Intisari-Online.com - Setelah pandemi virus corona (Covid-19) menyebar luas, nama hydroxychloroquine menjadi popular.
Karena obat yang digunakan untuk mencegah dan menangani penyakit malaria ini diklaim mampu mengobati pasien Covid-19.
Bahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi salah satu orang yang setuju.
Dia pun bersikeras agar pasien-pasien Covid-19 di AS mengonsumsi obat tersebut.
Bagaimana hasilnya? Apakah benar?
Dilansir dari dailymail.co.uk pada Sabtu (8/8/2020), lebih dari 100 orang Amerika Serikat (AS) telah meninggal setelah mengonsumsi hydroxychloroquine.
Padahal pemberian obat itu dilakukan dalam upaya ntuk mengobati atau mencegah virus corona sepanjang tahun ini.
Dalam enam bulan pertama 293 orang meninggal dunia setelah mengonsumsi hydroxychloroquine.
Hal ini menurut tinjauan Milwaukee Journal Sentinel tentang sistem pelaporan kejadian merugikan dari Food and Drug Administration (FDA).
Angka itu jauh berbeda dibandingkan 75 kasus kematian pada paruh pertama tahun 2019.
Di tahun-tahun sebelumnya, penggunaan obat hydroxychloroquine hanya untuk pasien malaria.
Sementara lebih dari setengah pasien-pasien itu menggunakan hydroxychloroquine untuk Covid-19.
Padahal sebagian besar studi besar dan kredibel sudah memberikan laporannya bahwa obat ini tidak memberikan manfaat bagi orang-orang dengan infeksi virus corona.
Bahkan beberapa dari studi menjelaskan bahwa obat itu bisa berpotensi menyebabkan aritmia jantung yang fatal.
Atau menyebabkan disfungsi jantung yang parah hingga kematian pada orang lain.
Namun segala laporan itu dibantah oleh Presiden Trump. Di mana dia terus mengoceh bahwa obat itu aman.
Tak tanggung-tanggung, Trump juga mengklaim obat itu sudah disetujui FDA.
"Apa ruginya?", tanya Trump sambil mendorong orang-orang untuk menggunakan hydroxychloroquine untuk mengobati virus corona.
Padahal faktanya obat ini hanya disetujui oleh badan pengawas untuk mengobati penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, malaria, dan penyakit autoimun seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
Selain itu, untuk mendapatkan obat ini, seseorang harus melakukan beberapa tahap dan izin ketat.
Sebab, orang dengan penyakit jantung juga berisiko lebih besar terkena sakit parah atau meninggal.
Para dokter sendiri, termasuk Dr Anthony Fauci, mungkin tidak meresepkan hydroxychloroquine.
Jika pun disetujui, dokter harus melihat kondisi jantung pasien sebelumnya.
Tetapi setelah dukungan Trump, para dokter lainnya mulai meresepkannya.
Pada bulan Maret 2020 misalnya. Jumlah resep hydroxychloroquine yang diisi dalam satu minggu mencapai lebih dari 2.000 persen.
Lebih tinggi daripada resep untuk obat yang sama pada tahun sebelumnya.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR