ke kotak penangkaran.

Tak hanya itu, Totok juga menjalin kerja sama dengan temannya yang ada di Klaten itu pumbidayaan yang lebih besar. Hingga artikel ini ditulis, Totok mengaku sudah menangkarkan tigapuluhan koloni di rumahnya, sementara di pembudidayaan, “Sudah ribuan koloni.”

Penting tahu makanannya

Trigona spinipes (Sp), termasuk golongan spesies lebah yang tidak menyengat, bukah hewan asli Nusantara. Menurut beberapa literatur yang berkaitan dengan dunia perlebahan, serangga berurukan mini biasa ditemukan di hutan-hutan tropis di Amerika Latin, terutama di Brasil. Di negara asal pesepakbola Ronaldo Luiz Nazario de Lima itu, lebah klanceng biasa dikenal sebagia arapuá, aripuá, irapuá, japurá atau abelha-cachorro.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, serangga berwarna hitam-kecoklatan ini punya panjang tubuh antara 3 – 4 mm dengan rentang sayap 8 mm. Umumnya lebah pekerja punya kepala yang lebih beasr dan rahang yang lebih panjang dari lebah ratu yang ukurannya 3 – 4 kali ukuran pekerja.

Spesies ini biasanya membangun sarangnya di pohon atau bambu atau struktur bangunan yang lebih tinggi lainnya dari lumpur, getah, lilin, dan bermacam-macam bahan lainnya termasuk, kadang, kotoran. Karena itulah beberapa kalangan menyebut madu yang dihasilkan tidak layak konsumsi—walau kualitasnya terbukti baik.

Walau tidak menyengat dan gigitannya tidak terlalu signifikan, lebah klanceng tergolong binatang yang agresif. Ia akan menyerang siapa atau saja yang mencoba mengancam koloninya dengan dengungannya yang berisik. Tubuhnya yang terbilang mini juga punya keuntungan tersendiri. Dengan begitu mereka bisa menyerang lubang-lubang yang ada di tubuh musuhnya dengan memasukinya.

Seperti halnya bangsa lebah yang lain, lebah klanceng begitu mengandalkan penciumannya untuk mengendus keberadaan sumber makanan. Kemampuan penciumannya ini bahkan menjangkau ke titik yang jaraknya ratusan meter. Edan!

Faktor lain yang penting untuk kita ketahui tentang lebah klanceng, lebih-lebih bagi yang ingin membudidayakannya, adalah apa saja yang menjadi sumber makanan kegemaran mereka.

“Bunga air mata pengantin, bunga jeruk, bunga salam dan bunga akasia juga ia suka. Untuk sumber pulen bunga bayam dan dan bungan matahari. Rumpu-rumput yang berbunga juga ia hinggapi,” tutur Totok perihal tanaman apa saja yang menjadi kegemaran lebah klanceng.

Apa yang dikatakan Totok juga diamini oleh Rahmat Budi Nugroho dan RC Hidayat Soesilohadi. Dalam laporannya yang berjudul “Identifikasi Macam Sumber Pakan Lebah Trigona sp (Hymenoptera: Apidae) di Kabupaten Gunungkidul” yang terbit di jurnal BIOMEDIKA pada September 2014, setidaknya ada 13 jenis tanaman yang menjadi sumber pakan Trigona sp—termasuk di antaranya tanaman-tanaman yang disebutkan Totok di awal.

Pada dasarnya lebih klanceng menyukai apa saja, termasuk tanaman-tanaman pertanian.

Terkait hal ini Totok punya cerita. Pernah satu koloni lebah klanceng milik salah seorang temannya tanaman pertanian. Celakanya, tanaman-tamanan itu baru saja disemprot pestisida. Alih-alih pesta membawa polen melimbah, lebah-lebah itu justru jatuh berguguran satu demi satu dan tak ada satu pun yang sukses kembali ke penangkarannya.

“Itulah kenapa, bagi pembubidaya perlu dicatat, jangan sekali-sekali menyemprot tanaman di sekitar koloni lebah klanceng kalau tak ingin budidayanya gulung tikar,” Totok mewanti-wanti.

Selain pestisida, hewan predatornya juga harus menjadi perhatian para calon pembudidaya. Di antaranya adalah cicak, walang kadung, kumbang, dan laba-laba yang suka menebar jebakan di mana-mana.

Sebulan paling tidak 50 botol terjual

Walau sudah mulai merintis budidaya lebah klanceng sejak akhir 2017, baru di 2018-lah Totok memberanikan diri mendirikan merek dagang Totok Klanceng. Hal ini dia lakukan setelah melihat bahwa ceruk bisnis madu klanceng begitu menjanjikan.

Dan itu terbukti. Walau usianya baru dua tahun, Totok Klanceng nyatanya laris manis tanjung kimpul. Peminatnya tak hanya datang dari seputaran Jogja, tapi juga Jakarta, Solo, Semarang, Bandung, Malang, Surabaya, bahkan sampai luar Jawa—terutama Lampung.

Untuk harga tidak terlampau mahal. Untuk satu botol ukuran 250 mililiter Totok biasanya melepasnya di angka Rp130 ribu. Itu belum termasuk ongkos kirimnya. Saban bulannya, Totok mengaku bisa menjual lebih dari 50 botol ukuran 250 ml. Bayangkan 50 botol saja yang terjual per bulan, paling tidak Totok bisa meraup omzet sebesar Rp6.500.000 per bulan. Angka itu bisa melonjak di musim-musim wabah seperti pandemi Covid-19 ini, yang mana, menurut Totok, penjualan bisa meningkat hingga tiga kali lipat lebih.

Selain madu murni hasil budidayanya, Totok juga melayani jual-beli koloni. Untuk saat ini, Totok Klanceng masih mengandalkan media sosial, khususnya Facebook, untuk mempromosikan jualannya. Dia juga mencoba peruntungan di platform e-commerce tapi karena tidak punya admin, lapaknya masih terbengkalai.

Alhamdulilah, setiap hari ada saja yang dikirim, mas,” ujar Totok, rendah diri.

Sembari terus-menerus mengelus-elus perutnya yang kini sudah terbebas dari asam lambung menahun, pria beralis tipis itu masih tak menyangka keluhannya itu justru mendatangkan rezeki melimpah baginya.

Untuk memesan madu klanceng kita misa langsung mengklik tautan berikut ini.

Mutiara kata:

“Tidak ada orang gagal selama dia menikmati hidupnya.” – William Feather (1889 – 1981), penulis Amerika Serikat.

Artikel Terkait