Advertorial

Kasus Mengerikan Keluarga Khachaturyan: Tiga Saudari Dituntut Eksekusi Mati Setelah Menikam Ayah Kandung Mereka Berkali-kali, Rupanya Ada Kisah Naas di Balik Itu

May N

Editor

Kasus Mengerikan Keluarga Khachaturyan: Tiga Saudari Dituntut Eksekusi Mati Setelah Menikam Ayah Kandung Mereka Berkali-kali, Rupanya Ada Kisah Naas di Balik Itu

Intisari-online.com -Dua tahun yang lalu, ada kisah pembunuhan mengerikan di Rusia.

Jasad Mikhail Khachaturyan ditemukan di anak tangga blok apartemennya di Moskow Juli 2018 lalu.

Pada jasad itu tercetak jelas luka-luka yang menyertai kematiannya, lusinan luka tusuk pisau di dada dan lehernya.

Beberapa jam sebelum kematiannya, ia telah kembali dari klinik psikiater.

Baca Juga: Ketegangan Semakin Memuncak! AS Kirim Jet Tempur Mendekati Shanghai Lantaran Kantor Konsulatnya Ditutup Oleh Pemerintah China

Saat ia kembali ia meminta ketiga anaknya berbaris untuk dihukum atas kondisi apartemen yang berantakan.

Tidak tanggung-tanggung, Khachaturyan menyemprotkan semprotan merica ke wajah ketiga anaknya.

Akibatnya, anak tertuanya Krestina, pingsan karena ia mengidap asma.

Malam itulah ketiga saudari Khachaturyan ingin membalaskan dendam mereka yang bertumpuk sekian lama atas tindakan pelecehan yang dilakukan ayah mereka terhadap ketiganya.

Baca Juga: Viral ‘Gilang Bungkus’ di Media Sosial, Apa Sebenarnya yang Dimaksud dengan Fetish?

Krestina (19), Angelina (18), dan Maria (17) memutuskan untuk membunuh ayah mereka.

Mereka menyerangnya dengan palu, pisau dan semprotan merica yang ia gunakan kepada mereka tadi.

Catatan interogasi bocor kepada pres, dan diverifikasi kepada CNN oleh salah satu pengacara ketiga saudari tersebut.

Catatan itu tunjukkan jika ketiganya melukai diri sendiri lebih dahulu untuk membuat mereka telah dilukai oleh ayah mereka.

Baca Juga: Perhatian Buat Pria, Penis Jarang Ereksi Saat Bangun Tidur di Pagi Hari, Normal atau Perlu Mengunjungi Dokter?

Selanjutnya mereka memanggil polisi dan ambulans.

Keesokan harinya mereka ditangkap dan mengakui tindakan pembunuhan tersebut.

Mereka katakan mereka telah menahan perlakuan kejam ayah mereka bertahun-tahun, dengan pelecehan seksual, fisik dan emosional dari si ayah menurut pengacara dan jaksa penuntut umum Rusia.

Musim panas lalu ketiganya telah divonis atas pembunuhan mereka.

Baca Juga: WhatsApp Sedang Kerjakan Fitur Baru: 1 Akun di Banyak Perangkat

Hal itu memicu kemarahan publik dan para aktivis di Rusia, yang selama ini telah lama mengangkat isu kekerasan di dalam masing-masing rumah tangga.

Kasus Khachaturyan segera menjadi selebrasi grup aktivis HAM untuk menuntut disahkannya RUU yang melindungi korban kekerasan dan pelecehan di rumah mereka.

RUU itu telah lama diajukan sejak tahun 2016 lalu.

Setelah investigasi sulit sebelum persidangan, sidang mereka dimulai Jumat di pengadilan Moskow.

Baca Juga: Disebut Pembuatannya Terinspirasi oleh Perang Dingin, Jet Tempur F-22 AS Ini Justru Dinilai Pakar Bakal Kewalahan Lawan Milik China, Ini Alasannya

Kakak pertama dan kedua, Krestina dan Angelina disidang bersama.

Sementara anak terakhir, Maria yang masih di bawah umur saat melakukan tindakan pembunuhan itu dan sekarang sudah dewasa, diberi kompensasi tidak cakap secara mental untuk lakukan pembunuhan.

Ia akan diberikan sidang terpisah atas kasus itu, menurut pengacara ketiganya, Aleksey Lipster.

