Advertorial
Ukraina Bergejolak Akibat Munculnya Gerakan Membangun Uni Soviet Kembali, Vladimir Putin dan Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky Mulai Bahas Kelanjutan Negara Mereka
Intisari-online.com -Aneksasi Moskow untuk kembali membangun Uni Soviet telah sebabkan Ukraina berada dalam kondisi paling tidak stabil sejak negara itu berdiri.
Lebih dari 13 ribu pasukan telah terbunuh akibat perang antara militer Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.
Aneksasi Moskow untuk semenanjung Crimea dimulai sejak 2014 lalu.
Melihat kondisi yang tidak karuan ini, Ukraina pun terapkan gencatan senjata.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky Minggu kemarin menerima usaha untuk menyelesaikan konflik Ukraina dengan membahasnya bersama Vladimir Putin.
Gencatan senjata sendiri dimulai pada Senin ini.
Moskow dan Kiev, ibukota Ukraina setuju untuk terapkan gencatan senjata di wilayah Ukraina timur, Donbass selama negosiasi awal bulan ini.
Ini merupakan kondisi yang harus diterapkan untuk kesepakatan lebih baik di ibukota Belarusia tahun 2015.
Ukraina telah melawan gerakan separatis yang didukung oleh Kremlin di Donetsk dan Lugansk sejak 2014.
Gerakan separatis itu muncul setelah adanya aneksasi Moskow di semenanjung Crimea.
Lebih dari 13 ribu orang telah meninggal sejak perang pecah tahun 2014, meskipun telah ada tanda tangan perdamaian di Minsk.
Baik Putin dan Zelensky "menerima kesepakatan dengan tangan terbuka dan mendukung gencatan senjata di Donbass", seperti disebutkan pernyataan dari kepresidenan Ukraina.
Namun Kremlin menggaris bawahi pentingnya "penyelidikan tanpa syarat mengenai kesepakatan ini oleh pihak yang berkepentingan di konflik ini."
Permintaan presiden Ukraina
Zelensky meminta usaha pelepasan warga Ukraina di Donbass, Crimea dan Rusia ditingkatkan dua kali, seperti dikutip dari pernyataan resmi Ukraina.
Putin sendiri prihatin mengenai undang-undang terbaru di parlemen Ukraina yang memuluskan cara Pilkada 2022 mendatang.
Menurut Putin, undang-undang itu merusak kesepakatan Minsk dan menempatkan prospek penyelesaian dalam bahaya.
Telepon itu dilakukan beberapa jam setelah Paus Fransiskus mengatakan Minggu kemarin ia sedang berdoa bahwa gencatan senjata baru akan dilaksanakan.
Bagi Paus, hal itu akan memuluskan perdamaian yang telah lama ditunggu.
"Sembari aku memberi ungkapan terima kasih terhadap pertanda adanya usaha mencapai perdamaian di wilayah yang sedang bergejolak, kuharap kesepakatan itu memang akan dilaksanakan," ujar Paus.
Selama ini tercatat sudah ada 24 kali usaha gencatan senjata yang gagal di Ukraina timur.
Gencatan senjata terakhir ini dianggap sebagai prasyarat penting bagi krisis Ukraina yang baru.
Angela Merkel kanselir Jerman dan Emmanuel Macron Presiden Perancis juga katakan mereka ingin menjembatani Putin dan Zelensky agar tercapai hasil yang lebih baik.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini