Advertorial

Cerita Pilu 2 Orang ABK Asal Indonesia Nekat Lompat dari Kapal Ikan Berbendera China, Lima Bulan Tak Terima Gaji hingga Alami Kekerasan

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Belakangan ini berbagai kasus Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia menjadi perhatian.

Kisah pilu justru dibawa oleh mereka yang pergi menjadi ABK demi mencari 'sesuap nasi'.

Beberapa waktu lalu, kasus pembuangan jenazah ABK asal Indonesia oleh kapal China menghebohkan publik.

Kali ini, ada dua ABK yang melompat dari kapal ikan berbendera China di perairan Selat Malaka.

Baca Juga: Terapung 3 Hari di Lautan Gara-gara Kapalnya Tenggelam, Begini Cerita 6 ABK Akhirnya Bisa Selamat

Hal ini pun dikonfirmasi oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha melalui video telekonferensi, Rabu (10/6/2020).

"Jadi dapat kami konfirmasi, benar bahwa terdapat dua ABK kita yang salah satunya berasal Pematang Siantar dan satunya lagi dari Sumbawa yang memutuskan untuk melompat dari kapal berbendera RRT (Republik Rakyat Tiongkok) Lu Qing Yuan Yu 901," kata Judha.

Tak Terima Gaji dan Alami Kekerasan

Berdasarkan keterangan Destructive Fishing Watch (DFW)-Indonesia, diketahui bahwa kedua ABK yang melompat dari kapal pada Jumat (5/6/2020), bernama Andry Juniansyah dan Reynalfi.

Baca Juga: Misteri Makam Cleopatra, Arkeolog Menduga Kuil Ini Jadi Tempat 'Firaun Terakhir' Bersemayam Mengikuti Sebuah Ramalan Kuno

DFW-Indonesia menerima laporan dari istri Andry pada Minggu (7/6/2020).

Koordinator Nasional DFW-Indonesia Moh Abdi Suhufan mengatakan, Andry tak pernah menerima gaji selama bekerja lima bulan di kapal sejak Januari 2020.

"Selama periode tersebut, korban belum pernah menerima gaji dan selama bekerja sering mendapatkan intimidasi, kekerasan fisik dari kapten dan sesama ABK asal China,” kata Abdi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (10/6/2020).

Menurutnya, Andry diberangkatkan ke Singapura dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, pada 24 Januari 2020.

Andry dan rekan-rekannya, kata Abdi, dijemput oleh seorang agen bernama Ethan Lee dari perusahaan SU di Bandara Changi.

Baca Juga: Pantas Surabaya Masuk Zona Merah Tua Covid-19, Ternyata Setiap 100.000 Populasinya, 107 di Antaranya Positif Virus Corona

Mereka kemudian diantar untuk bekerja di kapal ikan asing.

"Ketika di Singapura mereka mendapat arahan agen bahwa sambil menunggu ke Korea mereka akan dipekerjakan dulu di kapal ikan,” ujarnya.

"Mereka kemudian diantar dengan boat menuju Kapal Lu Qiang Yu 213, dan kemudian dipindahkan ke Kapal Lu Qian Yuan Yu 901 yang melakukan operasi penangkapan ikan di Samudera Hindia,” imbuh dia.

Abdi menambahkan, masih terdapat 12 ABK Indonesia lainnya di Kapal Lu Qian Yuan Yu 901.

Baca Juga: China Akhirnya Berpikir Logis Dengan Hapus Hewan Langka Ini Dari Daftar Obat Tradisional Untuk Cegah Virus Corona

Uang Keberangkatan

Secara terpisah, istri Andry, Fenni Sunni Susanti, menceritakan bagaimana suaminya bekerja di kapal tersebut hingga akhirnya melompat.

Awalnya, sang suami mendapat tawaran untuk bekerja di daratan Korea dari seseorang bernama Syafrudin.

Menurut Fenni, orang tersebut juga mengiming-imingi gaji puluhan juta.

"Pak Syafrudin ini menjanjikan Andry bekerja di daratan Korea dengan diiming-imingi gaji Rp 30 juta hingga 40 juta per bulan,” kata Fenni dalam sebuah acara diskusi daring, Rabu.

Baca Juga: Tanda-tanda Hamil 2 Minggu di Perut, Berasa Kembung dan Mual Pagi Hari

Syafrudin, kata Fenni, juga meminta uang keberangkatan sebesar Rp 50 juta.

Andry kemudian membayarkan uang tersebut secara tunai dan transfer ke Syafrudin.

Namun ternyata, suaminya malah dipekerjakan di kapal ikan asing.

Mengacu pada keterangan DFW-Indonesia, Syafrudin adalah agen untuk PT DPG yang merekrut Andry.

Baca Juga: Selalu Menyimpan Teka-teki, Dengan Usianya yang Mencapai 2000 Tahun Lebih, 40 Mumi Ini Tua Ditemukan di Mesir, Begini Penampakannya

Selama bekerja, Fenni mengatakan, hak suaminya dan ABK Indonesia lainnya tidak dipenuhi.

"Misalnya selama bekerja tidak pernah diberi gaji, HP-nya disita, dan tidak pernah berkomunikasi dengan saya selaku istrinya dan keluarga yang lain selama 5 bulan bekerja di kapal,” ujar dia.

Andry, katanya, juga sering dimaki dan dimarahi dengan kata-kata kasar ketika bekerja.

Karena merasa tidak betah dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan, Andry nekat melompat dari kapal.

Fenni berharap, kasus tersebut diusut hingga tuntas.

Baca Juga: Smartphone Sharp Bangkit Lagi Lewat Aquos R3 dan Zero2 di Kelas Flagship, Harganya Menarik

Ia juga menyampaikan pesan dari istri ABK lainnya di Kapal Lu Qian Yuan Yu 901, yang meminta suami mereka dipulangkan.

Sedang Didalami Kemenlu pun menegaskan pihaknya bersama aparat kepolisian masih melakukan pendalaman atas peristiwa tersebut.

Kedua ABK kini berada di Polsek Tebing Karimun, setelah nelayan Indonesia yang menemukan keduanya pada Sabtu (6/6/2020) melapor di polsek tersebut.

"Mereka saat ini telah berada di kantor Polsek Tebing Karimun kondisinya sehat," ujar Judha.

Baca Juga: 'Saya Tidak ke Mana-mana Tapi Tertular Covid-19', Bukti Bahwa Mereka yang Tidak Bepergian Tetap Bisa Terinfeksi Virus Corona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita 2 ABK yang Loncat dari Kapal Ikan Asing: Tak Terima Gaji hingga Alami Kekerasan

Artikel Terkait