Advertorial
Intisari-Online.com - Dari hari ke hari, jumlah orang yang terinfeksi virus corona (Covid-19) terus bertambah.
Dan Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus positif virus corona terbanyak di dunia.
Berdasarkan data dariworldometers.infoper hari ini, Jumat (5/6/2020) pukul 12.00 WIB, ada 1.924.051 kasus positif di Amerika Serikat.
Sementara itu, ada 110.173 kasus kematian dan menjadikan Amerika Serikat juga negara dengan kasus kematian terbanyak akibat virus corona di dunia.
Lalu ada 712.252 orang telah dinyatakan sembuh.
Namun di tengah perjuangan Amerika Serikat melawan pandemi virus corona, justru ada pengumuman penting yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dilansir dari nypost.com padaJumat (5/6/2020), Presiden Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengakhiri hubungannya denganOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Siap-siap New Normal, Ini Barang-barang yang Wajib Kita Bawa Saat Keluar Rumah, Jangan Sampai Lupa!
Pengumuman yang diucapkan Presiden Trumo pada pekan lalu itu lantas menjadi pro dan kontra.
Mengapa Presiden Trump menyerah pada WHO?
Associated Press(AP) mengungkap alasandibalikPresiden Trump menyerah pada WHO.
Menurut mereka,Presiden Trump menyakini bahwa WHO berbohongkepada dunia tentang awal mula virus corona yang berasal dari China.
Kebohongan itu lantas membuat seluruh negara di dunia berjuang melawan pandemi dan menyebabkan ratusan ribu kematian.
Tidak adatransparansi membuat AS meradang.
APmenyebut bahwaChinatelah memetakan susunan genetik virus pada 2 Januari tetapi menahan informasi itu sampai 11 Januari.
Lebih buruk lagi,China menyembunyikan bahwa virus itu menularsampai 20 Januari.
Padahal rumah sakit Wuhan dibanjiri dengan pasien.
Pada saat China men-lockdownkota Wuhan, sekitar 5 juta penduduk telah melarikan diri, membawa penyakit ini ke seluruh dunia.
"Sudah jelas bahwa kita bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa dan menghindari banyak korban."
"Jika sana, China melapor dengan tepat dan WHO bertindak lebih cepat," jelas Ali Mokdad dari University of Washington.
AP bercerita bahwa mereka mendapatkan akses ke rekaman pertemuan internal WHO pada bulan Januari lalu.
Lalu rekaman-rekaman itu menangkap para pejabat WHO yang membahas untuk menjaga kerahasiaan perilaku China.
Bahkan ketika WHO terus memuji Chinadi depan umum.
Bukti rekaman itulah yang membuat setiap negara tidak siap menghadapi pandemi yang akan menghantam.
Tak hanya menyerah kepada WHO, Presiden Trump juga diklaim akan menarik puluhan ribu dolar yang biasanya mereka berikan kepada WHO.
Kritik kepada WHO kembali berlanjut.
Disebutkan bahwa organisasi inimemiliki catatan buruk yang berhubungan dengan penyakit global sebelumnya.
Misalnya dari SARS, flu H1N1, dan Ebola.
Sebagai contoh,direktur Harvard Global Health Institute, Ashish Jha, menulis bahwa dia sudahskeptisisme dengan WHO setelahwabah Ebola pada tahun 2014 silam.
Menurutnya, WHOsering gagal untuk melakukan sesuatu ketika dunia sedang membutuhkan mereka.
Contoh lain, lihatbagaimana WHO membelanjakan uangnya.
Hanya 4 persenyang disiapkan untuk pasokan medis.
Sementara dana sekitar dua kali lipatnya berlaku untuk perjalanan udara dan 10 kali lipat untuk gaji dan fasilitas.
Menurut penyelidikan AP, mereka menghabiskan ratusan juta per tahun untuk rapat, perjalanan kelas bisnis, dan menginap hotel-hotel top.
Tak lama setelah pengumuman ini, pda hari Minggu, penasihat keamanan nasional Trump, Robert O'Brien, menyarankan agar AS mengalihkan dukungannya ke perawatan garis depan tersebut.
Tapi ada yang kontra terkait hal ini.
Misalnya mereka menyebut agar Presiden Trump tidak menggunakan pandemi virus corona dalam politik.
Atau kata Ketua DPR Nancy Pelosi yang mengklaim bahwa Presiden tidak memiliki wewenang konstitusional untuk menahan dana WHO atau meninggalkan organisasi tanpa persetujuan Kongres.
Hanya saja sekali lagi, Presiden Trump mengatakan WHOtidak layak mendapat dukungan AS.