Advertorial

Melihat Perkebunan Mayat, Ketika Ribuan Mayat Dibiarkan Membusuk, Diikat di Pohon, Hingga Direndam, Ternyata Ini Tujuan di Baliknya

Mentari DP

Penulis

Dr. William Bass melakukan revolusi dalam dunia forensik, di mana dia mendirikan perkebunan mayat pertama.
Dr. William Bass melakukan revolusi dalam dunia forensik, di mana dia mendirikan perkebunan mayat pertama.

Intisari-Online.com - Sudah menjadi kebijakan umum bahwa seseorang yang telah meninggal dunia wajib dimakamkan.

Entah jenis pemakaman apa yang keluarga inginkan, yang jelas mereka harus dimakamkan.

Namun bagaimana jika ada mayat yang dibiarkan begitu saja?

Mungkin terdengar mustahil.

Baca Juga: Ingin Lihat Orang yang Stalker Instagram Kita Tanpa Aplikasi? Begini Caranya, Mudah Banget

Namungagasan itu nyatanya direalisasikan oleh seorang ilmuwan.

Pada awal tahun 1970-an, para ilmuwan forensik yang bertugas pada kasus-kasus kriminal hanya bisa mengamati mayat menggunakan bangkai babi.

Hal itu karena secara fisiologis, mereka mirip dengan manusia.

Bahkan sekarang, banyak negara di luar Amerika Serikat (AS) masih memanfaatkan bangkai babi untuk penelitian semacam itu.

Namun pada tahun 1972, seorang pria bernama Dr. William Bass melakukan revolusi dalam dunia forensik.

Baca Juga: Video Ada Rapid Test di Bandara Sebelum Check In, Disuruh Bayar Rp550.000 Viral, Ini Tanggapan PT Angkasa Pura II

Dia mendirikan perkebunan mayat (body farms) pertama di Universitas Tennessee di Knoxville, Amerika Serikat.

Ide Bass ini muncul karena awalnya dia ditugasi untuk menyelidiki kasus lokal terkait jenazah dari era Perang Sipil.

Bass membuat analisis yang salah dengan menyatakan jenazah adalah milik orang baru.

Padahal jenazah yang dimaksud memang prajurit Perang Sipil yang awet karena pembalseman dan peti besi yang tertutup rapat.

Atas kesalahannya, Bass sadar masih dibutuhkan penelitian seputar dekomposisi manusia.

Alhasil, berdirilah perkebunan mayatnya di tanah universitas.

Tempat itu kemudian dapat digunakan oleh para ilmuwan untuk meninggalkan tubuh manusia yang disumbangkan agar terurai dalam berbagai kondisi untuk diamati.

Di antara sejumlah perkebunan mayat di Amerika, ribuan mayat membusuk di bawah pengawasan para lmuwan.

Di University of Tennessee saja, ada lebih dari 1.800 mayat dan tambahan 4.000 orang yang telah mendaftar untuk menyumbangkan tubuhnya usai meninggal kelak.

Para ilmuwan akan menyetor tubuh (biasanya telanjang, tetapi tidak selalu) di lokasi tertentu sesuai dengan jenis penelitian yang mereka coba lakukan.

Baca Juga: Dibeli Secara Rahasia dari Israel, Jet Tempur A-4 Skyhawk Zaman Pak Harto Ini Justru Hanya Berakhir di Museum Saja, Padahal Sempat Buat BingungTeknisi TNI AU

Terkadang tubuh dibiarkan di bawah sinar matahari terbuka, namun kadang di tempat teduh, atau di rumput tinggi.

Para ilmuwankadang melindungi mayat dengan kawat agar terlindung dari burung, tapi kadang sengaja di tempatkan di daerah terbuka.

Untuk mengamati contoh mayat korban pembunuhan, lmuwan juga memposisikan mayat dalam berbagai situasi.

Kadang ia ditinggalkan terendam di tangki air, diikat ke pohon, atau bahkan ditempatkan di dalam batang mobil.

Sementara itu, stasiun cuaca memantau semua faktor yang relevan termasuk suhu dan kelembaban dan lmuwan bertugas memantau proses dekomposisi.

Bagaimana tubuh terdekomposisi?

Ketika seseorang pertama kali meninggal, cairan di dalam sel mereka bocor dan bakteri akan mulai.

Bakteri kemudian mengubah cairan dan padatan di dalam tubuh menjadi gas yang menyebabkan tubuh membengkak.

Pada tahap ini, yang dicapai dalam beberapa hari setelah kematian, tubuh bisa membengkak menjadi hampir dua kali lipat dari ukuran sebelumnya.

Sementara itu, produksi bakteri sulfur juga memberi warna yang aneh, kekuningan pada tubuh.

Baca Juga: Nyaris 1.000 Kasus Baru dalam 1 Hari, Ridwan Kamil Tegur Warga yang Desak-desakkan di Mal, 'Tahan Dulu Beli Baju Lebarannya'

Saat itulah lalat tiba dan bertelur yang akan menetas menjadi belatung untuk melanjutkan mengkonsumsi daging.

Kemudian, sekitar tiga hari setelah kematian, tubuh memasuki tahap pembersihan.

Ketika tubuh mengerut, ia mengeluarkan cairan yang sangat kaya nitrogen sehingga dapat mematikan rumput di sekitarnya dan meninggalkan area hitam.

Setelah itu, belatung dan bakteri akan memakan semua daging dalam beberapa minggu.

Dari titik ini mayat akan terus mengering hingga menyisakan tulang pada bulan ke enam.

Terobosan yang dilakukan di perkebunan mayat dapat membantu pihak berwenang menemukan mayat yang hilang.

Lebih jauh, ini juga membantu lmuwan untuk memahami necrobiome atau jenis rantai makanan ang berperan ketika tubuh manusia terurai.

(Muflika)

Baca Juga: Pantas Penyebarannya Semakin Menjadi-jadi, Ternyata Virus Corona Bermutasi, Akankah Pembuatan Vaksin Sia-sia? Ini Jawaban Ahli

Artikel Terkait