Advertorial
Intisari-online.com -Tidak seperti negara Uni Eropa lain, Swedia tidak berlakukan lockdown dalam tangani virus Corona.
Alih-alih lockdown, mereka terapkan konsep herd immunity untuk penanganan virus Corona di negara mereka.
Pasti Anda sudah mendengar banyak hal mengenai herd immunity.
Herd immunity atau imunitas 'kawanan' adalah imunitas yang dicapai suatu kawanan atau populasi yang nantinya akan membentuk antibodi tubuh secara alamiah.
Sejauh ini diketahui baru Swedia yang terang-terangan menggunakan strategi ini.
Setelah sebelumnya dilaporkan bahwa herd immunity Swedia tidak hasilkan hasil yang menjanjikan, kini ada perkembangan terbaru mengenai isu ini.
Dilansir dari euronews.com, ketua penanganan Covid-19 Swedia sesalkan pilihan mereka gunakan herd immunity.
Pada Rabu kemarin 3/6/2020 ia akui bahwa sebelumnya ada "potensi perbaikan" dari cara penanganan krisis Corona di Swedia.
Baca Juga: Covid Hari Ini 4 Juni 2020, Pemprov Jatim: Surabaya Masuk Zona Merah Tua, Bukan Hitam
Swedia terapkan social distancing dan larang adanya kumpulan warga jumlah banyak.
Namun rupanya mereka tetap membuka bar umum dan restoran.
Karena itu, tidak heran Swedia masuk top 5 tingkat kematian tertinggi Covid-19 di dunia.
Anders Tegnell, pimpinan ahli epidemiologi Swedia, angkat bicara mengenai gagalnya Swedia tangani lockdown.
"Kurasa ada potensi pengembangan apa yang kami lakukan di Swedia, pada awal penyakit ini masih menginfeksi sedikit orang."
Tegnell juga merupakan ketua penanganan Covid-19 di Swedia.
Dilaporkan, Swedia telah mencatat 4.468 kematian Covid-19.
Angka tersebut sangat tinggi dibandingkan negara gugus Nordik (Eropa Utara) lainnya.
Yaitu dibandingkan Denmark, Finlandia dan Norwegia yang mencatat kematian berturut-turut 580, 320 dan 237 kematian.
Data berasal dari Johns Hopkins University.
Angka kematian Covid-19 di Swedia digambarkan Tegnell sebagai "terlalu tinggi".
"Pahit-pahitnya jika ada penyakit yang sama lagi, melihat apa yang terjadi sekarang, kurasa kami akan lakukan sesuatu antara apa yang Swedia lakukan dan dilakukan seluruh dunia," ujarnya.
"Akan bagus jika tahu lebih jelas apa yang harus kita lakukan untuk hentikan penyebaran penyakit ini," tambahnya.
Sebelumnya, Tegnell dan pemerintah Swedia telah dikritik karena tidak lakukan pencegahan maksimal untuk lindungi para warga lansia.
Kini, mereka meminta maaf.
Berulang-ulang, pemerintah Swedia mengatakan kepada media jika untuk melawan virus Corona itu layaknya marathon, bukan lari sprint.
Baca Juga: Orangtua Tak Banyak yang Sadar, Memberi Anak Gadget Sama Saja dengan Memberinya Kokain
Rabu, Tegnell katakan penyesalannya dengan menyebutkan tidak jelas apa yang seharusnya dilakukan oleh segara tersebut secara berbeda.
Ia juga tambahkan bahwa sulit untuk mengetahui tindakan paling berdampak melihat dari kondisi di luar negeri karena Covid-19 menyerang semua negara hampir bersamaan.
Baca Juga: Telapak Tangan Anda Selalu Basah Karena Berkeringat? Bukan Lemah Jantung, Tetapi Ini Penyebabnya
"Mungkin kami sekarang tahu, ketika Anda mulai longgarkan cara penanganan, kami bisa dapat pelajaran dari apa yang terjadi di negara lain selain yang terjadi di negara kami.
"Dengan itu Anda bisa lakukan sesuatu tanpa harus lockdown total negara Anda," ujarnya.
Namun Tegnell juga mengatakan jika tingginya angka kematian di Swedia membuatnya mulai pertimbangkan cara penanganannya.
Selain tidak lockdown, negara tersebut masih menderita secara ekonomi akibat pandemi.
Baca Juga: Benarkah Anak Kedua Lebih Sulit Diatur Dibandingkan Anak Pertama?
Lebih dari 76 ribu warga kehilangan pekerjaan, dan pengangguran saat ini sebanyak 7.9% dari total seluruh rakyat.
Angka tersebut sudah terlihat akan naik lagi.
Tindakan yang direkomendasikan oleh Tegnell telah membuat Swedia menjadi 'paria lokal' dan tidak perbaiki kondisi ekonomi.
Norwegia dan Denmark mengatakan minggu lalu jika mereka akan mengangkat aturan pengontrolan perbatasan.
Baca Juga: Waspadai, Ada Bahaya Tersembunyi Saat Anda Minum Air dari Dispenser
Namun masih akan tetap mengecek pengunjung dari Swedia.
Sementara itu, Denmark mengatakan akan membuka perbatasan mereka dengan Jerman, Norwegia dan kota di Islandia mulai Juli.
Namun, meski Denmark memiliki jalur jembatan yang menghubungkan langsung dengan Swedia, keputusan mereka membuka perbatasan dengan Swedia telah ditunda sampai berakhirnya musim panas.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini