Advertorial
Intisari-Online.com - Negara Brasil akhir-akhir ini menjadi sorotan.
Sebab, negara Amerika Latin ini tiba-tiba melonjak menjadi negara kedua dengan kasus virus corona (Covid-19) terbanyak di dunia.
Tepat di bawah Amerika Serikat.
Berdasarkan data dariworldometers.info per Jumat (5/6/2020) ini ada 615.870 kasus positif virus corona di Brasil.
Sementara itu ada 34.039 kasus kematian dan 274.997 lainnya dinyatakan sembuh.
BahkanBrasil melaporkan 26.417 kasus virus corona baru pada hari Kamis (28/5/2020).
Ini merupakan rekor terbanyak jumlah kasus virus corona baru dalam waktu 24 jam.
Hal ini lantas membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir bahwa Brasil dan Amerika Latin akan menjadi episentrum baru pandemi virus corona.
Nah, ketika Brasil harusnya bersiap menghadapi lonjakan kasus Presiden BrasilJair Bolsonaro malah melakukan sebaliknya.
Dilansir dari theguardian.com pada Jumat (5/6/2020), Presiden Jair Bolsonaro malah menuduh musuh politiknya dan media sengaja 'menipu' warga Brasil dengan fakta mengenai virus corona.
"Orang-orang akan segera melihat bahwa mereka ditipu oleh para gubernur ini dan oleh sebagian besar media ketika menyangkut virus corona," kata Bolsonaro.
BahkanBolsonaro mengklaimini merupakan bagian dari rencana yang didukung media untuk menjatuhkannya.
"Ini adalah kampanye yang tak tahu malu dan melawan kepala negara."
"Mereka ingin mengusir saya sejauh mungkin," katanya.
TuduhanBolsonaro nampaknya terkait protes keras yang ditujukan warga Brasil karena adanya lonjakan kasus virus corona di Brasil.
Bahkan menurut sebuah jajak pendapat, ada 48% orang di kota Sao Paulo, Brasil menganggap pemerintahanBolsonaro sangat buruk atau mengerikan.
Sebelumnya,Bolsonaro sempat mengatakan bahwa virus corona hanya penyakit 'flu biasa'.
Namun ketika pandemi ini hampir merenggut 15.000 nyawa di Brasil, pemerintah langsung menutup perbatasan.
Mereka juga menutup kota-kota besar seperti Rio de Janeiro dan Sao Paulo dalam upaya untuk membatasi penyebaran.
Serta meminta warga untuktinggal di rumahdan memberlakukan karantina.
Sayangnya, kondisi ini disebut terlambat karena lonjakan kasus di Brasil sudah sangat besar.
Apalagi Menteri Kesehatan Brazil dilaporkan sudah mundur karena tidak cocok dengan keputusan Presiden Brazil.