Advertorial
Intisari-Online.com - Ketika virus corona mengoyak Brasil, Presiden Jair Bolsonaro mendapat kecaman pedas.
Sekarang wabah di Brazil semakin memburuk - dengan lebih banyak infeksi daripada negara mana pun kecuali Amerika Serikat.
Namun pemerintah Bolsonaro telah memberikan respons unik terhadap musibah ini.
Yakni pemerintah memutuskan untuk berhenti melaporkan jumlah kumulatif korban virus secara keseluruhan.
Dilansir dari New York Times, Senin (8/6/2020), Kementerian Kesehatan Brazil melakukan take down terhadap web yang melaporkan statistik virus corona pada hari Jumat.
Dan kemudian saat situs sudah kembali dibuka, ada data historis terkait jumlah kasus dan orang yang meninggal karena covid-19 yang sengaja dihapus.
Pembuat undang-undang dan pakar kesehatan dengan cepat menyerang Tuan Bolsonaro dengan kata-kata yang tidak biasa.
Mereka mengecam keputusan pemerintah untuk menahan statistik komprehensif karena kematian dan penularan terus melonjak.
Mereka juga mengkritik praktik berulang pemerintah Bolsonaro untuk menyepelekan bahaya virus, terlepas dari apa yang mungkin dikatakan para ilmuwan dan menteri kesehatannya sendiri.
Gilmar Mendes, seorang hakim Mahkamah Agung, menyebut pemerintah telah melakukan manipulasi tatistik sebagai taktik rezim totaliter.
DIa juga menambahkan bahwa trik itu tidak akan membebaskannya dari praktik 'genosida' ini.
Pandemi muncul sebagai kontroversial di seluruh dunia.
Tetapi di beberapa tempat ada masalah yang cukup mempolarisasi seperti di Brasil, sebuah negara yang sudah dipisahkan oleh jurang politik antara para penentang Bolsonaro yang marah dan para pendukungnya yang sama-sama bersemangat.
Bolsonaro, yang pada awalnya menggambarkan virus itu sebagai "flu ringan," mengatakan bahwa jika banyak orang di rumah saja maka itu berbahaya bagi ekonomi.
Bahkan itu akan meningkatkan jumlah pengangguran dan membuat banyak orang kelaparan.
Tetapi dia juga mendapat kecaman pedas karena bergabung dengan protes besar pro-pemerintah yang berisiko menyebarkan virus.
Hal iyu lantaran dia memerintahkan angkatan bersenjata untuk memproduksi secara massal obat yang tidak terbukti dapat mengatasi virus corona.
Sekarang Brasil menderita jumlah kematian harian tertinggi di dunia .
Serinhkali laporan harian menunjukkand ata yang mencapai 1.000 kasus.
Parahnya, pemerintahan sekarang telah berhenti melaporkan kasus-kasus itu lagi.
"Dengan mengubah angka, kementerian kesehatan berusaha menutupi matahari dengan ayakan," kata Rodrigo Maia, Ketua Majelis Rendah Kongres dalam pesan di Twitter yang diposting tak lama setelah tengah malam pada Senin.
Pemerintah pada hari Minggu mengeluarkan dua angka berbeda tentang jumlah kematian harian terbaru, awalnya melaporkan 1.382 kematian.
Namun angka itu direvisi menjadi 252 kasus.
Kementerian mengatakan angka awal merupakan angka yang keliru.
Kementerian kesehatan pada hari Minggu juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa metode pencatatan yang baru akan memberikan "gambaran yang lebih realistis tentang apa yang terjadi di Brasil. (*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari