Advertorial
Intisari-Online.com - Maldives adalah salah satu destinasi wisata yang banyak diminati orang-orang.
Mungkin Anda adalah salah satu orang yang punya impian berlibur ke sana?
Pemandangan alam terutama lautnya yang indah terlihat begitu menyegarkan pikiran nan menggoda.
Tapi, bagi pasangan pengantin baru yang satu ini, Maldives justru jadi 'penjara', hingga mereka memohon untuk bisa pulang.
Melansir BBC (23/5/2020), Sepasang pengantin baru bernama Khaled dan Peri, terjebak di Maldives selama penguncian akibat pandemi Covid-19.
Setelah menikah pada 6 Maret di Kairo, Mesir, pasangan yang sebelumnya berpacaran selam 8 tahun ini berangkat ke Cancún, Meksiko.
Pasangan yang tinggal di Dubai ini berangkat hampir tanpa kekhawatiran akan virus corona di dunia.
Masalah virus corona belum terbayangkan, karena belum sepenuhnya menyebar ke seluruh dunia saat itu.
Mereka tidak pernah menyangka jika pembatasan perjalanan akan mempengaruhi rencana mereka.
"Ketika kami berada di pesawat, kami memiliki akses ke internet dan kemudian kami mulai menerima pesan dari orang-orang, 'Apakah Anda akan bisa sampai ke Dubai? Ada undang-undang baru, mereka melarang ekspatriat,'" kata Peri kepada BBC.
Pasangan ini mengira karena mereka sudah berada di udara, maka mereka akan diizinkan untuk bepergian, tapi kenyataan berkata lain.
Ketika pasangan ini mencoba untuk naik penerbangan penghubung di Instanbul, mereka diberitahu bahwa mereka tidak bisa naik.
Hal itu berkaitan dengan aturan baru yang telah diberlakukan tepat ketika mereka berangkat dari Meksiko.
Akhirnya pasangan pengantin baru ini terdampar di bandara selama 2 hari. Diberlakukannya pembatasan di Turki artinya mereka tidak diizinkan untuk pergi dan memasuki kota.
Sementara itu, tanpa kartu pas yang sah, mereka kesulitan membeli perlengkapan mandi dan pakaian, dan bahkan tidak diizinkan mengambil barang bawaan mereka.
Tidak dapat memasuki UEA, juga penerbangan ke Mesir ditangguhkan, akhirnya pasangan ini membuat rencana lain.
Keputusan yang mereka dapatkan adalah untuk pergi ke pulau impian banyak orang, yaitu Maldives.
"Kami memutuskan untuk menggunakan Google dan memeriksa semua negara yang mengizinkan orang Mesir tanpa visa, dan kemudian memeriksa apakah mereka memiliki penerbangan," kata Peri.
Mereka pun hanya memiliki satu pilihan yaitu ke Maldives atau Maladewa.
Khaled dan Peri bahkan sempat mempertimbangkan untuk bulan madu mereka alih-alih Meksiko.
Sayangnya, meski datang ke Maldives, pasangan ini ke sana bukan untuk kesempatan melakukan kegiatan menyenangkan seperti snorkeling.
Awalnya pasangan ini senang karena setidaknya mereka bisa tidur di tempat yang layak, alih-alih di kursi bandara.
Namun, mereka mulai menyadari ada masalah yang mereka hadapi, yaitu soal beban keuangan yang besar.
"Kami mulai menyadari ada beban keuangan yang besar, pekerjaan kami - kami tidak akan dapat melakukannya dengan baik. Kami tidak mengemas laptop kami," kata Peri, yang bekerja di media.
"Saat kamu berbulan madu, kamu tidak berharap akan banyak bekerja," sambungnya.
Saat mencapai resor pulau mereka, pasangan itu menyadari bahwa mereka hanya ada di antara segelintir tamu, yang sebagian besar sedang menunggu penerbangan pulang.
Ketika yang lain pergi, hotel ditutup, dan pasangan itu dipindahkan ke pulau lain, di mana hal yang sama terjadi.
Untungnya, mereka bisa menghabiskan bulan itu di fasilitas isolasi khusus yang didirikan oleh pemerintah Maldives di sebuah resor di pulau Olhuveli.
"Mereka melakukan yang terbaik untuk benar-benar menjadikan ini pengalaman yang lebih baik bagi kami. Jadi, pada malam hari, mereka bermain musik, mereka memiliki seorang DJ setiap hari, dan kadang-kadang kami bahkan merasa tidak enak karena tidak ada yang berdansa," kata Khaled.
Meski berada di pulau indah itu, namun pasangan ini mengatakan bahwa mereka hanya berhasil mengunjungi pantai beberapa kali saja.
Sebagian karena hujan lebat selama musim hujan saat ini, dan juga karena mereka berpuasa selama bulan suci Ramadhan.
Keduanya juga kembali bekerja, tetapi berjuang untuk terhubung melalui wi-fi ke panggilan konferensi.
Beberapa waktu berada di pulau indah itu, nyatanya tak membuat mereka tidak ingin pulang.
Mereka menyerukan otoritas UEA untuk membantu mereka dan warga lainnya yang terdampar.
Mereka telah mengajukan permohonan persetujuan untuk melakukan perjalanan dari portal resmi pemerintah, tetapi belum menerima izin.
"Semakin stres setiap kali kita membaca di berita bahwa maskapai menunda tanggal untuk kembali beroperasi... Kita pasti akan melakukan apa pun yang kita diminta ketika harus karantina baik di hotel atau di rumah karantina sendiri, "Kata Peri.
Biaya perjalanan mereka pun membengkak dibanding rencana, namun mereka tahu orang lain di seluruh dunia dalam posisi yang jauh lebih dulit.
Pasangan ini pun mencurahkan isi hati mereka, tentang bagaimana kesedihan saat menjadi penghuni terakhir di sebuah penginapan, bahakn harus berpisah dengan para staf.
"Selalu sedih ketika kamu berada di sebuah resor dan kamu adalah tamu terakhir di sana, dan semua staf melambaikan tangan kepadamu. Kamu juga merasa sedih untuk mereka... itu terjadi dua kali pada kita," kata Khaled.
"Tempat-tempat seperti ini harusnya penuh dengan orang-orang dan momen-momen indah, bukan itu masalahnya sekarang," sambungnya.
Orang-orang yang mengetahui mereka terjebak di Maldives, menganggap bahwa itu bukan situasi yang buruk.
Baca Juga: Dari Bentuk Mata hingga Telapak Tangan, Ini 6 Tanda yang Buktikan Wanita Sudah Tidak Perawan Lagi
Mereka justru tertawa, mungkin mengira bahwa itu adalah hal yang menyenangkan. Tapi tidak bagi pasangan ini.
Bagi mereka, terjebak di pulau indah impian banyak orang pun tidak akan menyenangkan. Mereka justru membayangkan bahagianya berkumpul bersama keluarga.
"Setiap kali kami memberi tahu orang-orang bahwa kami terjebak di Maladewa, mereka tertawa dan mereka seperti 'ini bukan situasi terburuk, saya berharap bisa berada di posisi Anda'," kata Peri.
"Ini tidak semudah atau bahagia, itu pasti sangat menegangkan... menikmati berada di rumah bersama keluarga. Aku akan mengambil alih apa pun," sambungnya.