Advertorial

Sama-sama Sesumbar Perang di Laut China Selatan, Sejatinya China dan AS Sama-sama Ketakutan Setengah Mati Jika Perang Terjadi, Hal Sederhana Ini Jadi Buktinya

May N

Editor

Sama-sama Sesumbar Perang di Laut China Selatan, Sejatinya China dan AS Sama-sama Ketakutan Setengah Mati Jika Perang Terjadi, Hal Sederhana Ini Jadi Buktinya

Intisari-online.com -Sejak awal tahun lalu, perairan Laut China Selatan mencuri perhatian dunia.

Hal tersebut disebabkan di perairan itu China aktif dan sangat agresif mengklaim kedudukan mereka di perairan itu.

Klaim mereka didasarkan oleh kepemilikan '9 Garis Putus-putus' atau 'Nine Dash Line' yang menyatakan ada garis putus-putus di hampir seluruh Laut China Selatan.

Tentu saja, garis itu hanya ada di peta China.

Baca Juga: Tanpa Perlawanan Berarti, Gilang 'Bungkus' Ditangkap dan Langsung Dibawa ke Surabaya, Sudah Alami Kelainan Sejak Kecil hingga Dikeluarkan dari Kampus

Konflik ini merembet kepada konflik kepentingan negara-negara ASEAN yang dirugikan oleh klaim China di perairan yang juga masih menjadi milik masing-masing kedaulatan 10 negara ASEAN.

Namun, konflik di Laut China Selatan tidak melulu China dengan ASEAN.

Amerika Serikat (AS) di bawah administrasi Donald Trump rupanya sangat aktif terlibat dalam satu atau dua hal di perairan itu.

Padahal perairan itu sangat jauh dari wilayah kedaulatan mereka.

Baca Juga: Lagi-lagi Trump Ditolak: Hendak Berikan Stimulus Corona untuk Warga AS yang Terdampak Pandemi, Kongres Justru Menolak Proposalnya, 'Berikan Saja Sendiri Kepada Mereka'

Namun mereka rutin kirimkan kapal perang maupun kapal induk serta rajin laksanakan latihan perang di sana.

Kemudian, saat China umumkan hendak gelar latihan perang, AS secara agresif menempel-nempel dan mengganggu latihan perang China.

Akibat Laut China Selatan, hubungan bilateral AS dan China makin memburuk.

Namun, mengutip kontan.co.id, kedua negara rupanya mulai menjalin komunikasi di tengah ketegangan hubungan mereka.

Baca Juga: Hadapi Corona; 10 Makanan Tidak Mudah Rusak yang Bisa Disimpan Lama

Komunikasi tersebut rupanya dilakukan untuk menghindari pecahan perang di Laut China Selatan dan Taiwan.

Menteri Pertahanan China Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan AS Mark Esper saling memperingatkan potensi pecahnya perang di Laut China Selatan.

Peringatan itu mengemuka dalam perundingan tingkat tinggi AS-China melalui pembicaraan telepon.

Esper mengatakan keprihatinan AS mengenai aktivitas destabilitasi militer China di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan dan meminta China menghormati kewajiban internasionalnya.

Baca Juga: Terlihat Nyaris Mirip dengan Ledakan Dasyat di Beirut, Lebanon, Bola Api Besar Terlihat Muncul di Langit Kota China Seperti Terjadi Pengeboman, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Selain itu, Esper juga mendesak China membagikan lebih banyak data mengenai COvid-19.

Hal itu dikatkan Juru Bicara Pentagon Jonathan Hoffman kepada wartawan di Washington, seperti dilansir South China Morning Post, Jumat (7/8).

"Ada kewajiban yang menjadi tanggung jawab pemerintah China sehubungan dengan perjanjian [Organisasi Kesehatan Dunia], jadi mereka perlu menyediakan sampel untuk memberikan data," kata Hoffman.

"Itu tidak terjadi dan kami berharap mereka terus meningkatkan berbagi informasi terkait hal itu," sambungnya.

Baca Juga: Kirim 'Pasukan Harimau' sebagai Malaikat Pencabut Nyawa, Mantan Intel Arab Saudi Tuding Putra Raja Salman Kirim Pembunuh untuk Habisi Nyawanya dengan Persiapan yang Sangat Matang

Menhan AS juga menegaskan prinsip dan pentingnya hubungan pertahanan yang konstruktif, stabil, dan berorientasi hasil antara Amerika Serikat"dan Tentara Pembebasan Rakyat, kata Hoffman, seraya menambahkan bahwa pembicaraan itu berlangsung sekitar 90 menit.

Pembicaraan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan perang meletus antara kedua kekuatan, terutama di Laut China Selatan.

AS mengirim 67 pesawat pengintai besar ke wilayah yang diperebutkan pada Juli, peningkatan tajam dari dua bulan sebelumnya, menurut Prakarsa Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan yang berbasis di Beijing.

Pukul 9 malam pada hari Rabu, sebuah pesawat E-8C angkatan udara AS terdeteksi di daerah yang dekat dengan provinsi selatan Guangdong, menurut think tank.

Baca Juga: Gara-gara Kelalaian Informasi Terkait Ledakan Beirut, Nyawa 9 Petugas Pemadam Kebakaran Ini pun Lenyap Tanpa Sempat Bertindak, 'Seolah-olah (Semuanya) Menguap'

Ini merupakan tambahan dari tujuh penampakan pesawat pengintai E-8C di dekat pantai China pada bulan Juli, yang dikatakan mewakili "peningkatan konstruksi medan perang".

Pasukan angkatan udara China melakukan latihan pertahanan udara di atas Laut China Selatan.

Sementara itu, kantor berita China Xinhua mengonfirmasi bahwa Taiwan dan Laut China Selatan ada dalam agenda pembicaraan AS dan China.

Dalam pembicaraan itu Wei juga memperingatkan Esper agar tidak melakukan langkah berbahaya yang akan meningkatkan ketegangan bilateral.

Baca Juga: Miris, Selama 1 Tahun, Remaja Ini Tinggal di Bekas Kandang Ayam Bersama Ibu dan Adiknya, Ngaku Sering Diejek Teman Namun Kini Sudah Kebal

Wei juga menjelaskan kepada Esper posisi pemerintah China tentang "stigmatisasi" Washington terhadap China.

Wei meminta AS menghentikan kata-kata dan perbuatan yang salah terhadap CHina.

Wei juga mengatakan agar kedua belah pihak memperkuat manajemen dan kontrol risiko maritim, menghindari tindakan berbahaya yang dapat memanaskan situasi , dan menjaga perdamaian dan stabilitas regional.(*)

Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul "AS dan China dalam pembicaraan genting untuk cegah konflik di Laut China Selatan"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait