Advertorial
Intisari-Online.com -Korea pernah menjadi satu negara.
Setelah dianeksasi oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1911, negara itu dibebaskan menjadi Korea Selatan yang didukung oleh Soviet, China, dan Amerika Serikat.
Lalu terjadi perang antara kedua Korea pada 1950-an dan berakhirnya perpecahan hingga membentuk Korea Utara dan Korea Selatan.
Puluhan tahun bermusuhan, kedua negara menandatangani perjanjian perdamaian pada September 2018.
Baca Juga: Semenanjung Korea Makin Tegang, Jika Korut dan Korsel Berperang, Militer Siapa yang Lebih Unggul?
Namun sepertinya perjanjian tersebut tidak berjalan dengan baik.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (18/6/2020), kedua negara kembali bersitegang.
Ini karena selebaran yang dikirim dari pembelot melintasi perbatasan dari Korea Selatan.
Lalu ketegangan diplomatik antara kedua Korea itu mencapai puncaknya ketika Pyongyangmemutus komunikasi ke Seoul dan meledakkan kantor penghubungantar-Korea.
Meskipun Presiden Moon Jae In menyatakan harapan bahwa hubungan kedua negara dapat diselamatkan, namun sepertinya tidak berjalan baik.
Sehingga Staf Umum Korea Selatan siap untuk menanggapi provokasi lebih lanjut.
Lalu bagaimana dengan Korea Utara?
Seperti diketahui negara ini tertutup dari negara luar.
Sehingga sulit mengetahui apa yang terjadi di dalam negara ini.
Tapi sebuah sumber yang berbasis di China yang berbatasan dengan Provinsi Ryanggang mengatakan kepada Harian NK yang berbasis di Korea Selatan bahwa ada banyak pertemuan.
“Baru-baru ini, hampir setiap hari ada pertemuan dan ceramah tentang pengkhianat yang mengirim selebaran propaganda dari Korea Selatan."
"Para pembicara akan menyebutkan nama-nama tertentu dan membuat pernyataan yang menghebohkan tentang 'menghukum atas nama orang-orang'."
"Desas-desus menyebar di antara orang-orang tentang pihak berwenang mengirim semacam pasukan khusus ke Korea Selatan."
Ada kemungkinan inimerujuk atas perintah Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un.
Inti dari pesan tersebut adalah semua pembelot harus dihukum karena sudah berani meninggalkan Korea Utara.
Sumber itu mengatakan kepada Daily NK bahwa sebagian besar warga Korea Utara tidak secara rutin berbicara buruk tentang para pembelot.
Tak heran, berita mengenai pembelot langsungmembingungkan warga Korea Utara.