Advertorial

Berharap Covid-19 Segera Berakhir, Lebih Dari 16.000 Orang di Dunia Ungkap Bersedia Dengan Sengaja Terinfeksi Virus Corona, Mengapa?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Sejauh ini, Covid-19 telah menyebabkan kekacauan besar di seluruh dunia, dan hampir semua orang merasa tidak aman.

Sebab itu, salah satu upaya untuk mengakhiri pandemi ini hanyalah dengan menemukan vaksinnya.

Namun, WHO dan otoritas Inggris mengatakan bahwa vaksin yang selama ini kita nantikan tidak akan tersedia hingga 2021.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO sendiri mengatakan, vaksinnya mungkin tidak akan pernah ditemukan.

Baca Juga: Seakan Tak Ada Habisnya, Wuhan Kini Lakukan Tes Covid-19 Massal untuk 11 Juta Orang Dalam Waktu 10 Hari Akibat Khawatir Gempuran Virus Gelombang 2

Sebagai gantinya untuk mengakhiri pandemi ini, kita disuruh berdamai, dan mungkin harus hidup berdampingan dengan virus ini.

Artinya, kita harus siap terinfeksi dengan virus ini, namun dengan catatan imun atau kekebalan tubuh kita harus kuat sehingga bisa melawannya.

Dengan demikian, kita tidak akan merasakan apapun dan bisa sembuh dengan sendirinya.

Sementara itu, menurut Business Insider pada Jumat (15/5/20), menyebutka 16.000 manusia menyatakan ketersediannya dengan sengaja terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Penembak Jitu Bos Kartel 'El Chapo' yang Dikenal Glamor Gemar Berfoto dengan Wanita Cantik, Senjata Api Berlapis Emas, dan Mobil Sport Italia Ditembak Mati

Berhara hal itu bisa dengan segera mengakhiri Covid-19, memangnya untuk apa?

Ternyata mereka mengajukan diri untuk terifeksi virus corona dengan sengaja sebagai relawan untuk mencoba vaksin.

Mereka melakukannya dalam upaya yang dikenal sebagai studi tantangan manusia.

Sebuah metode yang dapat mempercepat pengembangan vaksin karena secara langsung memaarkan para peserta dengan virus.

Menurut WHO studi tantangan manusia, tidak selalu diperlukan dalam pengembangan vaksin, tetapi berguna dalam beberapa kasus.

"Model-model hewan seringkali sangat tidak tepat dalam menunjukkan penyakit manusia, dan banyak pengembang vaksin ingin mengembangkan vaksin pada manusia langsung," tulis WHO tahun 2016 tentang model tantangan manusia.

Baca Juga: Tak Ada yang Bisa Kembali Hidup-Hidup, Inilah Fakta Tragis Penjara di Korea Utara, Siapapun yang Masuk Bui Akan Alami Nasib Mengerikan Ini Sepanjang Hidupny

Namun, ada hambatan etis dalam kasus ini, seperti yang dikatakan WHO dalam laporan itu, tidak boleh digunakan pada patogen dengan tingkat kematian tinggi.

"Sebagai contoh, jika suatu organisme menyebabkan penyakit dengan tingkat fatalitas tinggi dan tidak ada terapi untuk mencegahnya, maka itu tidak layak untuk uji coba tantangan manusia," jelas WHO.

Gagasan untuk mencoba tantangan manusia pada Covid-19 adalah dipicu pada artikel 31 Maret di Journal of Infection Diseases.

Artikel ini berpendapat, penelitan seperti itu akan menimbulkan risiko bagi para pesertanya. Setiap minggu peluncuran vaksin akan ditunda dan disertai ribuan kematian di seluruh dunia.

Sekarang 16.000 orang dari 102 negara menandai ketersediannya secara sukarela terinfeksi virus corona.

Mereka mengikat pernyataan itu pada situs advokasi baru bernama Day Sooner yang menyatakan, "saya tertarik terkena virus corona untuk mempercepat pengembangan vaksin."

Baca Juga: Tercipta Klaster Baru Penyebaran Covid-19 di Sidoarjo Jawa Timur, Penyebabnya Hanya Karena Warga Nekat Buka Plastik dan Mandikan Jenazah Pasien Covid-19

Menurut CNN, sebagian besar penandatangan adalah orang dewasa muda.

Situs itu mengutip penandatanganan anonim, untuk menggambarkan keinginan dalam menghasilkan vaksin sesegera mungkin.

"Saya seorang siswa muda yang sehat ingin membantu mempercepat penemuan vaksin, saya bersedia menjadi sukarelawan untuk diinfeksi dengan virus corona," kata seorang penandatangan.

Bahkan jika benar dilakukan, studi tantangan manusia ini akan memberi harapan besar.

Uji coba ini diyakini bisa menghasilkan vaksin yang lebih efektif dan cepat, meskipun mengadirkan risiko.

Artikel Terkait