Advertorial

Termasuk Jadi Bahan Racikan Bom Bali 2002, Simak Kisah Antara Amonium Nitrat dan Aksi Bom di Indonesia Berikut Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Dua ledakan besar di Kota Beirut, Lebanon, diduga bersumber dari 2.750 ton amonium nitrat.

Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (5/8/2020), Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan ribuan ton amonium nitrat tersebut merupakan bagian dari pupuk pertanian.

Bahan tersebut sudah disimpan bertahun-tahun di dalam sebuah gudang di kawasan pelabuhan Beirut.

Diab menegaskan akan segera menyelidiki insiden yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai hampir 4.000 orang tersebut.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Mayat-mayat di Desa di Bali Ini Masih Tetap Diletakkan Begitu Saja di Bawah Pohon Tanpa Dikubur, Apa Alasan Mereka?

"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja."

"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," tegas Diab seperti dilansir AFP, Selasa (4/8/2020).

Menengok ke belakang, amonium nitrat ternyata pernah ditemukan dalam kasus bom yang terjadi di Indonesia.

Berikut sejumlah kasus bom di Indonesia yang menggunakan amonium nitrat:

Baca Juga: Sungguh Menggelegar Ledakan di Lebanon, Berikut Deretan Ledakan akibat Amonium Nitrat dalam Catatan Sejarah, Termasuk Ciptakan Kawah Selebar 28 Meter

1. Bom di Jalan Sabang

Penggunaan amonium nitrat sudah terdeteksi pada kasus aksi pengemboman di pusat perbelanjaan Ramayana di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, pada 2 Januari 1999.

Diberitakan Harian Kompas, 4 Januari 1999, Kaditserse Polda Metro Jaya Kolonel (Pol) Alex Bambang Riatmojo mengatakan bom yang digunakan dalam kasus tersebut sejenis bom ikan.

Sementara itu, Harian Kompas pada 25 Apr 1999 memberitakan, seorang ahli bom, A Oemar Daniell mensinyalir bom yang digunakan dalam kasus di Jalan Sabang adalah jenis ANFO yang diisi dengan sumbu api standar.

Baca Juga: Covid Hari Ini 7 Agustus 2020, WHO: Jumlah Kasus Covid-19 Pada Orang Muda Meningkat Tajam

Bahan peledaknya terdiri dari amonium nitrat (NH4NO3) yang biasa dipakai untuk pupuk.

Bom ANFO ini terdiri dari amonium nitrat sebanyak 94 persen dan dicampur dengan oli (solar) sebanyak 6 persen.

"Dengan sebuah pemicu berkekuatan 1,5 ampere, ANFO ini sudah bisa meledak," jelas Oemar yang merupakan pengajar mata kuliah teknik peledakan di Universitas Trisakti.

2. Bom Bali

Baca Juga: Buaya Raksasa Diyakini Titisan dari Kerajaan Siluman, Kepalanya Dipotong Dibungkus Kain Kafan dan Dikubur di Lokasi Terpisah: 'Sudah Menyalahi Kodratnya'

Pada 12 Oktober 2002, Pulau Bali digegerkan dengan adanya aksi bom di Sari Club dan Paddy's.

Diberitakan Harian Kompas, 23 Oktober 2002, Wakil Kepala Badan Hubungan Masyarakat (Humas) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Edward Aritonang mengakui, jenis bahan peledak yang digunakan dalam kasus tersebut mirip RDX.

Jenis bahan peledak RDX yang ditandai adanya residu zat amonium nitrat dan jelaga yang merupakan salah satu bagian dari ramuan bom C4.

Bom itu meninggalkan bekas berupa lubang seperti kepundan.

Baca Juga: Ular Kobra Sepanjang 1,8 Meter Membuat Sang Istri Histeris di Kamar Mandi, Berawal dari Niat Baik Sang Suami: '32 tahun Pernikahan Bisa dalam Masalah!'

3. Bom Makassar

Peristiwa ledakan bom terjadi di restoran cepat saji McDonald's yang berada di Mal Ratu Indah, Makassar, pada 5 Desember 2002.

Kala itu saat upaya penyelidikan, arsip Harian Kompas pada 10 Desember 2002 menyebut, Kepala Polda Sulsel Inspektur Jenderal (Irjen) Firman Gani mengungkapkan pihaknya melakukan penggeledahan di 13 lokasi.

Hasilnya, polisi menyita barang bukti berupa buku catatan petunjuk pembuatan bom rakitan, 13 potongan pipa besi, pelat besi, alat pengelas, serbuk amonium nitrat, empat sumbu detonator, satu kontainer tabung besar (wadah bom), hingga TNT (trinitrotoluene).

Baca Juga: Berusia 5.000 Tahun, Kuburan Massal Ini Ungkap Kisah Tragis pada Masa Lalu, Ilmuwan Berujar Ini Bukan Kebetulan Semata!

4. Bom di Poso

Selanjutnya, kasus bom menggunakan amonium nitrat juga ditemukan dalam ledakan bom di Poso, Sulawesi Tengah, pada 7 Agustus 2003.

Dilansir Harian Kompas, 8 Agustus 2003, kasus ledakan tersebut menewaskan Bachtiar alias Manto, yang tak lain merupakan perakit bom itu sendiri.

Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng Brigjen Pol Taufik Ridha mengungkapkan ada sejumlah barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara.

Di antaranya adalah tabung petromaks, amonium nitrat, kabel, solder, baterai, dan timer.

Baca Juga: Kengeraian 'Gemeletuk Kematian', Tanda-tanda yang Muncul 24 Jam Sebelum Seseorang Meninggal Dunia, Seperti Apa Suaranya?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amonium Nitrat dan Aksi Bom di Indonesia"

Artikel Terkait