Advertorial
Intisari-Online.com -Selama perang di Suriah berlangsung hingga kini, sudah berkali-kali aliansi Iran diserang lewat udara oleh Israel.
Hal ini pada akhirnya mendorong Iran untuk tak lagi diam dan mulai memberikan perlawanan terhadap Israel.
Namun, salah satu taktik yang akan digunakan oleh Iran bisa dipastikan akan membuat Amerika Serikat, khususnya Donald Trump kebingungan.
Sebab, di satu sisi mereka harus membalas, namun di sisi lain, menjelang pemilihan, Trump juga ingin menjaga namanya.
Dilansir Jerusalem Post, wartawan veteran Elijah Magnier menulis di situs web Medium tentang apakah "perang besar Timur Tengah akan dimulai di Levant" dan mengutip Suriah sebagai titik api potensial.
Laporan Magnier menarik karena ia menegaskan bahwa menurut sumber "pribadi", Iran sedang mengevakuasi tempat pertemuan para penasihatnya, bukan untuk penarikan atau pemindahan, tetapi untuk menemukan pangkalan di barak-barak Tentara Suriah.
Hizbullah telah mengambil alih gedung-gedung Iran yang kosong.
Rusia telah diberitahu tentang perubahan tersebut sehingga informasi tersebut akan mencapai Israel.
Masih mengutip Jerusalem Post, pada pertengahan Mei, muncul laporan bahwa Iran mungkin menarik sebagian pasukannya dari Suriah, diperkirakan sekitar 1.000 personel IRGC. Tetapi analis dan pejabat AS menolak penilaian ini pada saat itu. Pada 6 Juni, Magnier memberikan pandangan lain tentang apa yang mungkin terjadi: "Iran tidak lagi ingin menerima serangan Israel di gudang-gudang tanpa ada tanggapan."
Radio Farda melaporkan pada akhir pekan, serangan udara menewaskan sembilan pasukan yang didukung Iran di Suriah.
Laporan ini juga mengatakan ada ledakan di dekat Masyaf, rezim-Suriah dan fasilitas Iran yang telah dilanda serangan udara di masa lalu.
Serangan udara itu mungkin telah terjadi pada 4 Juni.
Serangan udara lain, yang juga disalahkan kepada Israel, dilaporkan terjadi pada 7 Juni di pagi hari.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sekitar delapan hulu ledak yang ditembakkan oleh "drone tak dikenal" menghantam daerah dekat Deir Ezzor.
Sasarannya adalah milisi Syiah Afghanistan dan Irak di "pangkalan Meizileh".
Jerusalem Post memberitakan, Iran telah memindahkan para penasihatnya, yang disebut-sebut jumlahnya mencapai ratusan orang, ke pangkalan-pangkalan rezim Suriah.
Langkah ini akan melindungi mereka seolah-olah karena serangan udara akan cenderung memukul mereka di sana.
"Jika ada serangan udara, maka rezim Suriah akan merespons, dan ini kemungkinan besar akan menyeret AS ke pertempuran untuk mendukung sekutunya Israel dan berdampak pada pemilihan yang akan datang," tulis Magnier.
Rusia memainkan peran penting karena berkoordinasi dengan Israel. Berdasarkan artikel Magnier, "Telah disepakati antara Israel dan Rusia bahwa Moskow dan (pangkalan udara Rusia di) Khmeimim akan diberitahu tentang rincian setiap serangan."
Dalam hal ini, Rusia memainkan peran sebagai perantara, bukan bagian dari "poros perlawanan" Iran.
Artikel ini sudah tayag di Kontan.co.id dengan judul "Iran siap berperang melawan Israel di Suriah melalui Hizbullah, AS bisa ikut terseret".