Advertorial
Intisari-online.com -China mungkin disebut-sebut negara paling serakah untuk saat ini.
Selain getol ingin kuasai Laut China Selatan dan Laut China Timur, perbatasan dengan India yang sudah aman tiba-tiba digempur.
Menghadapi hal ini India pun tidak tinggal diam.
Perdana Menteri Narendra Modi dengan tegas perkuat kekuatan militer mereka yang beda tipis dengan militer China.
Namun rupanya ia tidak hanya perkuat militernya secara internal saja.
Dilansir dari South China Morning Post, Modi mulai perkuat persekutuan dengan negara yang sama-sama dirugikan oleh China.
Negara tersebut adalah Australia, dengan Perdana Menteri Scott Morrison.
Keduanya sepakat untuk perkuat sistem pertahanan mereka, juga buka perdagangan bilateral dan saling meningkatkan sistem pendidikan masing-masing.
Hal tersebut akan mereka capai selama "pertemuan virtual" pertama antara keduanya pada Kamis yaitu hari ini.
Pertemuan tersebut memang sengaja dilakukan di tengah kecurigaan akan China yang makin bertumbuh oleh kedua negara.
Pasalnya, China juga semakin barbar dengan tingkatkan kebijakan luar negeri yang tidak hanya asertif, tapi juga memaksa.
Modi dan Morrison diharapkan tanda tangani perjanjian yang berikan akses timbal balik ke pangkalan militer untuk bantuan logistik.
Kesepakatan juga dilakukan untuk kembangkan rantai suplai baru di industri kunci kedua negara tersebut.
Contohnya adalah tambang.
Diskusi mereka juga akan membahas tentang kerjasama menangani pandemi virus Corona, pendidikan dan sumber daya kekuatan maritim mereka.
Morrison juga ingin mengulangi niat Canberra untuk bergabung dengan latihan tahunan angkatan laut Malabar yang juga libatkan Amerika dan Jepang.
Kedua negara itu sejauh ini tidak dimasukkan daftar negara yang ikut dicurigai New Delhi berkaitan dengan kecurigaan mereka terhadap China.
Morrison sebelumnya sudah membuat perjanjian untuk datangi India pada Januari lalu, tetapi dibatalkan di tengah krisis kebakaran lahan di Australia.
Ia katakan Minggu 31/5/2020 kedua negara dengan "pola pikir demokratis dan partner strategi alamiah" yakin jika ikatan yang kuat di antara mereka bisa mewujudkan ikatan Indo-Pasifik yang lebih baik.
Pemikiran itu menjadi selubung pemikiran yang sama dari Canberra dan New Delhi bahwa mereka sama-sama curiga dengan ambisi maritim Beijing yang sangat serakah.
Tanda tangan kesepakatan Mutual Logistics Support Agreement selama pertemuan itu akan "perbolehkan kapal India dan Australia untuk saling mengisi bahan bakar di pelabuhan kedua negara, membuat latihan gabungan atau bahkan patroli bisa dilakukan lebih mudah," demikian menurut Ian Hall, rekan akademis Australia India Institute di University of Melbourne.
"Kesepakatan ini juga berikan sinyal kepada Beijing bahwa pertahanan dan keamanan meningkat setelah adanya kerja sama strategi bilateral."
Dorongan untuk perkuat ikatan kedua negara tersebut datang saat keduanya sama-sama gugup hadapi China.
Canberra menjadi tegang dengan Beijing terkait urusan perdagangan kedua negara.
Sementara India dan China sedang bersitegang di perbatasan, pusatnya di Ladakh, wilayah Himalaya.
Beijing pada awal bulan ini telah berikan 80% tarif untuk produk barley Australia, juga menghentikan sementara impor dari empat Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Australia.
Gerakan tersebut dilihat sebagai pembalasan China atas tekanan dari Canberra yang mendesak adanya penyelidikan independen mengenai asal dan penyebaran virus Corona.
Taktik itu datang setelah duta besar China di Australia Cheng Jingye peringatkan kemungkinan boikot barang dari Australia dan tidak perbolehkan masyarakat China kuliah di Universitas Australia.
Padahal, siswa China yang belajar di sana banyak sekali.
China sendiri telah menampik hukuman ekonomi dari eksportir Australia sebagai tindakan balas dendam mereka.
Mereka bersikeras taktik perdagangan itu sebagai respon karantina dan inspeksi pelanggaran praktik perdagangan.
Sementara itu, walaupun Modi telah segan untuk sampaikan ketegangan yang ada, China dan India telah berminggu-minggu bersitegang saling siapkan militer masing-masing demi perbatasan tersebut.
Baca Juga: Covid Hari Ini 4 Juni 2020, Pemprov Jatim: Surabaya Masuk Zona Merah Tua, Bukan Hitam
Militer India telah menuduh China mengambil teritori India di tengah ketegangan tersebut.
Tentu saja, China menampik hal tersebut.
Meskipun secara resmi anggota Gerakan Non-Blok (GNB) dibentuk pada puncak Perang Dingin, New Delhi dalam beberapa tahun terakhir berusaha untuk memperkuat kemitraan dengan negara-negara yang curiga terhadap Beijing.
New Delhi juga bergabung dengan Dialog Keamanan "Quad" dengan Amerika, Jepang dan Australia pada 2007.
Setelah diam-diam saja selama 10 tahun akhirnya pada 2017 Dialog Keamanan tersebut direvisi di tengah kekhawatiran yang meningkat mengenai klaim Beijing atas Laut China Selatan.
Meski begitu, langkah ini dilihat Swaran Singh, profesor diplomasi dan pelucutan senjata di Jawaharlal Nehru University sebagai langkah Australia berusaha menembus pasar India yang terbilang ketat dan selektif.
Pasalnya, urusan perbatasan India dan China sebenarnya sama sekali bukan urusan Australia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini