Saat kelelawar terinfeksi virus, tubuhnya akan merespon cepat supaya menghalangi virus keluar dari sel.
Walaupun respon tersebut dapat melindunginya, ini dapat mendorong virus yang hinggap di inang kelelawar memperbanyak diri lebih cepat sehingga membuat kekacauan bahkan kematian jika virus tersebut pindah ke manusia yang memiliki sistem kekebalan tubuh lebih minim.
Hal ini menjadikan kelelawar sebagai wadah virus yang cepat bereproduksi dan sangat mudah menular.
Bahkan, ketika virus kelelawar ini pindah ke hewan lain yang juga tidak memiliki sistem kekebalan respon cepat, virus dengan cepat membanjiri inang baru mereka sehingga menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
"Beberapa kelelawar mampu meningkatkan tanggapan antivirus yang kuat ini, tetapi juga menyeimbangkannya dengan respons anti-peradangan," kata Brook.
Brook juga mengatakan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia akan menghasilkan peradangan luas jika mencoba strategi antivirus seperti kekelawar yang dapat menghindar dari ancaman imunopatologi.
Menurut para peneliti, jika habitatnya diganggu, kelelawar akan memberi tekanan kepada hewan lain dengan menumpahkan lebih banyak virus dalam air liur, urin, dan feses mereka yang dapat menginfeksi.
"Ancaman lingkungan yang meningkat terhadap kelelawar dapat menambah ancaman zoonosis," kata Brook.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR