Advertorial

Diam-diam Indonesia Pernah Nyaris Memiliki Bom Nuklir Pada Era Presiden Soekarno, Amerika Sampai Dibuat Ketar-Ketir Begitu Mendengar Kabar Itu

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Indonesia ternyata pernah berusaha membuat bom nuklir sendiri akibat perseteruan dua negara raksasa kala itu.
Indonesia ternyata pernah berusaha membuat bom nuklir sendiri akibat perseteruan dua negara raksasa kala itu.

Intisari-online.com - Bom nuklir menjadi salah satu senjata yang paling ditakuti di dunia.

Tak hanya ledakannya, efek radiasi yang ditimbulkan juga sangat berbahaya untuk masyarakat sekitar area ledakan.

Indonesia ternyata pernah berusaha membuat bom nuklir sendiri akibat perseteruan dua negara raksasa kala itu.

Era tahun 1960-an, setiap negara-negara di dunia pastilah sedang dilanda kecemasan tingkat tinggi.

Baca Juga: Spesifikasi dan Desain PS5 Terbaru Resmi Dirilis, Bikin Ngiler Para Gamer

Selesai dengan babakan neraka Perang Dunia II, masyarakat dunia saat itu saban harinya harus berkeringat dingin mengingat perseteruan dua blok, Barat dengan Amerika Serikat (AS) dkk dan Timur dengan Uni Soviet.

Perseteruan keduanya semakin membuncah tatkala AS menguji coba bom hidrogen (termo nuklir) di Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik tahun 1954 yang dibalas dengan uji coba super atom Tsar Bomba milik Soviet tahun 1961.

Terkhusus, uji coba termo nuklir AS membuat Indonesia sangat was-was, karena Kepulauan Marshall 'bersebelahan' dengan Indonesia bagian timur. Takut kena radiasi, pikir si Bung Besar.

Tak berlarut-larut dalam kecemasannya, Soekarno kemudian mengeluarkan Keppres No.230/1954 yang isinya membentuk sebuah Panitia Negara.

Baca Juga: Lanjutkan Agenda Kepresidenan, Trump Pilih Lokasi Rapat di Wilayah Horor Lokasi Pembantaian Orang Kulit Hitam Terburuk di Sejarah Amerika Serikat Tahun 1921 Silam

Ditukil dari The State and the Reactor: Nuclear Politics in Post-Suharto Indonesia, Panitia Negara yang dimaksud adalah panitia Penyelidikan Radio-Aktif yang disahkan keberadaannya November 1954.

Panitia ini dipimpin oleh seorang ahli Radiologi 'anyar' karena baru saja selesai studi di London bernama G.A.Siwabessy.

Siwabessy dan tim bergerak cepat ke tempat-tempat terduga terpapar radiasi uji coba atom AS itu macam di Manado, Timor dan Ambon.

Syukur, hasil olah tkp tim Siwabessy menunjukkan wilayah timur Indonesia aman dari radiasi nuklir.

Selesai dengan tugas perdananya, Siwabessy dan timnya menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk mulai melirik dan memanfaatkan nuklir untuk kepentingan nasional.

Saran tersebut diterima Soekarno dengan menindaklanjutinya pembentukan Dewan Tenaga Atom serta Lembaga Tenaga Atom (LTA).

Baca Juga: Demi Buktikan Virus Corona 'Tidak Bahaya', Presiden Ukraina Punya Rencana 'Gila' Untuk Suntikkan Dirinya Dengan Covid-19

Tanpa menunggu waktu lagi, LTA yang juga diketuai oleh Siwabessy membuat sebuah rancangan jangka panjang (blue print) pengembangan nuklir nasional.

LTA juga sangat dinamis serta aktif berkeliling dunia untuk mempelajari bagaimana sebuah negara mengelola nuklir.

Kerjasama kanan-kiri dengan negara adidaya macam AS juga tak luput dari agenda LTA, termasuk berkolaborasi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).

AS yang kala itu dipimpin John F Kennedy, memandang proyek nuklir Indonesia bersifat damai alias Atom for Peace dengan ditandai dengan kerjasama bilateral keduanya pada Juni 1960.

Untung berlapis-lapis Indonesia saat kerjasama itu berjalan, sudah dapat duit banyak untuk melakukan riset nuklir dalam negeri plus AS juga mengirimkan tenaga ahli pernuklirannya untuk mengajari ilmuwan-ilmuwan Indonesia melakukan pengayaan uranium.

Padahal ilmu dan segala macam peralatan pengayaan uranium sangatlah mahal serta berharga yang tak setiap negara mau memberikan ilmunya ke negara lain.

Baca Juga: Bersihkan Gudang Kakeknya, Pria Ini Kaget Temukan Benda yang Teramat Sangat Berbahaya, Hingga Pasukan Militer Dikerahkan Untuk Mengamankannya

Kerjasama itu lantas membuahkan hasil. Pada April 1961 Indonesia selesai membangun reaktor nuklir pertamanya yang diberi nama Triga Mark II.

Soekarno dan Kenedy yang akrab sehingga program nuklir Indonesia lebih mudah kala ituProgram nuklir Indonesia semuanya tampak berjalan mulus sampai akhirnya Kennedy ditembak mati.

Hilangnya Kennedy membuat hubungan AS-Indonesia jadi suram, program nuklir Indonesia yang didukung Paman Sam jadi tak jelas juntrungnya.

Ditambah berkecamuknya Perang Vietnam dan kembalinya Inggris untuk pembentukan Federasi Malaya membuat Soekarno membelokkan program nuklir Indonesia menjadi senjata untuk melawan ancaman asing bila sewaktu-waktu menyatroni Republik.

China yang pada tahun 1964 berhasil menguji coba bim atom pertamanya menjadi rujukkan Soekarno selanjutnya untuk mengubah nuklir Indonesia menjadi bom.

Soekarno lantas secara sembunyi-sembunyi mulai mengirim ahli-ahli nuklir dalam negeri didikan AS terdahulu untuk lanjut belajar ke China demi Indonesia mempunyai bom nuklir.

AS yang mencium gelagat Indonesia mulai mengembangkan senjata nuklir mulai gelagapan dan tak bisa menghentikan program nuklir Indonesia.

Tapi sejarah berkata lain, program pembuatan bom nuklir Indonesia menjadi tak jelas sampai mana saat kekuasaan Soekarno tumbang tahun 1965 efek pemberontakan Partai Palu Arit Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judulKisah Indonesia Berusaha Buat Bom Nuklir Untuk Hadapi Ancaman Asing.

Artikel Terkait