Advertorial

Sudah Harus Hadapi Pasien yang Bohong, 24 Perawat di RSUD Depok yang Positif Covid-19 Juga Ternyata Hanya Dibekali APD Seperti Ini

Ade S

Editor

Intisari-Online.com -Sebanyak 24 perawat diRumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok harus diisolasi setelah dinyatakan positif Covid-19.

Gara-gara hal ini pula, Poliklinik di RSUD Depok terpaksa harusditutup untuk 14 hari ke depan.

Jumlah perawat tersebut bertambah setelah15 perawat di RSUD Kota Depok dinyatakan positif Covid-19 pada Kamis (21/5/2020) lalu.

Penutupan poliklinik dilakukan guna menghindari peluang penularan Covid-19 dari perawat ke pasien umum alias pasien non-Covid-19.

Baca Juga: Tolak Mentah-mentah Bantuan dari UEA karena Pengirimannya Janggal, Palestina: Ada Ikatan Rahasia dengan Israel yang Ditutupi

Selain itu, Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori meminta agar 15 perawat positif Covid-19 ini diisolasi di RSUD agar menghindari penularan ke keluarga.

"Ada beberapa ruangan yang sudah kami siapkan bilamana ada tenaga kesehatan sakit. Semua tenaga kesehatan yang positif saya minta untuk dirawat di RSUD. Arahan Gugus Tugas juga seperti itu, supaya mengantisipasi penularan ke keluarganya," jelas Devi ketika dihubungi pada Jumat pagi.

Kronologi, diduga akibat OTG

Sejauh pelacakan kontak, kemungkinan penularan telah terjadi selama beberapa pekan tanpa diketahui lantaran melibatkan orang-orang tanpa gejala.

Baca Juga: 'Baby Boom' Disebut Berpotensi Terjadi di Indonesia Usai Masuk Era New Normal Pandemi Covid-19, Diperkirakan Ada Sebanyak 420.000 Kelahiran Bayi

Sebanyak 15 perawat yang tempo hari terkonfirmasi positif Covid-19 sudah terjangkit virus corona sejak 2 pekan lalu saat mereka dites swab (pengambilan sampel lendir tenggorokan).

Kelima belas perawat itu dites swab lantaran sempat berkontak dengan 9 perawat lain yang sudah terlebih dulu dinyatakan positif Covid-19.

"Jadi intinya, sebelumnya sudah ada juga (perawat) yang positif karena screening rapid test. Dari rapid test, kami lanjutkan ke swab, ada beberapa yang positif, awalnya 9 (perawat)," jelas Devi kepada Kompas.com.

"Kami lakukan tambahan swab ke mereka yang berkontak dengan yang positif, akhirnya dapatlah yang 15 ini," lanjut dia.

Sebanyak 24 perawat itu tidak menampakkan gejala sakit meskipun tubuh mereka rupanya sudah dimasuki virus corona.

Pertanyaannya, dari mana 9 perawat pertama tertular Covid-19?

"Tidak jelas. Perawat di sini sudah melakukan pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan, sesuai zonasi. Akan tetapi, diduga bisa saja ada pasien-pasien yang OTG (orang tanpa gejala), yang tidak jujur kepada perawat," ungkap Devi.

"Kita kan enggak tahu. Sekarang banyaknya kan OTG. Pasien itu sepertinya sehat, tapi ternyata dia menularkan. Itu baru dugaan," lanjut dia.

Baca Juga: Lebih dari 300.000 Orang Meninggal Akibat Covid-19, Ini Bagaimana Virus Corona Membajak Sel-sel Manusia dan Mengambil Alih Gen Kita, Ahli: 'Ini Tidak Seperti yang Saya Lihat dalam 20 Tahun'

Devi menjelaskan, total 24 perawat di RSUD Kota Depok yang positif Covid-19 tidak ada yang melayani pasien positif di zona Covid-19.

Mereka bertugas di poliklinik yang buka 3 kali sepekan dan menerima pasien non-Covid-19.

Sesuai protokol layanan di poliklinik, kata Devi, para perawat hanya diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD) level 1.

Sebagai perbandingan, para perawat pasien positif Covid-19 harus menggunakan APD level 3 dengan tabir wajah (faceshield), masker N95, dan baju hazmat coverall.

Dari sana, Devi menduga bahwa sumber penularan Covid-19 terhadap para perawatnya berawal dari pasien OTG Covid-19 yang dirawat dengan protokol pasien umum.

Evaluasi menyeluruh

Wali Kota Depok Mohammad Idris mengaku akan mengevaluasi operasional Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, sehubungan dengan kejadian ini.

Salah satu aspek yang akan dievaluasi benar adalah ketersediaan dan protokol penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi para perawat.

Baca Juga: Meski Sudah Berusia 94 Tahun, Mahathir Muhammad Tidak Terinfeksi Virus Corona Bahkan Tubuhnya Tetap Bugar, Apa Rahasianya?

"Langkah ke depan, kalau benar-benar harus dibuka poli (non-Covid-19) untuk kebutuhan pasien, nanti kita lengkapi semua tenaga kesehatan-nya APD lengkap. Ini jadi pelajaran juga buat kami," jelas Idris kepada wartawan, Jumat.

Idris menambahkan, ia dan jajaran juga akan berdiskusi mengenai evaluasi poli-poli yang diizinkan beroperasi di RSUD Kota Depok.

Sebelumnya, beberapa poli non-Covid-19 di RSUD Kota Depok memang tetap buka untuk melayani pasien dengan keluhan dan riwayat penyakit lain, namun tak melayani rawat inap dan tak buka setiap hari.

"Rencana kami, beberapa poli yang tidak signifikan kami tutup, tapi yang signifikan kita buka, misalnya untuk menangani ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan spesialis penyakit dalam yang memang rutin, utamanya jantung dan sebagainya," ungkap Idris.

Sementara itu, Devi menekankan evaluasi pada mekanisme penapisan/screening awal pasien.

Sebab, kembali lagi, ia menduga bahwa sumber penularan Covid-19 terhadap 24 perawat di RSUD Kota Depok akibat pasien di poliklinik.

Peristiwa ini setidaknya menunjukkan bahwa ada masalah dalam mekanisme penapisan, baik screening yang kurang ketat atau pasien yang kurang jujur.

"Di awal screening, lebih meng-anamnesa (pemeriksaan riwayat pasien) untuk bertanya soal kontak mereka, bagaimana aktivitasnya, kerjanya, dan keluarganya, screening lebih ketat," ujar Devi.

"Kami minta pasien-pasien secara jujur mengatakan bahwa dia ada gejala atau dicurigai PDP (pasien dalam pengawasan)," lanjut dia.

(Vitorio Mantalean)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Pembawa Virus Corona Tak Tunjukkan Gejala, Tularkan Covid-19 ke 24 Perawat di Depok".

Artikel Terkait