Ahli kekerasan rumah tangga, yang menjadi tim pembela ketiga perempuan ini, mengatakan absennya mekanisme perlindungan dalam penegakan hukum dan sistem persidangan membuat pilihan mereka hanyalah membela diri atau akhirnya meninggal di tangan ayah mereka.

Baca Juga: Olah Daging Kurban agar Tak Gampang Kering dan Keras, Ini Rahasianya Tukang Sate agar Sate Kambing Lembut di Mulut

Dalam pembicaraan via teks dari ponsel mendiang dan diunggah ke Facebook oleh Lipster, mendiang berikan ancaman untuk membunuh ketiganya.

Bahkan, ancaman juga berupa pelecehan seksual kepada mereka dan ibu mereka.

"Aku akan memukuli kalian, aku akan membunuh kalian," ujar satu teks dari April 2018 yang awalnya menuduh mereka memiliki hubungan seksual dengan teman pria mereka.

"Kalian adalah pelacur dan kalian akan mati sebagai pelacur."

Baca Juga: Sering Jadi Pertanyaan Orang-orang saat Idul Adha, Ini Lama Daging Kurban Bisa Disimpan dan Bagaimana Nilai Gizinya setelah Berhari-hari

Catatan interogasi juga tunjukkan gambar mengerikan dari pelecehan dan kekerasan seksual selama 4 tahun sebelum pembunuhan terjadi.

"Kami pikir mereka tidak punya pilihan lain. Ayah mereka membuat mereka putus asa, hidup mereka bagaikan neraka tanpa ujung.

"Mereka tidak bisa dianggap orang yang sehat, tenang dan seimbang, mereka mengalami sakit mental yang serius termasuk sindrom pelecehan seksual dan gangguan stress pos-trauma.

"Ini semua dikonfirmasi oleh para peninjau di kasus itu," ujar salah satu pengacara ketiganya, Aleksey Parshin.

Baca Juga: Kondisinya Mengenaskan di dalam Freezer, Mayat Wanita Ini Baru Ditemukan setelah 3 Tahun Menghilang, Sebuah Buku Harian Membongkar Kekejaman Tersangka Pembunuh

Para aktivis telah lakukan lusinan acara demonstrasi untuk mendukung ketiga pelaku di bawah kampanye "Aku tidak ingin mati".

Mereka meminta pihak berwenang untuk mengkelaskan ulang kasus pembelaan diri ketiga saudari itu.

Investigasi tahun 2019 oleh Media Zona, outlet Rusia yang mengulas keadilan dan penjara, katakan jika hampir 80% wanita Rusia dipenjara karena pembunuhan di bawah umur tahun 2016-2018 adalah perempuan yang berusaha melindungi mereka dari para penyerangnya.

Tahun 2017, Hukum Rusia ditekan oleh Gereja Ortodoks Rusia dan pembela "nilai tradisional" yang membuat parlemen kewalahan menyutujui UU yang tidak mengkriminalisasi kekerasan dalam rumah tangga yang tidak sampai melukai dan mencederai korban.

Baca Juga: Kemungkinan WFH Diperpanjang Hingga Tahun Depan, Warganet: Demi Transparansi Data, Jangan Sembunyikan Data Karyawan yang Positif Covid-19

Hal itu membuat pengusutan kasus-kasus itu menjadi sulit.

Awalnya Jaksa meminta Komite Investigator untuk menurunkan dakwaan dari pembunuhan terencana menjadi kasus pembelaan diri.

Namun tiba-tiba jaksa tersebut, Viktor Grin, mengkonfirmasi Meli lalu jika dakwaan pembunuhan terencana adalah yang mereka lakukan.

Pergantian dakwaan ini berhubungan dengan diloloskannya amandemen kontroversial kepada Konstitusi Rusia sejak referendum 1 Juli.

Baca Juga: Tak Kalah Aneh dari Fetish 'Bungkus Kain Jarik', Waspada! Ini Berbagai Jenis Fetisisme yang Wajib Diketahui

Referendum yang resmikan Vladimir Putin masih bisa menjabat sampai 2036 tersebut diikuti dengan penangkapan pejabat tinggi, seperti pengkhianatan negara ditujukan kepada mantan jurnalis Ivan Safronov, atau pembunuhan mantan gubernur Khabarovsk, Sergey Furgal.

Sergey Furgal sendiri sebenarnya adalah tersangka pembunuhan yang dituntut penjara 8 tahun.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait