Advertorial
Intisari-Online.com - Dua ledakan besar di Kota Beirut, Lebanon, diduga bersumber dari 2.750 ton amonium nitrat.
Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (5/8/2020), Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan ribuan ton amonium nitrat tersebut merupakan bagian dari pupuk pertanian.
Bahan tersebut sudah disimpan bertahun-tahun di dalam sebuah gudang di kawasan pelabuhan Beirut.
Diab menegaskan akan segera menyelidiki insiden yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai hampir 4.000 orang tersebut.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja."
"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," tegas Diab seperti dilansir AFP, Selasa (4/8/2020).
Menengok ke belakang, amonium nitrat ternyata pernah ditemukan dalam kasus bom yang terjadi di Indonesia.
Berikut sejumlah kasus bom di Indonesia yang menggunakan amonium nitrat:
1. Bom di Jalan Sabang
Penggunaan amonium nitrat sudah terdeteksi pada kasus aksi pengemboman di pusat perbelanjaan Ramayana di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, pada 2 Januari 1999.
Diberitakan Harian Kompas, 4 Januari 1999, Kaditserse Polda Metro Jaya Kolonel (Pol) Alex Bambang Riatmojo mengatakan bom yang digunakan dalam kasus tersebut sejenis bom ikan.
Sementara itu, Harian Kompas pada 25 Apr 1999 memberitakan, seorang ahli bom, A Oemar Daniell mensinyalir bom yang digunakan dalam kasus di Jalan Sabang adalah jenis ANFO yang diisi dengan sumbu api standar.
Baca Juga: Covid Hari Ini 7 Agustus 2020, WHO: Jumlah Kasus Covid-19 Pada Orang Muda Meningkat Tajam
Bahan peledaknya terdiri dari amonium nitrat (NH4NO3) yang biasa dipakai untuk pupuk.
Bom ANFO ini terdiri dari amonium nitrat sebanyak 94 persen dan dicampur dengan oli (solar) sebanyak 6 persen.
"Dengan sebuah pemicu berkekuatan 1,5 ampere, ANFO ini sudah bisa meledak," jelas Oemar yang merupakan pengajar mata kuliah teknik peledakan di Universitas Trisakti.
2. Bom Bali
Pada 12 Oktober 2002, Pulau Bali digegerkan dengan adanya aksi bom di Sari Club dan Paddy's.
Diberitakan Harian Kompas, 23 Oktober 2002, Wakil Kepala Badan Hubungan Masyarakat (Humas) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Edward Aritonang mengakui, jenis bahan peledak yang digunakan dalam kasus tersebut mirip RDX.
Jenis bahan peledak RDX yang ditandai adanya residu zat amonium nitrat dan jelaga yang merupakan salah satu bagian dari ramuan bom C4.
Bom itu meninggalkan bekas berupa lubang seperti kepundan.
3. Bom Makassar
Peristiwa ledakan bom terjadi di restoran cepat saji McDonald's yang berada di Mal Ratu Indah, Makassar, pada 5 Desember 2002.
Kala itu saat upaya penyelidikan, arsip Harian Kompas pada 10 Desember 2002 menyebut, Kepala Polda Sulsel Inspektur Jenderal (Irjen) Firman Gani mengungkapkan pihaknya melakukan penggeledahan di 13 lokasi.
Hasilnya, polisi menyita barang bukti berupa buku catatan petunjuk pembuatan bom rakitan, 13 potongan pipa besi, pelat besi, alat pengelas, serbuk amonium nitrat, empat sumbu detonator, satu kontainer tabung besar (wadah bom), hingga TNT (trinitrotoluene).
4. Bom di Poso
Selanjutnya, kasus bom menggunakan amonium nitrat juga ditemukan dalam ledakan bom di Poso, Sulawesi Tengah, pada 7 Agustus 2003.
Dilansir Harian Kompas, 8 Agustus 2003, kasus ledakan tersebut menewaskan Bachtiar alias Manto, yang tak lain merupakan perakit bom itu sendiri.
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng Brigjen Pol Taufik Ridha mengungkapkan ada sejumlah barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara.
Di antaranya adalah tabung petromaks, amonium nitrat, kabel, solder, baterai, dan timer.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amonium Nitrat dan Aksi Bom di Indonesia"