Advertorial
Intisari-online.com - Gencatan senjata seabad lebih hampir gagal total karena bentrokan di lembah Galwan pada Senin 15/6/2020 lalu.
Bentrokan yang tewaskan setidaknya 20 prajurit India tersebut dilakukan dengan batu dan pentungan berpaku tajam.
Tidak jelas apakah ada prajurit China yang meninggal, tetapi disebutkan hampir 45 prajurit China meninggal.
Sementara itu kedua pemerintah segera temukan solusi diplomatik untuk kekejaman di perbatasan tersebut.
Tahun 1962, India dan China berperang pertama kali memperebutkan perbatasan gersang, terasingkan dan tidak ada kehidupan ini.
Ribuan prajurit disebutkan meninggal kala itu, meski angka kematian yang sesungguhnya tidak jelas.
Sejak saat itu, kedua negara memiliki sejarah panjang pertikaian tidak mematikan mengenai posisi perbatasan itu.
Masalah utama adalah kedua negara tidak setuju mengenai di mana perbatasan itu dimulai, sejauh mana garis perbatasan itu membentang, dan siapa yang memiliki wilayah sekitarnya.
Baca Juga: Rudalnya Mampu Jangkau Target Sejauh 280 Km, Menhan Iran Sebut Musuh-musuh Iran Ketakutan
Asal mula nama Line of Actual Control
Ada tiga wilayah utama yang menjadi sumber prahara pertikaian perbatasan India dan China, lebih terkenal dengan nama Line of Actual Control.
Nama itu berasal ketika tahun 1959 mantan Perdana Menteri China Zhou Enlai meminta tentara kedua negara menarik pasukan di belakang "sebuah garis yang kedua belah pihak lakukan kontrol sepenuhnya."
Di perbatasan itu terdapat 3 wilayah perebutan; sisi barat, membagi wilayah Ladakh (India) dan Aksai Chin (China) dengan region Kashmir di tengahnya.
Sisi tengah berupa perbatasan utara India, Himachal Pradesh dan Uttarakhand serta Tibet selatan.
Sisi timur berada di Tibet selatan dan India timur pelosok, mengikuti sebuah garis bernama McMahon Line.
McMahon Line adalah garis yang dibuat dari nama petugas kolonial Inggris yang membuat perbatasan itu di tahun 1914.
Baca Juga: Apa Istimewanya Terowongan Ini Sehingga Konon Jadi Rebutan Geng-geng Terkenal di Meksiko?
Wilayah sisi timur itulah ketegangan antara India dan China terjadi di tahun 2017.
Sementara bentrokan yang terjadi sekarang terjadi di sisi barat, antara Ladakh, Aksai Chin dan Kashmir.
Wilayah Kashmir merupakan salah satu tempat pertikaian panas dunia, terbagi menjadi teritori diklaim oleh India, Pakistan dan China.
China bersikukuh memegang wilayah Aksai Chin, yang disebut mereka merupakan bagian dari Xinjiang.
Sementara India menyebut wilayah tersebut bagian dari Ladakh dan milik India.
Sementara Line of Actual Control sama sekali tidak disetujui oleh kedua negara.
Line of Actual Control, perbatasan antara Ladakh dan Aksai Chin merupakan hasil perang 1962 silam.
Garis itu sebenarnya hanyalah sebuah garis yang ditarik untuk menjadi sisi tempat kedua belah pihak melakukan gencatan senjata pada saat itu.
Baca Juga: Cukup Letakkan Merica di Bawah Tempat Tidur Anda, Hal 'Ajaib' Ini Akan Terjadi!
Masalahnya, meski garis itu muncul dengan jelas di semua peta dunia, tidak ada yang tahu pasti di mana titik mulai dan berhentinya garis itu.
Hal tersebut terjadi karena kombinasi sejarah ketidaksetujuan kedua negara, pertikaian perebutan klaim teritori dan peta yang digambarkan dengan buruk.
Sehingga meskipun ada garis itu, tentara India dan China rutin bersitegang dengan satu sama lain.
Mereka mengklaim bagian tertentu di wilayah itu sebagai milik mereka.
Baca Juga: Bayinya Lahir Tanpa Anus, Pasutri Ini: 'Tuhan, dari Mana Uang Segitu, Makan pun Kami Susah..'
Kebingungan mengenai LAC (Line of Actual Control) bermula ke tahun 1947.
Saat itu, India dan Pakistan berperang, menghasilkan pembagian wilayah.
Dalam konflik itu, perbatasan ketiga negara belum terselesaikan dengan baik,
India, Pakistan dan China mengklaim bagian di wilayah utara Kashmir.
Baca Juga: Ini 4 Bagian Tergeli pada Wanita Ini Jangan Disentuh oleh Pasangannya
Selanjutnya, ketegangan antara China dan India tumbuh.
New Delhi berang ketika prajurit China membangun jalan layang melewati Aksai Chin di tahun 1957.
Sementara Beijing murka ketika Dalai Lama melarikan diri ke India semenjak pemberontakan Tibet tahun 1959.
Ketegangan itu menghasilkan perang di Aksai Chin tahun 1962.
Namun prajurit China sudah lebih tersuplai dan karena banyak yang telah berlatih di dataran tinggi Tibet, mereka sudah beradaptasi dengan perang di ketinggian setinggi Himalaya.
China berhasil mendorong mundur tentara India dan mengambil kepemilikan wilayah tersebut.
Setidaknya 2.000 prajurit meninggal, dengan jumlah prajurit India yang meninggal 2 kalinya prajurit China.
Baca Juga: Tanda-tanda Hamil 5 Minggu, Ada yang Tidak Merasakan Gejala di Perut
Sebelum perang, pemimpin China Mao Zedong menyebutkan konflik 1962 dapat menjaga perbatasan kedua negara stabil untuk 10 tahun, sayangnya lima tahun saja kestabilan itu terjaga.
Ketegangan meningkat lagi di tahun 1967 di wilayah pegunungan, Nathu La dan Cho La, di Sikkim, India.
Kala itu, India berhasil mendorong China mundur.
Laporan waktu itu menyebutkan 150 prajurit India dan lebih dari 300 prajurit China terbunuh di konflik tersebut.
Hubungan kedua negara menjadi lebih baik sejak itu, dengan ketegangan terakhir sebelum tahun ini adalah tahun 1975.
Waktu itu kedua negara tidak setuju dengan LAC dan New Delhi bersikeras mengklaim Aksai Chin.
India dan China setuju pada tahun 1993 untuk memastikan perbatasan tersebut dijaga tetap damai.
Namun tidak ada usaha serius yang telah dibuat untuk menjaganya.
Baca Juga: Kejauhan Bicara 5G, Ternyata 46 Persen Pengguna Ponsel Dunia Masih Pakai 2G dan 3G!
Dan prajurit telah sering bentrok dengan cara non militer, yaitu dengan batu dan membuat senjata darurat.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini